Amy merasakan dingin dari kedalaman hatinya. Ia bangkit tiba-tiba mengabaikan lukanya - ke mana Ying pergi? Jangan-jangan dibawa ayahnya? Atau diculik...
Tiba-tiba, suara langkah kaki tergesa terdengar dari luar pintu. Daun pintu diketuk cepat: "Komandan Resimen, pos jaga diserang. Kondisinya sekarang tidak diketahui - hidup atau mati."
Pos penjaga yang diserang berada di pusat perkemahan Pasukan Bayaran Kecil. Empat pos penjaga yang berdekatan telah roboh tak bersuara di tanah. Huo Ensi, Da Qing Shan, dan Amy tiba hampir bersamaan. Di tanah berserakan empat anak panah pendek berwarna hijau. Huo Ensi mengamati para penjaga, wajahnya menunjukkan ekspresi aneh. Ia berjongkok dan menekan kuat titik renzhong seorang penjaga. Tak lama, prajurit bayaran yang roboh itu mengerang. Setelah diperiksa, keempat penjaga tidak memiliki luka mematikan, hanya pingsan. Saat mengambil anak panah di tanah, baru diketahui ujung depan panah telah dipotong rata. Keempat penjaga masing-masing terkena panah tepat di dahi.
Bisa melumpuhkan empat penjaga tanpa memberi kesempatan memberi alarm, dengan setiap panah tepat mengenai tengkorak untuk memingsankan tanpa membunuh - penembak jitu dengan kecepatan dan akurasi seperti ini sangat langka. Namun kebetulan Pasukan Bayaran Kecil memiliki satu orang seperti itu. Wajah Amy pucat pasi. Bangunan yang dijaga empat penjaga itu adalah tempat tunggangan Batalion Pendekar Burung Ganas, dihuni lebih dari 300 burung ganas besar dan kecil. Setelah memasuki ruangan - benar saja, burung ganas kesayangan Ying tidak berada di cabang tempat biasanya bertengger.
Tanpa menghiraukan pertanyaan di mata beberapa rekannya, Amy seperti angin melompat turun dari platform menuju rumah. Beberapa kali melompat ia kembali ke kamarnya. Setelah menyalakan lampu minyak, di bawah bantal Ying ditemukan sebuah amplop. Saat dibuka, tulisan tipis dan rapi langsung terlihat di atas kertas.
Amy:
Ketika kamu membaca surat ini, mungkin aku sudah pergi darimu.
Amy, sebenarnya akhir-akhir ini aku tidak bahagia, sungguh. Aku sangat bingung, di satu sisi ada kamu, di sisi lain ada keluargaku. Karena alasan khusus, ayahku tidak bisa menerimamu. Dia tidak hanya mengancam nyawamu, tapi juga berkata padaku bahwa jika menikah denganmu, aku tidak boleh kembali ke hutan peri selamanya dan tidak boleh bertemu kakek-nenek serta adikku lagi.
Aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana.
Kemudian, aku mulai mengerti. Setiap orang memiliki takdirnya sendiri. Mungkin ini takdirku: "Memilikimu, tapi tidak bisa bersama selamanya." Hidup memang seperti tali merah yang kusut, semakin kucoba melepaskannya semakin erat terikat. Baik kamu, ayah, maupun keluarga, saat ingin memiliki semuanya, akhirnya justru kehilangan semuanya.
Aku sangat takut kehilanganmu, juga takut kehilangan keluargaku.
Saat berjaga di tembok kota, pernah kuharap panah menembus dadaku agar aku kembali ke wujud peri asli. Sayang... panah itu tak kunjung datang.
Sejak kecil, suami dalam mimpiku memang seperti kamu: pemaaf, mencintaiku, dan hidup bahagia bersamaku seumur hidup. Sayangnya, separuh awal dan akhir mimpiku terlalu jauh dari kenyataan. Pernah kuharap "musim dingin bergemuruh dan musim panas turun salju" barulah berani berpisah darimu. Sampai tadi malam masih bermimpi menemanimu ke benua beku. Sayang, ini semua adalah mimpi yang tak mungkin kuraih dalam hidup ini.
