Di mana ada tentara bayaran, di situ pasti ada guild mercenary bawah tanah.
Konsep guild mercenary bawah tanah adalah hal yang kompleks dan bahkan sulit dipahami. Banyak manusia, kurcaci, dan berserk yang telah menerima misi selama lebih dari 20 tahun di guild bawah tanah, tetap belum benar-benar memahami konsep ini. Hehe, karena itu para tentara bayaran senior sering berkata sarkastis: "Orang dengan IQ di bawah 120 takkan mengerti makna sejati guild mercenary bawah tanah."
Kelahiran guild mercenary bawah tanah memiliki sejarah panjang - beberapa mengatakan bahwa tunas guild ini sudah muncul sejak hari pertama profesi tentara bayaran ada. Jika mengikuti pendapat ini, asal-usulnya bisa ditelusuri hingga Zaman Negara-Negara Berperang Kuno 55.000 tahun silam.
Alasan awal pembentukan guild bawah tanah hanya satu: para majikan tentara bayaran memiliki beragam permintaan aneh, di mana sebagian misinya bersifat ilegal dan para pemberi tugasnya pun tak boleh terpapar cahaya. Seperti pembunuhan raja atau bangsawan, pencurian senjata pusaka, pembantaian desa pembangkang... Intinya, transaksi ini harus dilakukan diam-diam, dengan prajurit yang menerima misi diwajibkan menjaga rahasia hingga mati. Hal ini sangat umum terjadi di Zaman Negara-Negara Berperang yang penuh kekacauan.
Tujuan awal pendirian guild mercenary bawah tanah adalah untuk memastikan transaksi-transaksi ini bisa berjalan lancar, sekaligus melindungi tentara bayaran dari pembunuhan oleh majikan setelah misi selesai. Dalam perkembangannya, fungsi guild ini semakin beragam. Saat ini setidaknya ada 3 jenis aktivitas utama yang masih berjalan di guild bawah tanah:
1.Sebagian tentara bayaran karena berbagai alasan tidak bisa bergabung dengan kelompok tentara bayaran besar, namun kemampuan pribadi atau level tentara bayaran mereka cukup tinggi. Tentara bayaran seperti ini biasanya enggan menerima tugas-tugas sederhana, di guild bawah tanah mereka bisa menemukan misi dengan bayaran lebih tinggi dan lebih menantang.
Perlu diketahui bahwa tugas-tugas yang diambil ini kemungkinan besar adalah tugas hitam, artinya meski diselesaikan dengan sempurna tidak akan dicatat dalam log tentara bayaran. Hal ini menyebabkan level tentara bayaran tersebut tidak bisa naik. Secara alami akan meningkatkan ketergantungan tentara bayaran tersebut pada guild bawah tanah, membentuk lingkaran setan.
2.Beberapa kelompok tentara bayaran besar untuk mencari keuntungan lebih tinggi, umumnya mendirikan kantor cabang permanen di Bar pohon. Mereka biasanya menyapu bersih semua tugas yang tersedia sesuai level kelompok tentara bayaran tersebut, lalu menyubkontrakkannya kembali dengan harga sedikit lebih rendah di guild bawah tanah. Bagi mereka, bahkan jika subkontrak gagal, tidak akan kehilangan sepeser pun. Tentu saja, untuk memastikan tingkat penyelesaian tugas, sebelum batas waktu mereka akan mengirim tentara bayaran terbaik untuk menyelesaikan tugas tersebut.
3.Beberapa pencuri (perampok) status aslinya sudah hitam, mungkin membawa beberapa nyawa manusia, tidak mungkin mendapatkan tugas resmi. Kebutuhan akan guild bawah tanah sudah jelas tidak perlu dijelaskan lagi.
