Malam 16 Bulan 2 Musim Semi Tahun 5 Kalender Sihir, menjadi malam tanpa tidur bagi seluruh struktur kekuasaan di Ibukota.
Matahari terbenam perlahan di cakrawala barat, cahaya kemerahan melalui awan putih memancarkan sisa kehangatan terakhir. Senja musim semi adalah waktu pergantian angin selatan yang hangat dan angin utara yang dingin. Suara desiran angin dari pegunungan utara sudah mulai terdengar samar di luar Gerbang Barat kekaisaran. Pengawal Ibukota bersama tentara bayaran berseru keras mengingatkan pejalan kaki untuk segera bergerak - sesuai Peraturan Pengelolaan Ibukota, Gerbang Barat harus ditutup tepat saat matahari benar-benar terbenam.
Angin puyuh membawa sisa salju menerpa wajah pejalan kaki dan personel militer. Kerumunan di gerbang kota kebanyakan adalah mereka yang ingin masuk kota. Jika melewatkan momen terakhir ini, mereka harus berjalan beberapa li lagi ke Gerbang Selatan sambil membayar koin perak. Bagi yang enggan membayar, harus menahan dingin semalaman menunggu pagi. Belum masuk Bulan 3 Musim Semi, angin malam di wilayah utara Benua Eminoll masih menusuk tulang, bahkan bersembunyi di ceruk gerbang pun tak nyaman. Tak ada yang mau menderita. Wajah para pengelana tampak gelisah, beberapa petarung bergaya tentara bayaran di barisan paling belakang mulai menuduh tanpa malu bahwa pejalan di depan terlalu lambat. Saat inilah prajurit ingin segera menyelesaikan tugas, kekacauan mulai terjadi.
Di ufuk barat tiba-tiba terdengar kicauan burung yang nyaring, diikuti suara kepakan sayap yang bergemuruh. Kerumunan orang buru-buru menoleh - 5 ekor burung raksasa melesat seperti anak panah menyusuri permukaan tanah. Sayap cokelatnya mengepak-ngepak membuat salju beterbangan, di balik putihnya samar terlihat para ksatria yang menunggangi punggung burung.
"Siapa itu? Turun!" teriak perwira penjaga gerbang kota dengan keras.
Para ksatria di langit sama sekali tidak mengurangi kecepatan. Sayap selebar dua meter Burung Ganas itu terus mengepak kencang. Salah satu burung tiba-tiba menyambar rendah, menerjang gerbang barat dengan angin kencang. Sebagian besar pejalan kaki terjengkang ketakutan, sementara para prajurit buru-buru mengangkat perisai untuk melindungi mata.
"Batalion Pendekar Burung Ganas Pasukan Bayaran Kecil, kembali ke Ibukota untuk menyampaikan situasi militer darurat!" Seruan singkat itu melayang saat sang Burung Ganas sedikit miringkan badan, meluncur lincah melewati gerbang barat. Empat ksatria Burung Ganas lainnya terbang membelah udara tepat di atas kepala para prajurit di atas tembok kota.
Beginilah kira-kira sikap dunia yang berubah-ubah. Jika orang lain berani melakukan hal seperti ini, itu jelas merupakan tantangan bagi martabat pengawal kerajaan, setara dengan menantang Ibukota dan Kanjeng Raja yang dilindungi oleh pengawal kerajaan. Pengawal kerajaan bisa saja menangkapnya dengan alasan apa pun saat itu juga, minimal mengumpat delapan generasi leluhur kepada Ksatria Burung Ganas yang sudah pergi. Namun sekarang, begitu mendengar bahwa ini adalah pendekar pedang Burung Ganas dari Pasukan Bayaran Kecil, sudut bibir perwira pengawal kerajaan yang awalnya mencibir segera berubah menjadi senyuman, diikuti kata-kata yang tidak tulus: "Lihatlah, betapa gagahnya ksatria ini, pantas menjadi pasukan pimpinan Tuan Chi Aotian, Amy, dan Da Qing Shan. Inilah gaya keluarga terhormat." Pengawal kerajaan lain di sekitarnya sambil menahan rasa jijik juga memuji dengan keras, tentu saja lebih banyak berangan-angan - meski berstatus pengawal kerajaan, tetap tidak bisa sembarangan bergabung dengan organisasi besar seperti Pasukan Bayaran Kecil yang penuh keuntungan dan "masa depan" gemilang.