Jadi, kuputuskan untuk pergi. Kira ayahku tidak akan mengancammu lagi.
Aku ingin kembali ke hutan peri, menemani kakek dan nenekku. Dalam hidup ini, memiliki dirimu saja sudah cukup. Jangan mencariku, tak ada manusia yang bisa memasuki hutan peri. Jagalah dirimu baik-baik, jaga kebersihan, dan semoga kau menemukan kakak yang lebih baik untuk mencintaimu.
Karena kakiku terluka, aku akan naik Burung Ganas. Barang-barang yang kutinggalkan, buang saja jika mau, jangan disimpan agar tak merepotkan nanti.
Terakhir, sungguh sangat berterima kasih padamu. Di saat tersibuk pun, kau masih menyisihkan 4 shichen setiap hari untuk menemaniku, memberikanku 10 shichen terbahagia dalam hidupku. Sekarang, kau pasti mengerti mengapa pertama kalinya aku bersikeras memintamu untuk memberiku waktu?
Yang tak layak mendapat maaf: Yingying
Kalender Sihir Tahun 5 Musim Semi Bulan 3
Kertas surat ini berkerut, jelas pernah berulang kali basah oleh air mata.
Pemuda yang belum pernah merasakan gelombang cinta ini nyaris hancur, terutama saat membaca bagian tentang 4 shichen setiap hari. Amy menangis bergumam: "Bodohnya, mana kutahu kau akan meninggalkanku? Mana kutahu kau memperjuangkan 10 shichen terakhir ini? Andai saja tahu, mana mungkin kuenggan memberikannya, mana mungkin kurela melepas 2 shichen terakhir bersamamu?"
Da Qing Shan, Chi Aotian, Huo Ensi mengerumuni dan bersama-sama membaca surat itu. Chi Aotian tidak mengucapkan sepatah kata pun, langsung berjalan keluar dan memanggil Naga Yao Li. Dengan mengangkat sayapnya ke langit, mereka terbang menuju tenggara. Da Qing Shan menyuruh anggota Pasukan Bayaran Kecil di luar untuk memberi tahu pasukan pemanah Elf Padang Rumput agar berpatroli di seluruh kota. Jika menemui Nona Ying, harap segera memintanya kembali.
Huo Ensi diam-diam menggelengkan kepala. Kedua rekannya hanya melakukan upaya manusiawi belaka. Sistem giliran jaga Pasukan Bayaran Kecil diganti setiap 4 jam. Nona Ying cukup memahami pola pergantian jaga ini. Kini pasti sudah lebih dari 2 jam sejak kepergiannya. Mampukah Chi Aotian mengejarnya? Dan jika berhasil, apa yang bisa dilakukan? Jarak pandang elf di malam hari jauh melebihi manusia, ditambah ukuran Burung Ganas yang kecil, terlalu mudah untuk bersembunyi. Harapan menemukan Ying di dalam kota adalah pemikiran yang terlalu naif.
Saat Naga Yao Li kembali, fajar telah menyingsing. Setelah terbang sepanjang malam di udara dingin musim semi, wajah Chi Aotian pucat bagai salju. Dari raut wajahnya yang muram saja sudah terlihat jelas bahwa usaha ini tidak membuahkan hasil.
Selama 5 jam penuh, Amy duduk diam di tepi tempat tidur tanpa bergerak. Sha Ruo, Lin Yushang, Da Qing Shan, dan Huo Ensi tidak tahu harus berkata apa, hanya duduk dengan canggung. Balbas mondar-mandir gelisah di luar ruangan. Sebag besar anggota kelompok pasukan belum mengetahui apa yang terjadi. Anggota Pasukan Bayaran Kecil yang datang untuk meminta instruksi kerja langsung dimarahi oleh Balbas di anak tangga dengan wibawa sosok orang tua.
