Amy dan Yi Hailan - dua pemuda kuat yang bisa mengguncang benua dengan obrolan santai mereka - tiba-tiba tercekat dalam keheningan.
“Kalian juga menerima misi bayi peri?” Keduanya tiba-tiba mengajukan pertanyaan yang sama secara bersamaan.
Dari pertanyaan lawannya, kedua remaja itu telah mendapatkan jawaban.
Menghadapi orang kuat seperti Yi Hailan, pikiran Amy yang terstimulasi mulai sedikit jernih, segera mengalihkan topik: “Hei, buat apa kau ke sini? Membuang ratusan ribu anak buahmu di pantai, tidak takut kekaisaran dan pasukan Fanos menyergapmu?”
Di sudut bibir Yi Hailan mengembang senyum licik penuh kesombongan: “Tentu tidak. Sepengetahuanku, tiga legiun terkuat Pasukan Ekspedisi Barat Farnorth tiba-tiba bergerak ke utara, hehe... yang bermasalah bukanlah aku, yang disergap tentu lebih bukan diriku.”
“Sialan nenek moyang!” Amy tiba-tiba mengucapkan sumpah serapah dengan suara rendah, betisnya walau tidak bergerak besar namun menendang Yi Hailan dengan sangat keras, Yi Hailan seketika terlembag seperti layang-layang terbalik kepala di bawah: “Akhirnya aku mengerti, ternyata kamu dalang di balik semua ini. Apa kamu diam-diam mengirim orang untuk memberitahu Legiun Farnorth bahwa kitalah yang bertahan di Pelabuhan Duan Bing, supaya mereka datang membalas dendam panah? Aku heran, kok tiba-tiba para bajingan ini tidak ada kerjaan lagi.”
Ekspresi wajah pemuda pirang itu berkerut—lebih tepatnya kombinasi antara kesakitan dan perasaan senang melihat kesulitan orang lain. Di bawah pengawasan peri, ia tidak bisa melakukan balas dendam secara terang-terangan. Dalam hal teknik pertarungan jarak dekat, ia sama sekali tidak sebanding dengan Amy, sehingga hanya bisa pasrah menerima pukulan: "Tuan Regu, ini salah paham. Apa hubungannya dengan saya? Mana mungkin saya tahu kalian pindah ke Pelabuhan Duan Bing yang 'menjanjikan kekayaan' ini. Apalagi tentang rencana makhluk berkepala sapi dan kuda dari Farnorth yang akan ke sana."
Setelah mendengar penjelasan itu, Amy yang baru saja berhenti memukul tiba-t-tiba tersadar: "Tidak benar! Ada maksud tersembunyi dalam ucapanmu barusan. Cepat katakan, apa maksud sebenarnya!"
"Sungguh kau salah menuduh... Saya hanya bisa mengakui satu hal: Pengiriman Pasukan Ekspedisi Barat Farnorth ke utara adalah ide saya. Aduh... Pukul pelan-pelan dong... Lagipula bukan saya yang mengutus mereka."
"Lalu kenapa kamu bilang itu ide kamu?" Tangan Amy terus melanjutkan pukulan tanpa ampun.
"Ini sederhana. Saya hanya tidak memberi ruang perkembangan bagi pasukan Farnorth, sering menyerang armada kapal mereka yang mencoba mendekati Pulau Xilin. Mau tidak mau mereka pasti pergi. Berdasarkan pemahamanku tentang Norton dan Da Hainuo, pasti mereka ingin melakukan serangan lompat katak lagi ke kota pelabuhan besar terdekat. Yang tidak saya duga adalah mereka malah sampai di dekat Ibukota." Kondisi Yi Hailan yang dulu bisa dengan tenang memobilisasi puluhan ribu pasukan ke utara, kini terlihat sangat mengenaskan.
Para peri yang mengikuti juga menyadari adanya gesekan kecil antara dua manusia ini. Meskipun bagi para peri, pertikaian antara dua orang kuat ibarat anjing menggigit anjing, namun karena sifat alami peri yang sangat baik hati, mereka tidak ingin wabah penyakit ganas seperti rabies, flu burung, atau SARS menyebar di hutan peri. Beberapa peri berbadan kekar datang memisahkan kedua pemuda itu dengan paksa.