Kabar di kalangan bangsawan Ibukota menyebar sangat cepat. Malam itu juga sebagian besar keluarga terkemuka sudah mengetahui bahwa Pasukan Bayaran Kecil kembali mengirimkan 5 ksatria Burung Ganas ke Ibukota untuk melaporkan situasi militer darurat.
Marsekal Adipati Chi Datong dari Kekaisaran tidak berada di ibu kota. Earl Hanmu, pejabat yang bertugas di departemen militer saat mendengar kabar ini, cangkir kopinya terjatuh mengeluarkan bunyi nyaring di lantai marmer. Earl segera mengadakan rapat para petinggi departemen militer. Beberapa perwira profesional berkumpul (catatan: ini benar-benar "bertemu kepala" - kesulitan yang menantang ini cukup membuat para tentara ini saling benturan kepala atau membenturkan kepala ke tembok). Para tentara sepakat bahwa kabar buruk ini harus disampaikan ke Baginda Raja dalam waktu sesingkat mungkin, dan memohon Sang Raja untuk menjalankan kewenangannya.
Bahkan Kaisar Hongshi yang tenang sekalipun, ketika mendengar kabar buruk ini, cangkir tehnya melakukan ciuman dalam dengan lantai. Sang Penguasa menunduk melihat karpet yang ternoda lalu menggeleng sambil tersenyum pahit pada komandan regu Ksatria Burung Ganas: "Memang pantas menjadi bawahan Marquis Chi dan Tuan Aimi, ucapan kalian selalu mengejutkan sampai mati. Selama setengah tahun terakhir, aku mulai takut dengan kalian. Setiap kali membawa kabar, selalu berita buruk. Kali ini lebih parah lagi."
Orang-orang benua beku terkenal dengan kejujurannya. Prajurit Pasukan Bayaran Kecil yang mendengar keluhan Sang Kaisar benar-benar mengira Kaisar Hongshi marah, buru-buru membela diri: "Kanjeng Raja, ini... ini bukan salah kami. Komandan kami bilang, kalau saja tahu para penjahat ini akan menyerang pelabuhan, kami akan menunda beberapa bulan lagi baru berangkat, lebih aman begitu."
“Beberapa pejabat departemen militer kekaisaran mendengar kata-kata yang begitu membangkang ini sudah tidak tahu harus berkata apa, komandan regu yang dikirim kembali oleh Pasukan Bayaran Kecil ini benar-benar berani, langsung menentang Kanjeng Raja dengan kata-kata yang tidak enak didengar, ini memang membutuhkan nyali yang besar. Namun karena wibawa Yang Mulia, para personel militer ini tetap mematuhi protokol yang semestinya.
Tentara bayaran itu melihat tidak ada yang menanggapi omongannya, mengira suaranya kurang keras. Didorong oleh tanggung jawab untuk menjalankan tugas bagi kelompok bayaran, dia menaikkan volume suaranya: "Komandan kami juga bilang, setiap kali kami transaksi rugi seperti ini terus-terusan, kelompok kami nanti harus jual darah... Jangan... Jangan tarik baju saya! Kelompok kami miskin, satu orang cuma dikasih satu setel baju, kualitasnya jelek, ditarik dikit langsung sobek. Saya pakai saja takut dicuci, takut rusak. Saya cari istri masih perlu ngandelin baju ini lho."
Gerakan kecil Wakil Menteri Departemen Militer yang bertanggung jawab atas pelatihan ketahuan, dia cengengesan canggung lalu cepat-cepat menunduk. Beberapa perwira lainnya langsung basah keringat membasahi baju... Tadi mereka juga mau melakukan gerakan serupa, untungnya gerakan mereka lambat, kalau tidak yang kena masalah pasti diri mereka sendiri.
Wakil Menteri Departemen Militer maju selangkah dan berlutut satu kaki: "Yang Mulia, mayoritas Pasukan Bayaran Kecil adalah keturunan personel militer Daratan Es, terkenal dengan kesederhanaannya. Mereka belum mendapat pelatihan protokol istana, mohon Yang Mulia memaafkan."
