Berpuluh-puluh ribu tahun yang lalu, Dewa Pencipta dunia ini membentuk kembali alam semesta, memasuki dunia upper elf, dan menggunakan esensi langit-bumi di dalamnya untuk menciptakan para utusan peri besar. Entah karena lupa, tidak tahu, atau tidak ingin mengganggu mimpi indah penghuni, yang pasti entah mengapa Dewa Pencipta tidak membangunkan para peri generasi sebelumnya (peri malam) yang bersembunyi di dunia upper elf saat alam semesta runtuh.
Ketika peri malam akhirnya terbangun, mereka baru menyadari hutan peri tempat leluhur mereka tinggal telah memiliki tuan baru. Para pemilik baru ini sama sekali tidak mengakui peri generasi sebelumnya, apalagi menyediakan tempat tinggal bagi mereka di hutan tersebut - konon penyebab utamanya adalah kulit hitam legam peri malam yang dianggap mengancam ketenangan peri generasi baru.
Untuk memperebutkan kepemilikan hutan peri, para peri generasi sebelumnya yang disebut peri malam berperang melawan Elf Hutan selama 5000 tahun. Dalam sejarah peri, peristiwa ini disebut "Perang Lima Ribu Tahun Atas" - sementara "Perang Lima Ribu Tahun Bawah" baru terjadi lagi ratusan ribu tahun kemudian.
Dalam perang ini, klan peri malam yang telah melewati beberapa generasi Dewa Pencipta nyaris dilenyapkan total.
Untuk masuk ke dunia upper elf harus setidaknya berstatus Magister Besar peri. Saat ras peri malam mengungsi ke dunia upper elf untuk menghindari bencana pemusnahan, total ada 40.000 peri. Setelah bangkit, hanya tersisa 9500 lebih peri terkuat yang bertahan hidup, sisanya berubah menjadi spirit magis biasa di dunia upper elf. Dalam perang 5000 tahun, meski menguasai sihir malam dan bisa menghilang tanpa jejak di siang bolong, namun jumlah mereka kalah jauh dibandingkan elf hutan. Saat ini, spirit magis dominan yang meresap di hutan peri bukan lagi peri malam melainkan spirit kayu yang tidak mereka kenal.
Menjelang perang 5000 tahun yang lalu, elf hutan telah berkembang menjadi ras besar dengan populasi ratusan ribu, memiliki puluhan ribu Magister Sihir dan pemanah.
Kekalahan telak bagi peri malam!
Dalam pertempuran terakhir, kurang dari 600 peri malam yang berhasil menggunakan teknik menghilang untuk kabur dari medan perang, itupun semuanya luka parah.
Terpukul berat, peri malam terpaksa meninggalkan permukiman sementara di lereng timur Gunung Suci, mengembara ribuan li. Selama puluhan ribu tahun berikutnya, peri malam yang pernah berjaya di Benua Eminoll seolah benar-benar larut dalam kegelapan malam.
Bagi Elf Hutan, kemenangan itu pun terasa pahit. Jumlah populasi mereka merosot drastis hingga kurang dari 20.000 jiwa, belum termasuk puluhan ribu Elf Hutan baru yang lahir dalam 5.000 tahun terakhir. Setelah memastikan kemenangan, Baginda Raja elf saat itu memeluk Pohon Kuno Emas sambil menitikkan air mata bersama para Elders Elf Hutan. Sejak saat itu, setiap Elf Hutan tahu: "Di bawah setiap pohon raksasa Hutan Peri, terkubur senior elf yang gugur dalam Perang 5.000 Tahun."
Elf Hutan memperlakukan semua ras dengan kebaikan hati, kecuali peri malam. Darah yang tumpah di antara dua ras ini cukup untuk memenuhi seluruh perairan suci bangsa elf.
Dari perspektif Elf Hutan, Hutan Peri adalah warisan turun-temurun dari nenek moyang. Tidak ada alasan untuk menyerahkannya kepada orang lain – hal ini sepenuhnya wajar.