Menariknya, alamat guild bawah tanah seringkali tidak jauh dari Bar Pohon. Selain itu, di dalam guild bawah tanah juga terdapat tiga organisasi guild utama: Guild Pembunuh, Guild Pencuri, dan Guild Abu-abu. Guild Abu-abu merupakan kebalikan dari guild mercenary, terdiri dari tentara bayaran abu-abu. Satu-satunya jaminan yang bisa didapat anggota guild ini adalah: jika upah tidak dibayar atau mereka dibunuh setelah menyelesaikan misi, guild akan menggelontorkan dana untuk mengeluarkan surat buronan dengan hadiah mencapai 100.000 Koin Emas. Guild Pencuri identik dengan Guild Pencuri di Bar Pohon, merupakan satu-satunya guild yang eksis di atas tanah dan bawah tanah. Guild Pembunuh adalah yang paling misterius di antara tiga guild bawah tanah, di mana sebagian besar anggota maupun majikan tidak menunjukkan wajah asli.
Kalender Sihir Tahun 5, Musim Panas Bulan 1.
Sudut barat laut Hutan Peri merupakan titik pertemuan tiga jalan raya utama: ke utara menuju ibu kota Gereja Suci -, ke selatan menuju ibukota Kekaisaran Tentara Bayaran Haiga - Gunung Coklat, dan ke timur menuju kota pelabuhan terbesar di tenggara benua - Sudut Timur. Di Benua Eminoll, hanya ada 4 persimpangan jalan raya sebesar ini, kemakmurannya tak perlu diragukan lagi.
Sekitar 100 meter di selatan Bar Pohon, terdapat sebuah bar yang bahkan lebih luas dari Bar Pohon. Di kedua sisi pintu tergantung dua papan tanda: kiri bergambar pisau belati berkait, kanan bergambar pedang panjang menindih perisai. Suara riuh-rendah di dalamnya sudah terdengar sebelum kita mendekat.
Inilah bar "Bunga Peri" yang sangat terkenal di guild bawah tanah. Pisau belati berkait adalah lambang khas guild pembunuh, sedangkan pedang panjang dan perisai merupakan lambang guild tentara bayaran abu-abu.
Alasan penamaan ini adalah karena bar ini terlalu dekat dengan hutan peri. Orang yang kekuatannya besar bahkan bisa melempar batu langsung ke dalam hutan peri - tentu saja, kekuatan saja tidak cukup, harus berani juga. Membuat marah para peri di sekitar hutan peri bukanlah hal main-main, konon bisa berakibat kematian.
Popularitas bar ini berasal dari posisinya yang disebut "Segitiga Emas" dunia bawah tanah, tepat berada di zona empat-tidak-urus antara Kekaisaran Amy, Gereja Suci, Kekaisaran Tentara Bayaran Haiga, dan Hutan Peri. Semua aktivitas ilegal bisa dilakukan secara terang-terangan di sini.
Di dalam bar Bunga Peri, meski di luar adalah siang hari bolong, ruangan yang luas ini cukup gelap. Di sekeliling bar tidak ada jendela yang terbuka—tempat ini awalnya adalah gudang militer Benteng Tongyun. Kemudian karena kesalahpahaman kecil antara militer dengan salah satu pemilik hutan peri generasi tertentu, Kekaisaran Amy terpaksa meninggalkan gudang ini, bahkan seluruh kompleks kemiliteran dipindahkan 500 meter ke arah barat laut. Selanjutnya, setelah beberapa kali berpindah tangan, para gelandangan yang berkumpul di bangunan besar ini diusir paksa oleh suatu kelompok bawah tanah, dan akhirnya dijual secara semi legal maupun ilegal ke Guild Pencuri untuk direnovasi menjadi bar dengan tujuan khusus. Saat awal pembangunan, pasti ada jendela di sini. Namun, seiring perluasan skala bar dan kebutuhan khusus operasionalnya, semua jendela telah ditutup permanen. Bahkan pemilik bar sekarang pun tidak bisa menentukan dengan pasti di mana letak jendela-jendela itu dulu.
Tirai tebal pintu bar disibakkan dengan gagang pedang. Beberapa orang yang terlihat seperti tentara bayaran masuk berurutan. Kecuali beberapa tamu di dekat pintu yang mengerut kesal karena silau matahari, bahkan pelayan bar pun malas melayani mereka. Jangankan tentara bayaran biasa, bahkan pemilik nominal wilayah ini—Yang Mulia Jenderal wilayah pertahanan termuda kekaisaran, Chi Changyun—kalau datang, reaksi di dalam bar akan tetap sama.