"Oh tidak apa. Pengawal, berikan seragam prajurit kekaisaran untuk tentara bayaran ini." Kaisar Hongshi yang memahami betul sifat Amy tersenyum memberi perintah.
"Aduh, Baginda Raja baik sekali. Oh iya, di luar masih ada 4 saudaraku yang berjuang bersamaku. Kami sudah bersumpah hidup dan mati bersama, berbagi makanan dan barang berharga. Baginda tidak bisa hanya memberiku satu, nanti saat aku keluar baju ini akan disobek jadi beberapa bagian untuk dibawa masing-masing."
"Baik, satu orang satu potong." Melihat sorot mata penuh harapan (tepatnya serakah) pemuda itu, Kaisar Hongshi menyesali ucapannya. Jelas-jelas pemuda ini murid langsung Komandan Resimen Amy, pandai memanfaatkan kesempatan dan langsung menggigit sampai berdarah. Sayangnya, Sang Raja tersadar terlambat, dan malah mengucapkan hal yang lebih buruk.
"Terima kasih Kaisar! Atas nama 2000 lebih anggota resimen kami, dan calon istri mereka nanti, haturkan terima kasih. Baginda benar-benar dermawan, memberikan hadiah satu potong untuk setiap orang..."
Telinga Hongshi memanas saat menyadari situasi. Emosinya meluap membuat cangkir teh di tangannya terciprat, membasahi janggut, wajah, dan bajunya. "Bencana berasal dari mulut!" Kaisar Hongshi hampir menyesal sampai ususnya menghijau. Tanpa obat penyesalan, seorang kaisar tak bisa menyangkal ucapannya. Satu-satunya hiburan: seragam terbaik hanya bernilai beberapa Koin Emas, masih terjangkau bagi penguasa kekaisaran.
Awalnya ingin menanyakan hal-hal spesifik tentang musuh di Benua Fanos, namun setelah kejadian tadi, Hong Shi menjadi sangat hati-hati. Dengan bijak menganggukkan kepala menyuruh komandan regu Pasukan Bayaran Kecil mundur. Setelah memastikan pasukan bayaran kecil telah meninggalkan aula, barulah Hong Shi secara resmi meminta saran dari para jenderal di departemen militer.
Sebagai penguasa ganda di Benua Eminoll dan benua beku, saat ini merasakan ketidaknyamanan akibat wilayah kekuasaan yang sangat luas. Saat ini di Federasi Utara masih ada 25.000 pasukan elit, selain itu terdapat 20.000 pasukan reguler, 20.000 pasukan pendekar, 10.000 tentara bayaran, dan lebih dari 10.000 pasukan bangsawan di Federasi Utara. Namun, dengan terpisahnya lautan, pasukan-pasukan ini hampir tidak bisa dimanfaatkan; Ada satu legiun lengkap di dekat Hutan Perbatasan yang sekarang juga tidak efektif. Area Hutan Perbatasan dipenuhi perbukitan dan hutan lebat. Tanpa tekanan militer, daerah ini pasti akan berubah menjadi ladang panen bagi perompak gurun; Lalu ada lebih dari 10.000 pasukan elit di dekat Benteng Tongyun yang juga tidak bisa digerakkan. Jika tidak, begitu Kekaisaran Tentara Bayaran jatuh, wilayah tenggara Kekaisaran akan runtuh dengan sendirinya; Lebih banyak pasukan elit masih terkepung di tepi utara Sungai Singa. Meskipun semua orang langsung menyadari bahwa serangan lompatan skala besar pasukan Fanos ini jelas bukan manuver palsu, dan pasti merupakan transfer strategis musuh, apa boleh buat? Di depan pasukan Kekaisaran masih ada pasukan musuh yang tampak lebih mengerikan, yang telah menguasai beberapa kota kecil di Sungai Singa. Jika ada celah di garis depan, diperkirakan Dataran Sungai Singa akan menghadapi risiko pendudukan total.