"Ingat, aku masih punya banyak pertanyaan untukmu. Jangan sampai kulihat kau lagi, atau setiap ketemu akan kuhajar. Nenek, dulu berpura-pura lemah untuk menipu musuh." Ancaman Amy penuh kebuasan.
"Penjahat! Baru kali ini aku melihat makhluk sejahat ini. Berikan aku tombak, lihat siapa yang lebih kuat. Bisa jadi, akulah yang akan menghajarmu setiap kali kita bertemu." Pakaian Yi Hailan sudah tak bisa dikenali lagi karena lumpur, sambil mengusap perutnya dia berkata.
Mungkin... para peri ingin melihat siapa di antara mereka yang lebih kuat, mungkin tali besar itu sulit dilepaskan, atau mungkin para peri memang tidak sengaja. Yang jelas, Tuan Yi Hailan akhirnya menyadari bahwa para peri hanya memisahkan mereka sebentar, lalu segera sibuk dengan urusan lain... Disusul senyum jahat Amy dan tinjunya yang tetap bisa meledakkan kekuatan dahsyat meski hanya memiliki ruang gerak 2 inci.
“Kau mengirim Dewa Wabah ke Pelabuhan Duan Bing...dung...Jadi kau tidak takut pasukanmu diserang...dung...Lalu kau malah sibuk urusin hal lain di sini, benar?...dung...” Amy bertanya sambil memanggil Panglima Iblis yang tampan dan anggun itu dengan suara rendah.
“Kejam sekali kau, Amy...Nanti saat kita berhadapan di medan perang, pasukanku akan menghancurkannmu...” Sebagai personel militer ulung dan panglima puluhan ribu pasukan, Yi Hailan takkan pernah menyerah. Ah...contoh klasik orang yang mempertahankan harga diri sampai menderita.
“Ya, bahaya kalau sampai itu terjadi. Makanya hari ini akan kuhancurkan kau...Setidaknya kubuat kau cacat permanen, sampai kabur 800 li begitu mencium bauku.” Sebagai pihak diuntungkan, Amy justru berharap lawannya semakin gigih bertahan.
“Lebih baik hancur sebagai giok daripada utuh sebagai genteng. Pukullah, aku bisa mati tapi takkan pernah minta ampun!” Seharusnya Yi Hailan yang cerdas dan menjadikan Amy sebagai panutan ini bisa meniru esensi sejati Raja Tentara Bayaran: mengambil untung tanpa rugi.
Dua musuh kelas ini sedang bertarung mati-matian ketika regu kecil di depan berhenti. Seorang Magician peri mulai melantunkan kidungan rendah. Beberapa pohon berdaun lebar tropis bergerak perlahan, memperlihatkan gua sebesar rumah. Mereka semua didorong masuk ke bawah tanah.
Gua ini tidak terlalu dalam, maksimal sekitar 3 meter di bawah permukaan tanah. Tampaknya ini adalah penjara bawah tanah yang sangat profesional, dengan kedua sisi dibangun menggunakan batu bata raksasa. Setiap sisi memiliki sel-sel penjara yang ditutup dengan jeruji baja sebesar lengan anak.
Para tentara bayaran di depan langsung meneriakkan serangkaian pekikan ketakutan saat memasuki penjara - di penjara yang memiliki sekitar 20 sel ini hampir penuh sesak dengan tentara bayaran, sebagian besar adalah pasukan berpengalaman yang biasa beroperasi di sekitar Bunga Peri. Wajah kedua kapten Da dan Chang sudah pucat pasi.
Meski belum sempat bertukar informasi, sebagian besar orang sudah bisa menebak situasinya.
Setiap tentara bayaran diikatkan pada tiang, lalu para peri yang mengawal perlahan meninggalkan gua.