Beberapa tentara bayaran yang baru masuk jelas adalah pelanggan tetap di sini. Tiba-tiba dari luar yang dipenuhi sinar matahari masuk ke bar, mata mereka menyipit sebentar lalu beradaptasi. Yang membuka tirai pintu adalah seorang pemuda berbaju zirah ksatria ringan yang usang, setelah masuk dia secara refleks melangkah dua langkah ke depan, menggunakan dada yang lebar dan perisai besar di tangan kiri untuk melindungi rekan di belakangnya; Yang masuk berikutnya adalah seorang magician paruh baya, jubah birunya juga cukup lusuh, tapi lambang di dada menunjukkan statusnya sebagai Penyihir level 2 - di dunia tentara bayaran, magician sendiri sudah merupakan kelompok minoritas, apalagi magician level 2 yang sudah cukup langka. Pada level ini sudah bisa menguasai banyak mantra tingkat dua dan tiga, dalam konflik skala kecil selama mantra bisa dikeluarkan cukup cepat, sudah lebih berbahaya daripada dua prajurit berpengalaman; Di belakang magician, ada seorang bertubuh kecil kurus - paling tinggi hanya sejengkal lebih dari meja biasa, rambut sangat acak-acakan, mengeluarkan aroma menyengat. Beberapa pengunjung di sekitarnya yang mencium bau ini langsung menyadari pemuda ini, secara refleks menggenggam erat dompet mereka; Orang berikutnya menyelinap masuk ke bar dengan langkah lebih ringan dari si kecil, seolah menghilang di kegelapan bar begitu tirai pintu jatuh, hanya yang sangat awas yang sempat melihat sekilas sosok perempuan tidak tinggi dengan pisau belati panjang terselip di pinggang. Yang terakhir masuk jelas seorang prajurit, menggendong martil perang yang biasanya disukai kurcaci, meski dari postur jelas bukan kurcaci. Tampaknya ini manusia yang belum genap 20 tahun, tapi menunjukkan kematangan layaknya veteran. Setelah masuk dia dengan santai memutar tubuh setengah untuk mengamankan sisi belakang formasi. Tim dengan koordinasi seharmonis ini sangat langka di antara kelompok pasukan bayaran kecil yang biasa beroperasi di sekitar Bunga Peri.
Prajurit berbaju zirah ksatria berbisik "Permisi, permisi" sambil membawa beberapa rekannya menuju bar di ujung ruangan.
Bar Bunga Peri sekaligus menjadi tempat penyelesaian misi tentara bayaran bawah tanah, sering dipadati berbagai macam tentara bayaran. Penyihir paruh baya tampaknya menjadi pemimpin kelompok kecil ini, bersandar di bar sambil menyelesaikan tugas dengan petugas di baliknya. Suara gemerincing koin emas di atas konter terdengar samar. Sang penyihir dengan tenang menyapu semua koin emas ke dalam pelukannya, lalu menerima direktori misi terbaru dari petugas. Matanya menyipit menatap dompet tamu di meja sebelah. Pemuda berbaju zirah ksatria secara refleks memutar badan, punggungnya hampir bersentuhan dengan sang penyihir. Tangannya menerima gelas besar bir berkualitas rendah dari pelayan, sementara matanya menjelajah ke seluruh sudut bar.
Baru-baru ini, sekelompok pelancong yang menjadi target pengamatan si prajurit kecil terlihat sama sekali tidak berpengalaman dalam perjalanan jauh. Mereka dengan santai mengeluarkan Koin emas dari kantong uang yang menggembung di hadapan umum untuk membayar. Yang menarik perhatian prajurit kecil itu adalah kilau khas Koin Ungu yang terpancar dari dalam kantong uang. Secara tak sadar, lidahnya menjilat bibirnya. Di meja sebelah, beberapa orang bertopeng yang terlihat seperti cabang tertentu bangsa elf duduk. Tubuh mereka terlihat sangat ramping. Di tepi Hutan Peri, tak ada yang berani membuka cadar mereka untuk memverifikasi ras mana sebenarnya. Dua meja berikutnya jelas diisi tentara bayaran dari kelompok berbeda, dengan Pedang Panjang dan Gada bergerigi berserakan tak beraturan. Di area yang lebih jauh, beberapa meja lain jelas dihuni tentara bayaran terorganisir. Di setiap meja, ada yang sesekali menoleh ke arah konter untuk memantau apakah tugas baru tiba-tiba akan diumumkan. Di dekat konter, beberapa tentara bayaran bersandar di bar sambil minum. Dari pakaian dan jarak kewaspadaan yang mereka jaga, jelas mereka bukan dari Kelompok Tentara Bayaran yang sama.