Pasukan Benua Asing yang melakukan ekspedisi ke Pelabuhan Duanbing tidak hanya menciptakan masalah kekurangan pasukan bagi kekaisaran, tetapi juga kesulitan dalam sumber daya perwira. Keempat aspek yang disebutkan sebelumnya membutuhkan jenderal-jenderal kompeten yang mampu memimpin mandiri; Beberapa marsekal tua kekaisaran telah memasuki usia enam puluh tahun dengan energi yang jauh berkurang, sementara satu-satunya marsekal yang masih aktif yaitu Marsekal Chi Datong juga merangkap sebagai Kepala Departemen Militer yang bertanggung jawab atas mobilisasi global, sehingga mustahil untuk memimpin pertempuran di satu front tertentu; Marquis Chi Hanfeng, Yang Mulia Jenderal Wilayah Pertahanan Ibukota, juga sedang memimpin pasukan di luar...
"Yang Mulia, bisakah kita melakukan promosi melompati jenjang untuk wajah baru di Zona Ibu Kota?" Wakil Kepala Departemen Militer bertanya dengan hati-hati.
"Tidak boleh!" Kaisar Hongshi membantah tegas, "Tidak ada satupun Komandan Batalyon yang ada di Zona Ibu Kota saat ini yang dipromosikan berdasarkan jasa perang. Dalam sejarah kekaisaran, sebagian besar penanggung jawab front yang dipromosikan dengan cara seperti ini berakhir dengan kegagalan."
"Kalau begitu, Yang Mulia, hamba memiliki usulan lain. Bisakah Tuan Aimi, komandan Pasukan Bayaran Kecil, membentuk zona tempur sementara dengan menarik 2-3 batalyon dari Legiun Naga Pelangi dan Pengawal Kekaisaran, ditambah kekuatan pasukan bayaran yang sudah ada? Total pasukan reguler akan mencapai 25.000 orang, cukup untuk menstabilkan situasi. Komando Aimi yang brilian dalam Pertempuran Pulau Xilin sebelumnya telah disaksikan banyak pihak, dan dia juga anak angkat Jenderal Chi dari Wilayah Pertahanan Ibukota. Dari sudut pandang penerusan jabatan ayah oleh anak, ini juga masuk akal. Orang lain mungkin akan mendapat perlakukan dingin jika memimpin Legiun Naga Pelangi, tapi Tuan Aimi seharusnya tidak bermasalah." Wakil Kepala kembali mengajukan proposal.
“Bagi para pejabat departemen militer kekaisaran, data komandan senior seluruh kekaisaran termasuk pimpinan kelompok tentara bayaran besar sudah dihafal luar kepala. Karena tidak ada perang selama bertahun-tahun, komandan zona militer kekaisaran terus mengalami kekurangan regenerasi. Inilah mengapa Zona Ibu Kota pernah kosong pimpinan tertinggi selama lebih dari 5 tahun. Dalam kondisi seperti ini, solusi yang bisa dipikirkan hanya beberapa. Perkataan Wakil Menteri tadi juga mewakili pemikiran semua orang. Melihat hubungan Yang Mulia dengan Keluarga Chi serta tingkat kepercayaannya, ini mungkin rencana yang paling realistis untuk diimplementasikan.”
“Tidak bisa.” Kali ini sang Kaisar Hongshi berpikir lama puluhan tarikan napas: “Sebagai tentara bayaran yang memimpin pasukan reguler kekaisaran, aturan ini tidak boleh dilanggar.”
Seluruh pejabat departemen militer kembali tenggelam dalam perenungan.
…………
Di penghujung musim dingin menjelang musim semi, angin malam bertiup kencang. Dentuman angin terdengar hingga ke seluruh sudut ibukota. Langit tak berawan, bulan sabit merah tergantung miring di langit selatan, cahaya dinginnya menyinari bumi.
“Dung... dung... dung...” Jam tiga malam. Bunyi pukulan pada lingkaran logam bergema serentak di seluruh ibukota, suara dinginnya terdengar hingga ke kejauhan.
Kecuali lentera angin besar di sekitar istana, sebagian besar kantor pemerintahan di ibukota tenggelam dalam kegelapan.
Di dekat gerbang timur kekaisaran, sebuah rumah besar masih menyala lampunya. Dibandingkan cuaca dingin di luar, udara dalam ruangan sama menusuknya. Sebuah lentera sepi berdiri di meja, sementara pria paruh baya duduk bersila di tempat tidur dengan wajah termenung penuh kepasrahan. Mendengar angin di luar semakin kencang, ia berseru: "Penjaga! Masuklah menghangatkan diri sebentar."