Dalam keheningan, Amy tiba-tiba berdiri: "Saya tidak ada urusan lagi, silakan semuanya kembali bekerja." Setelah berkata demikian, dia berjalan cepat menuju balai pertemuan dan mengumpulkan semua tentara bayaran setingkat komandan kompi ke atas. Dalam rapat tersebut, para pejabat menengah Kelompok Tentara Bayaran yang belum memahami kejadian semalam sama sekali tidak mendeteksi keanehan apapun dari raut wajah dan perilaku komandan mereka.
Tepat pukul 3 sore, pasukan besar kembali mendatangi sisi timur Pelabuhan Duanbing - Tak lama kemudian, sosok Viscount Fan yang familiar bagi para pejabat tinggi Pasukan Bayaran Kecil terlihat di kejauhan.
Pasukan bantuan Kekaisaran terperangah melihat cara masuk mereka ke Pelabuhan Duanbing: Ketiga gerbang kota terkunci rapat, setiap lorong gerbang dipenuhi balok batu raksasa. Justru bagian tembok kota yang semula utuh kini memiliki beberapa lubang besar. Kerumunan pekerja di atas dan bawah tembok sedang membersihkan puing-puing di bawah lubang tersebut. Parit pertahanan sudah lama ditimbun - Akhirnya, pasukan terpaksa masuk kota melalui tembok yang runtuh.
Viscount Fan dan para perwira tinggi Kekaisaran lainnya tidak menyangka pertempuran bisa sebegitu dahsyatnya. Terutama ketika melihat semua perwira Pasukan Bayaran Kecil terluka, setiap prajurit di sekitar mereka juga terluka, dan setiap rumah penduduk memasang kain putih sebagai tanda berkabung. Hanya kata "terkejut" yang bisa menggambarkan ekspresi para perwira Kekaisaran.
Dalam angin dingin, Amy memimpin semua perwira utama Pasukan Bayaran Kecil menyambut tentara Kekaisaran. Saat Amy menjelaskan secara singkat bahwa tingkat korban pasukan bayaran mencapai 100%, bahkan melebihi Pertempuran Pulau Xilin, dengan tingkat kematian penduduk mencapai 45%, Viscount Fan yang selama bertahun-tahun tak pernah menampakkan air matanya mulai meneteskan air mata dari sudut matanya: "Komandan Resimen Amy, sungguh memalukan, bawahan benar-benar tidak tahu pertahanan kota begitu mengerikan, kalau tidak..."
Komandan Pasukan Bayaran Kecil menunjukkan ekspresi datar yang jarang terlihat: "Yang Mulia Viscount Fan, perkataan tidak bisa seperti ini. Meskipun warga dan tentara Duanbinggang sangat merindukan bala bantuan, tapi... sebagai personel militer, kami semua memahami kehati-hatian yang harus Tuan junjung tinggi. Dan fakta membuktikan, tanpa langkah hati-hati Tuan, mungkin kami takkan pernah menunggu bala bantuan." Ekspresi tenang remaja itu membuat semua orang paham ini bukan sekadar basa-basi.
Menurut Peraturan Manajemen Militer Kekaisaran, begitu kota yang dipertahankan kelompok tentara bayaran diserang negara musuh resmi, pasukan reguler Kekaisaran yang tiba akan mengambil alih tanggung jawab utama pertahanan, sementara kelompok bayaran membantu pasukan Kekaisaran. Demikian pula diatur bahwa jika tingkat korban suatu pasukan mencapai 40%, dalam kondisi memungkinkan, mereka harus menyerahkan pertahanan ke pasukan sekutu dan mundur ke garis kedua untuk reorganisasi.
Di hadapan banyak perwira Kekaisaran, Amy memerintahkan semua pejabat Pasukan Bayaran Kecil untuk menyerahkan pertahanan Duanbinggang ke pasukan Kekaisaran - semua orang memahami kesulitan remaja ini: dengan rasio korban sedemikian tinggi, satu-satunya pilihan adalah mundur ke garis kedua untuk pemulihan.