Saat prajurir berbaju zirah ksatria mengamati orang-orang di bar, tirai pintu bar kembali dibuka. Seorang remaja berbaju putih masuk ke dalam. Semua orang di dekat pintu menoleh - baik dari aura maupun kemewahan pakaiannya, remaja ini sepertinya tidak pantas muncul di guild mercenary bawah tanah. Seragam ketat putih yang mengejutkan bersihnya, sepatu bot kulit bagian dalam Naga Tanah berkualitas tinggi di kakinya. Sepasang sepatu ini mungkin membutuhkan nyawa tentara bayaran bawah tanah yang bekerja setahun penuh. Tangan kirinya menyandang tombak yang sangat langka di punggung. Tampak sangat muda, hidung mancung, kulit pucat, tampan sampai harus disebut "cantik". Jika bukan karena postur tubuhnya yang kekar, banyak yang akan mengira ini gadis yang menyamar. Rambut pirang panjangnya berkibar di punggung, menambah kesan kemuliaan. Ia memiringkan kepala melihat lokasi bar lalu berjalan ke sana.
Mata prajurit berbaju zirah ksatria tiba-tiba menyempit. Tangan kanannya mengerahkan kekuatan besar menggenggam hulu Pedang Panjang. Penyihir di belakangnya segera merasakan keanehan rekannya, menoleh penuh heran mengikuti pandangan si pemuda.
Remaja pirang itu jelas merasakan aura pembunuhan yang pekat. Ia memandang dengan heran pada pria yang sedikit lebih tua di depannya, namun langkahnya tidak berhenti.
“Bajingan, bayar nyawa saudaraku!” Teriakan keras itu disertai aksi ksatria berbaju zirah yang mencabut pedang ksatria dari pinggangnya sambil maju dengan perisai teracung. Pedang Panjang menyambar dari udara - gerakan khas ksatria dalam duel yang mengawali serangan dengan peringatan. Perisai selebar bahu manusia menghantam dada pemuda pirang itu disertai debu beterbangan.
Dengan refleks kilat, pemuda pirang itu langsung mengenali serangan pedang yang datang sebagai tipuan. Kaki kanannya melangkah setengah langkah ke depan, sementara tombak panjang di tangan kirinya berputar vertikal 270 deradi di telapak tangan. Ujung tombak berkilauan itu mengguratkan lingkaran cahaya listrik sebelum menancap lurus dan mantap ke perisai ksatria, membuat batang baja murni berwarna perak itu melengkung akibat tekanan dua gaya berlawanan.
Rangkaian teriakan terkejut pecah di sekitar. Kedua pemuda itu menunjukkan kemampuan yang luar biasa, terutama si pirang. Kekuatan tangan kirinya yang sanggup menahan momentum perisai besar dengan tombak, ditambah teknik putaran tombak yang belum pernah terlihat sebelumnya, membuat seluruh penghuni Bunga Peri harus mengakui: serangan aneh tadi benar-benar mengejutkan.
Perkelahian di Bunga Peri sudah jadi pemandangan biasa. Hari apa di tempat ini yang tidak menelan korban jiwa? Tamu-tamu di meja terdekat buru-buru minggir menghindar sambil menyaksikan meja, kursi, dan gelas berhamburan.
Rekan-rekan ksatria berbaju zirah itu sama-sama bingung dengan kemarahan mendadak temannya. Karena terlambat mencegah, mereka pun ragu untuk ikut campur.
Ujung pedang ksatria yang ramping menarik diri lalu menusuk rapat di sisi dalam perisai, ujung pedang berkilauan itu hampir tidak memancarkan cahaya, mengarah ke dada remaja berambut pirang.
“Bunuh! Bunuh! Bunuh dia!”