Penjaga ragu sejenak: "Terima kasih, Tuan. Tugas masih menanti."
"Ha..." pria itu menghela napas panjang, "Jika kau mau, bisa beristirahat di pos penjagaan. Tak perlu menderita seperti ini."
Sebagai salah satu komandan wilayah pertahanan tertinggi kekaisaran, Viscount Fan sama sekali tak menyangka akan menghadapi situasi seperti ini.
Dalam 20 tahun karier militernya, Viscount Fan tercatat dengan jasa gemilang. Berpindah-pindah di berbagai medan tempur, menunjukkan kinerja luar biasa di setiap jabatan, akhirnya naik kelas dari rakyat jelata menjadi bangsawan, bahkan diangkat sebagai Yang Mulia Jenderal kekaisaran.
Pertempuran di Sungai Singa yang berakhir imbang dengan pasukan Fanos menjadi kekalahan terbesar dalam catatan sang Viscount. Tekanan semakin besar ketika pasukan Pulau Iblis menduduki kota-kota kecil di tepi sungai tersebut secara mendadak - peristiwa langka dalam sejarah seabad terakhir kekaisaran.
Saat mundur ke Kota Lionheart, seorang bawahan bertanya dengan wajah cemas: Apakah departemen militer kekaisaran bisa mengetahui bahwa Legiun Singa Api diserang secara bersamaan oleh pasukan besar dari Pulau Iblis dan Farnorth? Bisakah hal ini dijadikan pertimbangan untuk memaklumi kerugian besar yang diderita Legiun Singa Api? Akankah Kanjeng Raja bisa memaklumi?
Di hadapan banyak bawahan, Viscount Fan pertama kalinya kehilangan kepercayaan diri yang biasa: "Ini... Baginda Raja berasal dari keluarga militer, pengetahuannya tentang militer jauh melampaui kita. Jadi... Saya pikir mungkin... Kita bisa merebut kembali kota untuk membalas budi kekaisaran." Ketidakpastian dalam ucapannya jelas meninggalkan bayangan gelap di hati prajurit Legiun Singa Api.
Selama lebih dari sebulan berikutnya, Viscount Fan mengerahkan sebuah batalyon campuran berharap bisa merebut kembali setidaknya sebuah kota kecil berpenduduk 3000 orang. Sayangnya, bahkan pasukan elite seperti Singa Api pun tak mampu mengalahkan kekuatan tempur prajurit Pulau Iblis. Terutama unit elit Pulau Iblis - unit 100 iblis, pasukan sekuat ini hanya butuh 100 orang untuk menguasai satu sektor pertempuran. Yang lebih mencemaskan Legiun Singa Api, iblis-iblis ini bisa mengembangkan sayap selebar 4 meter untuk terbang rendah dengan kecepatan dua kali lipat ksatria ringan. Dalam berbagai konflik, Legiun Singa Api menemukan 5 bendera unit 100 iblis di Pulau Iblis. Kelima unit iblis ini praktis menguasai semua kota.
Kemudian, dengan secarik surat perintah, Legiun Singa Api meninggalkan wilayah utara Sungai Singa yang telah mereka jaga selama lebih dari 300 tahun. Sang Viscount sendiri langsung dipanggil kembali ke departemen militer kekaisaran.
Dari pandangan para perwira yang mengantarnya, Viscount Fan melihat campuran belas kasihan, kekhawatiran, solidaritas sesama prajurit, dan bahkan kecurigaan. Ditambah dengan tindakannya sebelumnya yang tidak memberikan bantuan kepada kelompok tentara bayaran di bawah keluarga bangsawan terkemuka kekaisaran, mantan Yang Mulia Jenderal wilayah pertahanan ini sepertinya sudah bisa menebak akhir nasibnya setelah kembali ke Ibukota - Apa yang akan dilakukan departemen militer kekaisaran pimpinan Chi Datong, tiga wilayah operasi militer kekaisaran yang dipimpin oleh saudara Chi Hantong dan Chi Hanfeng, serta murid-murid dan anak buah mereka? Jawabannya sudah jelas. Sebagai seorang prajurit yang baru saja masuk ke kasta bangsawan dari rakyat jelata, Viscount Fan benar-benar kurang memahami seluk-beluk keluarga bangsawan terkemuka di Ibukota, apalagi mengetahui bangsawan berpengaruh mana yang harus ditemui untuk membebaskan dirinya dari tuduhan.