Setelah berdiskusi secara berantai di antara lebih dari 100 tentara bayaran, baru diketahui bahwa misi yang sama muncul di beberapa lokasi operasi utama tentara bayaran bawah tanah sekitar Hutan Peri. Sang majikan tampaknya sangat memahami kebiasaan tentara bayaran ilegal - mereka tahu persis bahwa untuk alasan keamanan, tentara bayaran tidak akan memberitahu siapa pun detail misi yang diterima. Selain itu, mereka juga paham bahwa sebagian besar tentara bayaran abu-abu biasanya segera melaksanakan tugas sesegera mungkin setelah menerima misi. Dengan memanfaatkan dua karakteristik ini, setiap penerbitan misi baru diberi jarak maksimal 2 jam.
"Tuan Mucao, saya ingat di malam pertama, Anda menyebutkan beberapa kalimat yang seolah merasa ada masalah dengan tugas ini, bahkan mengatakan 'sebenarnya tidak perlu kita selesaikan'. Bisakah Anda jelaskan sekarang?" Perempuan seringkali lebih teliti daripada laki-laki. Di kegelapan, mata biru bercahaya khas Peri Mucao sangat mudah dikenali di antara para tawanan.
"Oh... Ternyata masih banyak yang salah tebakan saya. Saat itu saya juga melihat mereka adalah peri sekaligus prajurit peri yang langka. Belakangan dari penutupanmu, merekalah majikan yang menyuruh kita menyelesaikan tugas ini. Dengan kekuatan tempur peri-peri ini dan pengetahuan mereka tentang Hutan Peri, mencuri peri kecil seharusnya bukan hal sulit. Memberi tugas seperti ini mungkin hanya punya satu tujuan - mengalihkan perhatian para peri. Tapi ternyata tebakan saya masih salah. Jika hanya begitu, paling hanya butuh 2-3 kelompok tentara bayaran. Sekarang... sepertinya mereka mengerahkan semua pasukan bayaran bawah tanah di sekitar sini. Saya juga tidak mengerti maksud mereka." Amy adalah orang yang cerdik, meski Sage Bijak berusia 22 tahun ini belum sepenuhnya menunjukkan kemampuannya.
"Apa kita masih bisa keluar?" Dalam kegelapan, suara gadis dari salah satu kelompok tentara bayaran bertanya lirih, disusul tangisan pelan: "Aku takut... Katanya tidak ada yang pernah bisa keluar setelah masuk Hutan Peri. Andai saja aku tahu sebelumnya."
Ruang bawah tanah sejenak hening, hanya sesekali terdengar suara tangisan beberapa gadis. Apapun jenis pahlawannya, bahkan yang menduduki puncak Papan Peringkat Jiwa Perang Tentara Bayaran, berapa banyak orang yang bisa menerima kematian dengan lapang dada? Sebelumnya, memang tidak ada manusia yang hilang di hutan peri yang pernah berhasil keluar hidup-hidup dari hutan hujan raksasa ini.
"Dasar bajingan kamu, Mocao! Kalau tadi kamu tidak menyuruh mereka mengikatku seperti ini, aku bisa menyelamatkan semua orang," kutuk pencuri itu dengan suara rendah.
"Ah, kau pikir peri sebodoh kamu? Saat itu meskipun aku tidak bilang, kalau ada peri berpengalaman yang melihat, mana mungkin dia tidak tahu jati dirimu? Lagipula, kalau kami tidak diikat seketat ini, kau pikir mereka akan tenang meninggalkan kami di sini? Pasti sudah ada yang mengawasi di sekitarnya," Mocao menjawab dengan nada meremehkan.
"Bagaimana kalau ternyata tidak ada? Kawan Mocao, tindakanmu tadi terlalu berlebihan." Kapten tentara bayaran Ye Lücai yang masih segan dengan ahli seperti Mocao menyampaikan teguran dengan tetap menjaga kesopanan.
"Oh... Jangan lihat aku, gelap gulita di sini... Kalian juga tidak bisa melihat apa. Ngomong-ngomong, Kawan Keledai Liar, bukannya kalian sudah bayar mahal untuk menyewa ahli? Suruh dia yang cari solusi dong," Amy seperti biasa dengan santai melempar tanggung jawab ke orang lain.