Di tengah kericuhan Bunga Peri, semua pengunjung tavern memendam kebencian tak jelas terhadap orang-orang berpakaian mewah. Meski pemuda berbaju zirah ksatria bukan anggota guild abu-abu, sorakan bergelombang seperti air bah ini tetap tak berkurang. Banyak prajurit muda melompat ke kursi dan meja sambil berteriak, beberapa Berserk yang emosional bahkan mulai memancarkan aura kemarahan menjelang Mengamuk.
Beberapa rekannya termasuk penyihir paruh baya mengerutkan kening, jelas tidak ingin konflik ini terjadi.
Kemampuan remaja pirang dalam menggunakan tombak telah mencapai tingkat yang mencengangkan. Ujung tombak masih menekan perisai dengan kencang, tiba-tiba tangan yang memegangnya melontarkan tenaga dahsyat. Batang tombak semakin melengkung, sikut kiri turun, lengkungan tombak membentuk setengah lingkaran lebih dari 90°, gagangnya menyentak pedang panjang dengan keras.
Semua ini terjadi dalam sekejap mata.
Pertahanan pemuda pirang hanya bertahan sekejap, tangan kiri yang memegang tombak tiba-tiba melepaskannya. Badan tombak memantul kembali di telapak tangan memanfaatkan tekanan dari perisai besar lawan. Saat tombak memantul setengah jalan, tangan kanan pemuda pirang menyambut tombak besar dari belakang. Dengan tubuh sebagai poros, ia berputar 360 derajat - kilat melengkung menyambar di dalam bar selama 180 derajat pertama. Pegangan tombak menghantam keras perisai yang sudah kehilangan tenaga, kekuatan yang dihasilkan dari putaran tubuh ini jauh melampaui dugaan ksatria. Perisai yang tak terkendali menarik tubuh pemuda berbaju zirah ksatria melangkah limbung ke depan. Dalam 180 derajat sisanya, ujung tombak berkilau sepanjang 40 cm menyayat leher ksatria -
Apa?
Semua orang tak menyangka, remaja yang secara fisik tergolong sempurna ini memiliki kelincahan luar biasa, mampu menguasai senjata asing seperti tombak besar dengan mahir.
Serangkaian gerakan tombak yang sempurna terungkap bagai lukisan gulung: dorongan, pantulan, pelepasan, genggaman, putaran, benturan, dan tebasan. Sebag besar praktisi bela diri spontan berdecak kagum: "Bagus!"
Sebagian besar tentara bayaran sangat familiar dengan tombak standar ksatria maupun tombak infanteri untuk pertarungan jarak dekat. Semua teknik tombak berpusat pada kata "tusuk", meskipun sebagian kecil infanteri pernah menggunakan teknik ayun dan tebas seperti gada bergerigi dalam pertarungan jarak dekat, namun efektivitasnya jauh lebih rendah. Pirang muda tadi menggunakan semua teknik tombak yang belum pernah terpikirkan sebelumnya - sementara tombak perak dengan mata tajam di kedua sisinya yang bahkan melebihi pedang besar ini, juga merupakan senjata yang belum pernah dilihat siapa pun di sini.
Meski demikian, sebagian besar orang tidak menyangka bahwa hasil pertarungan sudah tak terbantahkan dalam kurang dari 10 detik, sampai-sampai rekan-rekan muda itu bahkan tidak sempat memberikan pertolongan atau ucapan perpisahan - dengan tebasan yang begitu tajam dan dahsyat, pelindung leher dari bahan lunak pun tak akan berguna bagi prajurit.
Di samping konter bar, kilatan perak tiba-tiba muncul lagi. Dua sinar perak berpapasan di baju zirah ksatria dalam sekejap. Tanpa suara benturan logam, kedua cahaya itu lenyap bersamaan. Di bawah tombak besar 2.1 meter terbaring sarung pedang besar perak yang tergeletak datar, dengan pedang peraknya yang sudah terhunus separuh.
Andai bukan karena pedang panjang yang tergeletak datar ini, nyawa dan kematian hanya terpisah sehelai rambut.