Jika harus disebut ada dalang di balik perang ini, maka itu tak lain adalah Dewa Pencipta.
Waktu pun berlalu puluhan ribu tahun.
Di Era Negara Perang Kuno Benua Eminoll, peri malam yang telah menghilang selama ribuan tahun tiba-tiba bangkit kembali.
Generasi tua Elf Hutan yang pernah ikut dalam Perang 5.000 Tahun sebelumnya telah lama tiada. Meski sebagian kecil Elf Hutan masih meragukan sejarah, perilaku peri malam membuat seluruh bangsa elf yakin akan kisah kuno: Memanfaatkan kekacauan Era Negara Perang Kuno, para elf berkulit gelap itu terus menerus menyerang desa-desa Elf Hutan tak berdosa, menculik para elf sebagai tawanan – terutama anak-anak elf.
Sejak saat itu, meskipun tidak terjadi perang besar, Hutan Peri terus berada dalam status siaga.
Bagi Peri Malam, tindakan ini sebenarnya dilakukan terpaksa.
Meskipun peri memiliki umur ribuan tahun, bagi ras kecil yang hanya berjumlah 600 orang, setelah 10000 tahun saja pemimpin Peri Malam menyadari dengan sedih: sebagian besar Peri Malam memiliki hubungan kekerabatan yang sangat dekat, dan konsekuensi pernikahan sedarah adalah semakin banyak bayi yang lahir mati, serta semakin banyak generasi muda yang menunjukkan tanda-tanda degenerasi.
Dalam situasi ini, Peri Malam pernah mencoba kawin campur dengan ras lain seperti manusia, tetapi half-elf yang lahir memiliki terlalu banyak kekurangan dibandingkan peri: umur pendek, tidak bisa menguasai lebih banyak sihir, penglihatan buruk, sifat temperamental...
Dalam kondisi seperti ini, Klan Malam terpaksa kembali ke Benua Eminoll dan melakukan kawin paksa dengan Elf Hutan melalui cara merampas, menggunakan metode darurat ini untuk memacu kelahiran kembali ras - total keturunan Peri Malam dan yang disebut Peri Hitam perlahan meningkat menjadi 5000 orang setelah puluhan ribu tahun.
Untuk mendapatkan kembali hak hidup di hutan peri, peri malam menarik pelajaran berdarah. Mereka tidak lagi berkonfrontasi langsung dengan Elf Hutan, tetapi diam-diam mengirimkan Elf Hutan yang telah terasimilasi budaya peri malam kembali ke hutan peri. Akhirnya sebagian dari mereka berhasil menjadi kepala suku. Bahkan ada kalangan pemimpin suku malam yang pernah merencanakan mengganti sebagian besar Elders Elf dengan cara ini, dan akhirnya menjatuhkan Raja Peri.
Rencana ini tidak terwujud, tentu saja, bukan karena tidak mau, tapi karena tidak bisa.
Pemimpin peri malam baru menyadari setelah waktu lama bahwa tidak semua Elf Hutan bisa menjadi Raja Peri. Raja Peri generasi ini memiliki garis keturunan utusan peri upper, hanya garis keturunan ini yang bisa memasuki dunia upper elf dan mendapatkan pengakuan sebagai penguasa tertinggi. Beberapa pemimpin peri malam pernah merencanakan penculikan anak Raja Peri, namun upaya ini terlalu sulit. Keluarga kerajaan elf tinggal di dunia peri yang dijaga ketat, hampir tidak ada kesempatan sama sekali. Gagasan ini akhirnya ditunda.
Pada awal Perang Para Dewa, kekacauan melanda tiga benua utama dan Pulau Iblis yang tersembunyi dalam kegelapan. Peri malam akhirnya tidak tahan lagi untuk bertindak.
Pemimpin generasi ini adalah Shui Wuhen yang dijuluki "Pedang Iblis".