“Ai… kelompok…” Yi Hailan yang terikat paling ketat sedang menderita di samping. Mendengar kritik terhadap pelaku kerusuhan yang baru saja membuatnya bersenang-senang, ia tiba-tiba dipaksa naik ke tiang gantungan. Dalam kepanikan, dua kali salah menyebut nama: "Saudara Mucao, apa hubungannya dengan hamba? Sama seperti Yang Mulia, hamba juga tentara bayaran yang disewa. Jika ada cara, meski tak menyelamatkan kalian, setidaknya hamba akan membebaskan diri sendiri dulu." Di hadapan semua orang, Panglima Iblis yang masih hijau ini tak bisa selegowo Yang Mulia Raja Tentara Bayaran muda itu, berusaha membela diri.
"Oh... ini... menerima lebih banyak uang tapi tak bisa memberikan hasil lebih atau kejutan bagi semua, ini benar-benar memalukan." Amy dengan santai menjatuhkan mental panglima yang memimpin ribuan pasukan, sambil perlahan menurunkan tangan kanannya. Kidungan rendah mulai terdengar.
Ah!
Semua Magician dan Pastor terkejut. Bukankah di Hutan Peri tak bisa melepas sihir apapun? Apakah pahlawan ini seorang magister? Hanya magister yang bisa membangun Bidang Kekuasaan sendiri di Hutan Peri untuk mengumpulkan spirit magis. Bahkan seorang Pastor baik hati mengingatkan: "Tuan, kita berada di Hutan Peri, tidak..."
Semua orang tidak percaya dengan mata mereka sendiri, dari sepatu kanan prajurit yang lusuh ini muncul beberapa sinar merah menyilaukan. Kemudian sebuah pisau belati yang sangat pendek perlahan ditarik keluar dari sepatu oleh tangan tak terlihat. Setelah bebas dari sepatu, belati itu melesat seperti kilat ke telapak tangan Amy. Dari ujung belati muncul rantai spirit magis merah yang jelas, menusuk ke sisi kanan Amy seperti kawat baja yang diregangkan. Kilau merah berkedip keras, tali tebal dari rami dan kawat baja sebesar jari terputus tanpa suara.
Setelah tangan bebas, Amy mengayunkan dua kali. Beberapa tentara bayaran di sekitarnya merasakan tubuh mereka ringan, tali yang sebelumnya tak bisa dilepaskan meski dengan tenaga penuh berjatuhan ke tanah.
"Oh... itu?" Ekspresi Yi Hailan tiba-tiba menjadi tercerahkan.
Di Zhanlan Shengjie, Amy dan rombongan mendapatkan dua belati pendek. Yang terpendek adalah belati merah bernama "Xiucai". Sesuai namanya, pedang ini mudah disembunyikan di lengan baju perempuan. Belati ini juga merupakan duri tulang di tanduk kepala monster saat itu, ketajamannya unggul di antara banyak pedang panjang. Sebelum berangkat, Amy sengaja mengambil dua pedang, ini salah satunya. Awalnya membawa pedang ini untuk keadaan darurat, tak disangka beberapa hari kemudian langsung digunakan.
“Eh... Saudara, ada aku juga.” Melihat semua tahanan dalam satu sel berhasil ditaklukkan Amy dengan cepat, seolah Amy lupa ada satu orang hidup bernama Da, Yi Hailan mulai gelisah.
“Aduh... Lihat, ingatanku payah sekali... Adik, tanganku sakit sekali. Bagaimana kalau tanpa sengaja aku memotong hidungmu?” Amy menempelkan pisau belati ke hidung Yang Mulia Panglima Iblis, menggesekkan sisi tajamnya dua kali – semua orang bisa melihat bulu halus di wajah Yi Hailan langsung menghilang. Memang produk tempaan langsung Yang Mulia Dewa Pencipta berkualitas prima dengan jaminan reputasi terbaik. Jika dikatakan bisa memotong rambut mungkin berlebihan, tapi memangkas bulu halus adalah fakta.