Begitu tiba di Ibukota, di gerbang selatan Ibukota, Viscount Fan langsung dibawa prajurit ke kediaman resmi yang disediakan untuk pejabat daerah yang memasuki ibu kota. Sayangnya, ia ditempatkan di paviliun paling dalam dengan dua penjaga di pintu, dan diberitahu bahwa tanpa izin tertulis, dilarang meninggalkan halaman kecil berwarna hitam seluas tidak lebih dari 20 meter ini.
Tidak ada tahanan yang lebih terang-terangan dari ini. Viscount Fan sama sekali tidak optimis dengan masa depannya. Satu-satunya kejutan adalah bahwa prajurit penjaga pintu ternyata bukan berasal dari departemen militer kekaisaran, melainkan dari departemen administrasi sipil kekaisaran yang tidak ada hubungannya dengan militer.
Pada hari keempat persidangan internal, hal pertama yang dilihat Viscount Fan saat memasuki aula adalah tumpukan dokumen setinggi dua meter. Saat itu, Viscount Fan langsung merasa kekurangan oksigen: Sebelumnya ia pernah menghadiri persidangan serupa - tentu dengan peran yang sangat berbeda. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, bahkan untuk kasus terbesar sekalipun, ketebalan dokumen tidak lebih dari 50 cm. Dokumen setebal ini mungkin cukup untuk memeriksa semua perwira Legiun Sungai Singa. Hingga Viscount Fan secara tidak sopan bertanya: "Apakah... semua ini berkaitan dengan saya?"
Tak lama kemudian, Viscount Fan menyadari bahwa yang duduk di tengah aula benar-benar Deputi Menteri Departemen Administrasi Sipil Kekaisaran beserta dua asistennya, sementara perwakilan militer Adipati Chi Datong hanya duduk sebagai pendengar.
Berbeda dengan kesejukan aula, Adipati Chi Datong menunjukkan raut penuh perhatian. Tanpa menunggu Viscount Fan menghampiri untuk memberi hormat, ia langsung berdiri dan menjabat tangan: "Insiden besar di perbatasan selatan, Legiun Singa Api diserang musuh dua kali lipat. Atas nama departemen militer, saya menyampaikan perhatian kepada prajurit yang gugur dan terluka. Setelah urusan di sini selesai, segera laporkan diri ke departemen militer. Para petinggi lainnya sangat ingin bertemu Yang Mulia."
Selama lebih dari dua bulan persidangan berikutnya, Viscount Fan baru menyadari bahwa pemenjaraan ini sangat berbeda dengan perkiraannya. Penuntut ternyata adalah 73 keluarga bangsawan Kekaisaran di Wilayah Sungai Singa, dengan pihak yang menerima pengaduan adalah Biro Pengelolaan Bangsawan Departemen Administrasi Sipil Kekaisaran. Tuduhannya mencakup tiga pasal:
1. Pembunuhan 159 bangsawan Kekaisaran;
2.Pembunuhan 6.723 personel militer di Wilayah Khusus Bangsawan Kekaisaran；
3.Melarikan diri dari medan perang，menyebabkan 45 wilayah bangsawan jatuh ke tangan musuh，21 bangsawan ditahan oleh musuh.
Gelar bangsawan yang tercatat dalam dokumen mencakup semua titel kecuali Pangeran, Raja Kabupaten, dan Adipati. Setidaknya 2 Marquis dan 7 Earl dengan gelar tinggi tewas karena kelalaian subjektif maupun objektif Viscount Fan. Catatan kaki dari Departemen Administrasi Kekaisaran tentang peristiwa ini menyatakan: Kejahatan pembunuhan bangsawan terbesar dalam sejarah Kekaisaran.