"Oh?" Pemilik pedang perak mengeluarkan suara serak yang tidak sesuai dengan siluet punggungnya, lalu meminta maaf dengan datar, "Kau tidak bermaksud membunuh? Kalau begitu, aku yang salah. Maaf." Pedang perak dimasukkan ke sarung lalu diikatkan perlahan di punggung pemiliknya. Jika bukan karena serangan kilat tadi, gerakan lambat pemiliknya mengangkat pedang mungkin disangka sebagai seorang lansia.
Di dunia tentara bayaran bawah tanah, kemampuan tempur sangat dihargai. Baik pemuda pirang maupun pemilik pedang perak menunjukkan performa luar biasa. Pemilik pedang perak sama sekali tidak menoleh selama pertarungan, namun berhasil menangkis serangan tombak secepat kilat hanya dengan mengayunkan pedang besar dua tangan sepanjang 1,5 meter menggunakan satu tangan. Yang lebih mengejutkan, di punggungnya masih terikat pedang besar lain yang terlihat lebih kuno. Bagi tentara bayaran biasa, mustahil menggunakan dua pedang sekaligus - membawa pedang seberat 100 kilogram saja sudah cukup melelahkan.
Pemuda pirang tampak tidak percaya ada yang bisa menangkis tombaknya dalam sekejap. Matanya yang indah menyapu sosok penyerang tadi - hanya tampak punggung seseorang dengan seragam ketat yang mungkin awalnya putih, kini sudah kusam. Kedua bahu bajunya robek, rambut pendeknya acak-acakan berwarna antara hitam dan kelabu. Setelah terdiam sejenak, sorot matanya kembali ke pria berbaju zirah: "Mengapa Yang Mulia menyerangku?" Suaranya merdu, tanpa bekas permusuhan meski baru diserang, menggunakan sapaan hormat layaknya bangsawan dalam pertanyaannya.
“Kau... kau brengsek! Saat kau menghancurkan Kota Senhua, lebih dari 2000 anggota Pasukan Ksatria kami dibantai oleh pasukanmu! Di mana pedang merah besarmu yang haus darah itu? Bunuh aku sekarang! Kehormatan ksatria bersamaku!” Prajurit ini jelas-jelas seorang ksatria, atau pernah menjadi ksatria.
"Wait, tenanglah!" Penyihir paruh baya itu menarik lengan rekannya dengan kuat.
Kota Senhua? Sebagian besar orang di bar tak pernah mendengar kota kecil biasa di Kekaisaran Xius ini. Cahaya aneh berkelap-kelip di mata pemuda berambut pirang itu. Setelah terdiam sejenak, ia berkata perlahan: "Kau salah orang, aku tak pernah dengar kota yang kau sebut." Setelah itu, tombak panjangnya kembali disandangkan di punggung dengan gerakan terampil.
"Tuan, segelas bir pelepas dahaga." Sambil berkata demikian, kepala mulia di bawah rambut pirang mewah itu berbalik ke arah orang yang baru saja bertindak. Sayangnya, tak ada kursi kosong di sebelah orang itu, kalau tidak, jelas pemuda pirang ini akan duduk di sana.
"Pedang Yang Mulia sangat gesit!" Pemuda itu berdiri di belakang orang tersebut sambil memegang gelas bir, seolah berbicara pada diri sendiri. Namun nada suaranya menyimpan dendam: "Siapakah Yang Mulia sebenarnya?"
"Terima kasih. Tapi senjata Anda adalah sesuatu yang belum pernah saya lihat sebelumnya." Suara serak terdengar rendah, tamu itu mengangkat kepala. Di hadapannya di atas meja bar tersusun dua baris gelas bir kosong. Mungkin karena kelebihan alkohol, matanya merah penuh urat darah, kulitnya gelap, janggut lebat membentang dari pipi kiri ke kanan. Dari penampilan dan suaranya, setidaknya berusia 35 tahun. Semua yang menyaksikan adegan ini merasakan sesuatu yang samar di wajah pemilik Pedang Besar... kesedihan? Kelelahan?
"Oh, terima kasih pujiannya. Tadi melihat bayangan punggung Yang Mulia, saya kira melihat seorang kenalan." Anak lelaki berambut pirang itu langsung duduk di kursi terdekat setelah berkata demikian.