Melihat Yi Hailan yang tegang sampai tak berani bergerak, Amy tersenyum licik: “Begini saja, setelah berpisah, suruh orangmu mengirim buku-buku yang kau lihat kemarin ke tempatku. Kau tahu alamatnya, kan?”
Yi Hailan sangat paham dengan produk karya Dewa Pencipta. Sekarang bahkan menggelengkan kepala pun tidak bisa, otot wajahnya sedikit gemetar saja pasti akan terluka. Sepasang mata besar yang jernih berkedip cepat, berharap bisa menyampaikan maksudnya dengan jelas.
"Amy berpikir sejenak lalu mengajukan syarat baru lagi—saat seperti ini jika tidak menawar tinggi, maka dia bukanlah Raja Tentara Bayaran: "Kalian sekarang menduduki wilayah yang cukup luas, pasti punya banyak uang kan... ini... kamu paham maksudku, anak buahku di sini sangat miskin, baru saja mendapat tempat tinggal, tapi berkatmu, kami diusir lagi. Ini... bagaimana kalau kamu mengirimkan 2 juta koin emas kepadaku?" Saat mengucapkan kalimat terakhir, untuk mencegah orang lain mendengar, Amy berbicara tepat di samping rambut emas itu."
Setelah mendapat jawaban afirmatif lagi, tangan Tuan Aimi tidak lagi gemetar. Dalam sinar merah yang bergetar halus, kedua tangan Panglima Iblis itu bebas tanpa sedikit pun luka di kulitnya.
Amy tidak ragu, sinar merah menyambar lagi. Jeruji setebal lengan anak langsung terpotong dua batang. Para tentara bayaran berjalan keluar berurutan. Prajurit di sel lain tertegun melihat senjata pusaka yang bergerak seperti ular mistis ini, satu per satu mereka pun terbebas.
"Yang Mulia, senjata apa ini? Sangat tajam! Bisa memotong emas dan giok!"
"Bagaimana mungkin spirit magis ini bisa dipanggil di dalam Hutan Peri?"
Meski belum lepas dari bahaya maut, para prajurit dan magician masih terpana oleh fenomena aneh ini. Ada seseorang yang bisa menggunakan sihir di daerah terlarang magis, itupun seorang prajurit. Para magician bahkan tidak berani menanyakan alasannya.
Orang yang menciptakan keajaiban berkata dengan tenang: "Oh... Ini adalah senjata yang didapat dari gabungan 5 Kesatria Naga, tentu sangat berharga. Senjata seperti ini, jika tidak memiliki kekuatan yang cukup, hehe... Orang biasa yang tak bersalah namun memiliki harta berharga akan menjadi sasaran." Sebelumnya, Lao Luo Ke telah berkali-kali mengingatkan Huo Ensi: begitu bertindak harus menunjukkan kekuatan yang memadai, kalau tidak mungkin ada orang serakah yang akan mencurinya. Jika hanya mencuri mungkin masih bisa ditolerir, tapi jika bertemu orang licik yang menyerang diam-diam tanpa mempedulikan nyawa manusia - bahkan pahlawan terkuat pun tidak bisa menjaga kondisi tempur 24 jam sehari. Dan bahkan jika bisa menjaga kondisi tempur, bagaimana dengan semangkuk air putih beracun? Tujuan perkataan Amy menjadi jelas, di antara banyak tentara bayaran yang hadir, lebih dari satu orang menunjukkan ekspresi seolah memahami sesuatu.
Meskipun mendapatkan sedikit kebebasan, ketegangan belum sirna - lagipula ini di Hutan Peri, itupun di bawah tanah. Di antara tentara bayaran tidak ada Magician peri. Lagi pula, meskipun ada Magician peri, setelah semua orang melarikan diri ke permukaan, tetap tidak ada kelegaan - jarak ke tepi hutan setidaknya 20 li. Hutan hujan lebat tak berujung dengan sihir misterius dan peri yang berjaga ketat, peluang melarikan diri tetap nol. Akankah peri membiarkan mereka pergi? Sepertinya tidak. Dan tidak ada preseden sebelumnya.