Selama proses persidangan, Departemen Militer Kekaisaran justru terus membela Viscount Fan. Setiap sidang, di mana pun dan kapan pun, selalu dihadiri oleh pejabat utama setingkat Staf Militer atau lebih tinggi dari departemen militer. Lebih lanjut, departemen militer secara tegas menyatakan bahwa sebagai salah satu pejabat tertinggi militer, Viscount Fan tidak boleh dikenakan hukuman fisik apapun selama proses persidangan. Hal ini membuat Viscount Fan sangat terkejut. Secara pribadi, dia pernah bertanya kepada pejabat Departemen Militer Kekaisaran yang agak dikenalnya: Mengapa departemen militer begitu membelanya dalam sengketa ini? Apakah mereka tidak mempermasalahkan beberapa perselisihan masa lalu? Dia bahkan secara langsung menanyakan tentang masalah tidak adanya bala bantuan untuk Pasukan Bayaran Kecil.
Wajah Viscount Birmingham, pejabat utama departemen pelatihan Kementerian Urusan Militer, dipenuhi keheranan. Bagi departemen militer kekaisaran, terutama para marsekal dan jenderal senior seperti Chi Datong, para jenderal dan staf militer di berbagai wilayah militer tidak diragukan lagi adalah orang-orang yang mereka promosikan sendiri - meskipun mungkin sebelumnya tidak pernah berinteraksi langsung. Oleh karena itu, departemen militer kekaisaran memperlakukan semua jenderal secara setara. Perwira penting seperti Viscount Fan telah menjadi tangan kanan yang tak tergantikan bagi departemen militer selama bertahun-tahun. Bagaimana mungkin mereka masih mempermasalahkan beberapa kekurangan kecilnya? Mengenai penguatan Pasukan Bayaran Kecil, Kaisar Hongshi sebenarnya telah berkali-kali menanyakan hal ini, bahkan meminta dikirimkannya pasukan pendukung. Di departemen militer, Adipati Chi termasuk salah satu penentang paling keras bantuan ini. Dalam hal ini, Earl Chi Hanfeng selaku komandan Zona Ibu Kota juga memiliki pendapat yang sama.
"Apakah departemen militer akan mentolerir hilangnya wilayah kekaisaran?"
"Hmm... Sebagai personel militer, mempertahankan wilayah dan negara adalah kewajiban. Namun dalam situasi saat itu, setiap komandan dan pasukan memiliki batasan masing-masing. Setelah peristiwa itu, kami melakukan analisis khusus tentang perang tersebut. Dengan jumlah pasukan yang ada saat itu, hasil tersebut sudah termasuk salah satu yang terbaik yang bisa kami prediksi."
Di akhir pertemuan, Viscount Birmingham menepuk bahu Viscount Fan: "Saudara, setelah perang ini usai, saya benar-benar menyarankanmu untuk bertugas sementara di departemen militer. Dengan begitu, pemahamanmu tentang pasukan Kekaisaran akan lebih baik."
Menatap mata yang penuh ketulusan itu, Viscount Fan berusaha keras mengendalikan ekspresi wajah dan sorot matanya agar tidak terlihat tidak pantas.
Di bawah intervensi kuat departemen militer kekaisaran, Viscount Fan tidak mengalami perlakuan buruk yang berarti selama dua bulan terakhir. Hanya saja, penderitaan akibat kehilangan kebebasan bergerak sepenuhnya sulit ditoleransi oleh orang biasa.
Memandang kepulan asap lampu minyak, merasakan dinginnya musim semi yang menusuk di luar, Yang Mulia Jenderal mantan itu tidak memiliki keyakinan apapun tentang masa depannya. Mungkin, ia akan dipaksa pensiun atau bahkan dicabut gelar bangsawannya.
Di luar, derap kuda yang mendadak menderu di bawah bulan purnama yang terang-benderang memecah lamunan sang Viscount: "Oh, larut malam begini masih ada yang berkuda kencang di ibukota yang sudah memberlakukan jam malam, mungkin ada situasi militer darurat. Jangan-jangan kabar dari perbatasan selatan. Semoga bukan berita buruk." Memikirkan ini, Tuan Viscount menggelengkan kepala pasrah. Bukan lagi pejabat, tak perlu urusi urusan negara. Buat apa susah-susah?
Derap kuda tiba-tiba berhenti di dekat situ. Tak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu berat. Beberapa perwira pengawal kerajaan membuka pintu gubuk kecil: "Perintah Yang Mulia Raja, Viscount Fan harus segera menghadap ke istana!"