Pasukan Kekaisaran mulai merenovasi tembok Pelabuhan Duanbing segera setelah mengambil alih pertahanan. Sedangkan Pasukan Bayaran Kecil berada dalam kondisi semi-rehabilitasi karena semua anggotanya terluka.
Pada hari ke-7 kedatangan bala bantuan kekaisaran, departemen militer mengirimkan penunjukan terbaru melalui kurir kuda:
Yang Mulia Jenderal Kekaisaran Viscount Fan membentuk Wilayah Pertahanan Pesisir Barat Ibukota yang berada di bawah komando Wilayah Pertahanan Ibu Kota Kekaisaran. Viscount Fan juga merangkap sebagai Wakil Jenderal Wilayah Pertahanan Ibu Kota.
Pasukan di Wilayah Pertahanan Pesisir Barat Kekaisaran selain Pasukan Pengawal Kekaisaran yang telah dipimpin Viscount Fan, juga mencakup 3 batalyon dari 3 provinsi termasuk Provinsi Sizhong dan Yue.
Pasukan bayaran yang bertugas di Duanbing - Pasukan Bayaran Kecil - dipulangkan ke ibukota untuk menerima penugasan baru karena jasa pertahanannya.
Adipati Chi Datong dari Departemen Militer Kekaisaran Amy
Pangkat Jenderal Wilayah Pertahanan Ibu Kota dan Utara memang setengah tingkat lebih tinggi dari perwira wilayah lain. Pembentukan wilayah pertahanan baru dan jabatan Wakil Komandan Wilayah Ibu Kota bagi Viscount Fan dianggap promosi setara, menandakan bayangan Pertempuran Sungai Singa telah sirna.
Pasukan Bayaran Kecil telah mempersiapkan diri untuk kembali ke ibukota. Yang aneh adalah: Kurang dari seperempat jam setelah menerima perintah, Komandan Resimen Amy langsung menyita semua kendaraan di Duanbing, menolak bujukan berulang para perwira kekaisaran, dan membawa seluruh pasukan pergi.
Para komandan utama Pasukan Bayaran Kecil tidak menunjukkan keberatan apapun. Semua orang tahu, dalam beberapa hari terakhir meskipun Amy terlihat normal di siang hari, setiap malam remaja itu menghabiskan waktu di aula pertemuan sendirian tanpa teman - sejak meninggalkan kamar, ia tidak pernah kembali ke kamarnya sama sekali. Tidak perlu ditebak, jelas karena ia tidak sanggup menghadapi pemandangan yang familiar yang bisa mengingatkannya pada gadis yang telah pergi. Wajah remaja itu selalu terlihat serius tanpa senyuman, tetap tenang bagai air jernih baik saat mendengar lelucon maupun menyaksikan kejadian mengejutkan.
Para remaja ini belum pernah mengalami gejolak cinta, apalagi memahami seberapa besar kekuatan yang dibutuhkan untuk mengubah seseorang seperti Amy secara total.
Perjalanan kembali ke Ibukota terasa sangat membosankan. Mayoritas anggota Pasukan Bayaran Kecil tidak menyangka harus melewati rute yang sama seperti dua bulan lalu, apalagi membayangkan bahwa 600 lebih rekan seperjuangan kini telah berubah menjadi kepulan asap dan segenggam abu. Terkena pukulan berat dua kali dalam waktu singkat, suasana dalam Pasukan Bayaran Kecil sangat muram. Semua anggota terutama yang berasal dari Pulau Xilin terlihat seperti menua 20 tahun, membisu sepanjang perjalanan.
Sepanjang perjalanan, setiap hari setelah memasuki Pos Peristirahatan, ketika pengelola pos mengetahui bahwa kelompok yang akan menginap adalah Pasukan Bayaran Kecil yang telah dua kali menyelamatkan kekaisaran dari kehancuran, mereka langsung menunjukkan sikap hormat. Beberapa komandan regu pos bahkan mengusir perwira menengah dari pasukan lain yang sudah menginap demi menyiapkan akomodasi yang lebih nyaman untuk Pasukan Bayaran Kecil. Personel militer selalu memiliki penghormatan khusus terhadap pahlawan medan perang. Tak peduli dari zona operasi mana perwira itu berasal, mereka dengan sukarela mengosongkan tempat tinggal saat diminta untuk Pasukan Bayaran Kecil.