"Para tentara bayaran mengeluarkan berbagai pemantik api dari dalam baju, menyalakannya, lalu menyisir seluruh penjara secara terbagi wilayah. Bahkan mereka membuat tangga manusia untuk memeriksa langit-langit penjara, berharap menemukan jalan keluar... Sayangnya, jelas bahwa penjara ini dikunci oleh sihir yang sangat kuat. Tidak ada jejak yang terlihat dari dalam. Mereka yang sudah lama berkecimpung sebagai tentara bayaran memiliki ketahanan melebihi orang biasa. Sebagian besar mengambil batang besi yang sebelumnya dipotong sebagai alat, berharap bisa melubangi dinding. Namun lingkaran sihir yang dibangun dengan hati-hati di dalam bidang kekuasaan magis sebesar Hutan Peri jelas tidak mudah dihancurkan seperti itu.
Setelah beberapa shichen berlalu, semua orang mulai putus asa. Para tentara bayaran duduk terpencar-pencar, para magician sudah kelelahan tak bisa bergerak, sementara para prajurit berbaring atau duduk-duduk saja.
Dalam hal pemulihan stamina, kaum muda selalu punya keunggulan. Hui Yang, keturunan bangsawan, pertama kali bangkit dari tanah: "Kakak Mucao, bagaimana kamu bisa begitu hebat? Bisakah kau ajari aku?"
"Haha, mana ada hebat-hebatnya."
"Kakak Mucao, apakah kau memakan pil dewa rahasia atau mungkin empedu Naga Raksasa? Atau seperti pria berambut emas itu, punya kitab seni bela diri kuno turun-temurun? Kudengar ada jurus sangat hebat bernama: Pedang Kesendirian." Pemuda itu sangat bersemangat. Tentara bayaran lain yang mendengar juga penasaran ingin tahu jawabannya."
“Oh…” Senyum nakal muncul di wajah Amy: “Kalau kau bilang begitu, aku memang punya beberapa cara cepat untuk meningkatkan Kekuatan Fisik-mu.”
“Apa? Apa?” Hun Yang hampir melompat. Tentara bayaran lainnya juga membelalakkan mata.
“Ada ilmu bela diri yang sangat hebat, biasanya bisa mengalahkan 8-10 praktisi ilmu bela diri sekaligus. Buku ini sepertu disebut… benar, namanya 《Buku Manual Bunga Matahari》.”
“Namanya saja sudah terdengar hebat, bisakah kau memberikannya padaku?” Hun Yang memeluk lengan Amy.
“Bisa!” Amy menjawab dengan antusias: “Tapi ada syarat kecil untuk mempelajari ilmu ini, yaitu… harus memotong adik kecilmu di bawah sana dulu, aku akan membantumu sekarang!” Tiba-tiba pedang kecil berkilauan yang sangat tajam muncul di tangan Amy, sinar merahnya menerangi penjara bawah tanah sekali lagi saat dia mengayunkan lengannya.
“Ah! Jangan!” Hun Yang melihat sinar merah darah melintas di bawah pinggangnya, hawa dingin menusuk dari alat kelaminnya hingga ke sumsum tulang. Kedua tangannya menutupi bagian vital dengan erat. Semua tentara bayaran pria yang sedang asyik mendengarkan langsung refleks memegang bagian vital mereka, sementara yang wanita bergumam: “Bosan.” sambil tertawa diam-diam dengan kepala menunduk.
“Oh… jangan…” Amy mengusap keringatnya, “Kenapa tidak kau katakan sejak awal? Cepat periksa apakah benda itu masih ada… Sinar pedang ini bisa melukai, bahaya nanti, aku khawatir…”
"Wajah Huiyang memucat, buru-buru hendka melepas celana. Amy menarik lengannya: "Jangan terburu-buru, masih banyak perempuan di sini. Tenang saja, kalau jatuh pun aku bisa tempelkan kembali untukmu."