"Kalau begitu saya harus katakan, Anda juga salah mengenali orang." Dalam cahaya lampu yang redup, peminum itu sekali lagi mengangkat gelasnya sendirian. Segelas besar bir diminumnya hingga habis dengan suara gulung-gulung, busa coklat mengalir di sudut mulut tentara bayaran itu. Seolah-olah tidak ada yang terjadi, peminum kesepian itu kembali pada kesunyiannya.
Seorang petugas bergegas keluar dari bagian terdalam bar, membawa pengumuman tugas terbaru. Begitu pengumuman diletakkan di atas meja bar, hampir semua orang di meja terdalam langsung berkerumun—begitulah cara guild mercenary bawah tanah menyerahkan tugas. Sebagian besar tugas tidak memerlukan batasan level. Jika berhasil mendapatkan tugas bagus, hasilnya sangat besar. Hehe, prinsipnya siapa cepat dia dapat, siapa lambat kehilangan. Tentu saja harus direbut. Selain itu, jika menemukan tugas bagus, terima dulu. Jika bisa diselesaikan sendiri, lakukan. Jika kemampuan diri dan rekan tidak cukup kuat, bisa mengundang mercenary abu-abu lain atau mensubkontrakkan.
Yang berebut di depan konter kebanyakan magician atau petarung yang terlihat berpendidikan. Tidak aneh, berapa banyak orang berbadan besar atau berserk yang melek huruf? Buat apa berebut tugas kalau tidak bisa baca? Magician paruh baya itu baru saja menerobos kerumunan, topi sihirnya hampir terjatuh. Rekan-rekannya sudah terbiasa melihat adegan seperti ini.
Lima anggota guild kecil bergiliran membaca tugas, alis mereka sedikit berkerut: Seiring berlangsungnya perang antar-benua, negara pendaftar meminta mercenary terdaftar pulang untuk bertahan. Semakin banyak tugas yang dialihkan dari Bar pohon ke guild bawah tanah karena kekurangan personel. Penghasilan mercenary abu-abu belakangan ini meningkat tajam—tak disangka, dalam situasi seperti ini, ketua regu mereka masih kalah cepat, mendapatkan tugas yang terlihat menggiurkan tapi sangat sulit diselesaikan.
Sang Magician dan seorang yang paling pendek, jelas-jelas merupakan sahabat pencuri, berdiskusi sebentar lalu berdiri. Setelah membersihkan tenggorokannya, dia mulai merekrut dengan suara keras: "Misi ke sekitar hutan peri, perjalanan 20 hari. Jika misi selesai, mendapat 20 Koin Emas. Jika gagal, tetap dapat 5 Koin Emas sebagai upah. Ada yang berminat? Butuh 3 orang pendamping."
Di guild mercenary bawah tanah, sangat jarang ditemukan kelompok tentara bayaran yang melebihi 20 personel. Deskripsi yang lebih akurat: di guild mercenary bawah tanah tidak ada kelompok tentara bayaran yang terdaftar resmi. Yang ada adalah organisasi tentara bayaran - beberapa tentara bayaran yang relatif tetap bekerja sama dalam periode waktu tertentu.
Misi yang dikeluarkan guild bawah tanah memiliki koefisien bahaya yang cukup tinggi, sehingga tingkat kematian tentara bayaran sangat tinggi. Dalam situasi seperti ini, wajar jika skala organisasi sulit untuk dikembangkan.
Tentu saja ada pengecualian, seperti beberapa tentara bayaran dengan kemampuan luar biasa yang setelah berjuang selama beberapa tahun berhasil membentuk kelompok lebih dari 50 orang. Pada saat ini, mereka akan berusaha membersihkan catatan masa lalu dan mendaftarkan kelompok tentara bayaran baru di guild mercenary resmi. Kecuali jika ada yang memiliki noda terlalu berat di masa lalu yang sama sekali tak bisa terpapar cahaya matahari.
Untuk mengerjakan misi besar dengan profit tinggi, organisasi mercenary bawah tanah akan langsung merekrut mitra kerjasama sementara begitu menerima misi berskala besar atau berkoefisien bahaya tinggi.
——《Guild Mercenary Bawah Tanah》