Pada hari keempat, mereka telah memasuki lingkaran pertahanan Ibukota. Berdasarkan perjalanan saat ini, diperkirakan akan tiba di Ibukota pada sore hari kelima atau pagi hari keenam.
Pada malam itu, anggota Pasukan Bayaran Kecil Da Qing Shan, Huo Ensi, Chi Aotian, Balbas, Lin Yushang, dan Sha Ruo menerima surat kedua. Alasan tidak disebutkannya komandan resimen adalah karena pengirim surat tersebut justru Komandan Resimen Aimi sendiri. Isi suratnya sangat ringkas:
Para sahabat terhormat, Paman Balbas:
Hatiku sedang kacau.
Maafkan aku yang pergi tanpa pamit.
Aku ingin pergi mencari ketenangan. Departemen Militer Kekaisaran kemungkinan besar tidak akan memberikan misi tempur kepada Pasukan Bayaran Kecil dalam waktu dekat, jadi tidak ada hal khusus yang perlu dikhawatirkan. Paling lama 3 bulan, paling cepat 40 hari, aku akan kembali.
Selama ketiduranku, Da Qing Shan akan bertanggung jawab atas urusan kelompok.
Meskipun Kekaisaran akan memberikan dana santunan untuk saudara-saudara kita yang gugur, mengingat kesulitan keluarga mereka, kita harus tetap memperjuangkan hak mereka semaksimal mungkin.
Tak ada yang lain. Jangan berpikir lagi.
Amy di atas rumput
Pada musim semi tahun ke-5 Kalender Sihir bulan ketiga, 12 hari setelah Nona Ying pergi, komandan Pasukan Bayaran Kecil Amy juga menghilang secara misterius. Jika bukan karena kedua orang meninggalkan surat, mungkin mereka yang mendengar kabar ini akan mengira mereka diculik.
Setelah kebanyakan orang pergi, Huo Ensi, Da Qing Shan, dan Chi Aotian bersama-sama mendekati peta. Ketiganya menghitung: Tempat apa yang membutuhkan perjalanan pulang-pergi 40 hari?
Dua peristiwa paling berpengaruh bagi Raja Tentara Bayaran Amy di masa mudanya terjadi di tahun ke-5 Kalender Sihir.
Di bulan terakhir musim semi tahun ke-5 Kalender Sihir, peri muda Ying yang dicintai Amy meninggalkan Pasukan Bayaran Kecil, tak lama kemudian Amy juga pergi. Akar penyebabnya sangat sederhana, bisa dijelaskan dengan satu kata: Uang!
Dalam hidup Amy, uang tak pernah kurang, dan dia tak benar-benar menyadari pentingnya uang bagi orang biasa. Apalagi memahami pentingnya uang bagi peri hitam Qing Xin. Dasar inilah yang membuat Amy salah paham pada Ying karena Qing Xin - mungkin Amy tak pernah berpikir begitu, tapi Ying dari hutan peri yang juga tak punya konsep uang tak bisa mentolerir ketidakmurnian dalam cintanya.
Seandainya salah satu dari mereka lebih memahami dunia atau lebih fleksibel, berbagai peristiwa setelahnya tak akan terjadi. Karena itu, banyak sejarawan berpendapat perubahan besar tahun ke-5 Kalender Sihir bukan berasal dari ekspedisi barat personel militer Farnorth, melainkan kepergian Ying yang cantik dan murni dari Amy.
Pahlawan mungkin seperti ini, di tempat yang tak diketahui orang lain, merasakan buah pahit dalam kesepian.
——Buku berdebu paling tebal di Perpustakaan Besar Kekaisaran《Ketika Pahlawan Tak Lagi Menjadi Pahlawan》