Akhirnya ada yang tak tahan. Yang Mulia Panglima Iblis yang duduk paling dekat sambil memegangi perutnya (catatan: bagian perut, bukan bawah perut) merangkak mendekat, menendang Amy sambil menarik remaja itu: "Anak kecil, si brengsek itu cuma menggodamu."
Remaja itu duduk dengan malu-malu, bergumam: "Pelit... hmph... sia-sia aku memanggilmu kakak."
Yi Hailan yang baru saja berbaik hati tiba-tiba menyambung: "Kau benar-benar ingin jadi hebat? Kuberi tahu caranya. Bangun jam 3 pagi setiap hari, latih jurus andalanmu terus tanpa henti. Selain makan, jangan lakukan apapun. Tidur jam 10 malam. Lakukan 5 tahun berturut-turut, kau akan mencapai level yang memadai."
"Oh... nasihatmu sama persis dengan ayahku. Itu membosankan! Dunia luar begitu indah, setiap detik matahari berbeda. Kenapa harus disia-siakan? Apa benar tidak ada cara legendaris seperti memakan..." Huiyang masih belum menyerah.
"Begini saja... kuberi tahu cara sederhana yang lebih aman." Senyum kebiasaan Amy mulai mengembang. Beberapa senior di sekitarnya menunjukkan ekspresi "ini dia lagi" sambil melindungi bagian vital mereka.
“Kamu…berdirilah tegak…angkat kedua tangan ke langit, teriakkan keras: ‘Karuniakanlah kekuatan padaku…’. Jika langit mendengar teriakanmu, kau akan merasakan kilat emas menyambarmu, lalu kau akan memiliki kekuatan super selama setengah jam, sangat sangat kuat…Ngomong-ngomong, kuingatkan jangan sengaja mencari hari hujan petir hanya untuk disambar ya.” Seorang yang sama sekali tak tahu malu berbicara dengan angkuh.
Orang-orang di sekitarnya sudah tak tahan melihatnya. Yelücai dengan kejujuran layaknya seorang ksatria, menepuk bahu pemuda yang berpikir aneh itu: “Anak muda, dia sedang mempermainkanmu. Satu-satunya cara untuk menjadi kuat adalah kerja keras. Semua obat ajaib itu cuma tipuan dalam buku untuk anak kecil.”
Amy menepuk tangan sambil tersenyum pada pemuda itu: “Dek, tahu tidak bagaimana aku berlatih? Sejak usia 5 tahun, setiap pagi aku bangun sekitar jam 4, masuk ke hutan dengan tubuh telanjang, menggunakan daun-daun runcing pohon untuk melatih kelincahan. Lalu berenang 2 jam, terus berlatih pedang sampai sore baru boleh istirahat. Aku menjalani hari-hari seperti ini minimal 10 tahun. Ingat: Tidak ada jalan pintas, tidak ada keberuntungan instan, hanya latihan keraslah satu-satunya harapan suksesmu.”
Bagi remaja yang sedang dalam masa bermimpi dan suka berkhayal, ini mungkin tamparan keras. Dengan enggan, si remaja membantah, "Menurutku belum tentu! Lihat saja Kesatria Naga Da Qing Shan, Kesatria Naga Hitam Chi Aotian, dan Tuan Aimi sang pendekar dual-cultivation. Mereka baru 20 tahun! Bukankah kehebatan mereka karena memiliki naga? Menurutku, dengan memiliki naga, seseorang bisa langsung menjadi petarung puncak."
Aimi menggelengkan kepala pasrah. Di dunia ini selalu ada orang yang suka berkhayal. Bagi mereka, hal terbaik adalah mendapatkan sesuatu tanpa usaha. Sayangnya, Huiyang yang tampak polos ini pun tak bisa lepas dari bayangan itu.
Tiba-tiba, getaran halus merambat dari tanah.
Para pemimpin tentara bayaran serentak memberi perintah: "Matikan suluh, bersiap tempur!"
Saat nyala api padam, banyak yang melihat pisau belati berpendar merah menghilang di tangan tentara bayaran bernama Mocao. Tongkat besi hitam di tangan remaja berambut pirang itu bergetar cepat menunjuk arah yang diduga sebagai pintu keluar gua.
