Dang——
Kilat Biru Tua menyambar ruang hampa dan menghantam pergelangan tangan raksasa dengan dentuman keras sebelum terpental kembali.
Ekspresi pria dekil itu menunjukkan campuran penyesalan dan keheranan.
"Sebelumnya, Amy sama sekali belum pernah menguji ketajaman Pedang Batu Meteor Biru dalam pertempuran nyata. Hanya di Ibukota, karena penasaran, Chi Aotian ingin menguji sejauh mana kekuatan Batu Meteor Biru. Huo Ensi secara khusus membeli beberapa senjata buatan pandai besar Bangsa Kurcaci dengan harga khusus internal. Hasilnya... Baik pedang panjang, perisai, bahkan palu perang sebesar mangkuk laut, Pedang Biru menyelesaikan tugasnya dengan mudah tanpa suara seperti pisau daging merobek kertas.
Chi Aotian bahkan ingin menguji Perisai Chiguan dan Tombak Cun Yan-nya dengan Pedang Biru. Untungnya, Huo Ensi menjaga akal sehatnya dan membujuk Chi Aotian untuk mengurungkan niat itu.
Sayangnya, senjata sakti seperti ini hanya meninggalkan goresan putih tipis di pergelangan tangan raksasa. Jika bukan karena setetes darah yang merembes keluar, Amy hampir menyangka sebelumnya menghantam bayangan semata.
Serangan pedang Shui Wuhen yang menyambar betis raksasa sesaat kemudian justru lebih tidak efektif -- tepat sebelum mengenai, tiba-tiba muncul lapisan baju zirah berdesain aneh di tubuh raksasa. Cahaya keemasan yang terus berubah di betisnya menahan lembut serangan Iblis Darah.
"Wuahaha--" Raksasa itu tertawa ganjil, "Anak-cucu dewa-dewa sesat, hanya punya senjata tajam tanpa kekuatan sepadan. Bukankah ini mengantarkan senjata untukku? Ha--ha--ha--ha--! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Jangan tinggalkan satu pun! Akan kubuat kalian menyaksikan keganasan dewa-dewa asli!"
Sang raksasa mengaum panjang, tangan kirinya tiba-tiba memegang pisau Zhan Shan yang panjangnya beberapa meter. Bilahnya selebar lebih dari satu meter, gagangnya lebih tebal dari lingkar pinggang manusia.
Pisau Zhan Shan diangkat tinggi, menebas udara dengan desisan angin menghujam ke arah Amy dan Shui Wuhen.
Shui Wuhen menghilang dalam sekejap - di sini sihir angin tak bisa digunakan untuk menyamarkan diri, tapi sihir kegelapan serupa membuat peri malam leluasa bergerak seperti ikan di air.
"Sialan, yang begini boleh juga? Baru saja bicara kerja sama, sekarang sudah kabur tinggalkan teman." Amy tersenyum getir sambil bergumam, "Tidak punya loyalitas."
Amy menyandar ke belakang dengan cepat, gelombang panas menyambar tepat di depan wajahnya. Baru menghindar, tangan kanan raksasa tiba-tiba memanifestasikan palu satu tangan yang dua kali lebih berat dari Zhan Shan. Permukaan palu lebih tinggi dari manusia biasa, diayunkan dengan kencang "Huuu-" menyapu udara menyerang Amy.
Siluet Shui Wuhen muncul kembali di udara. Peri malam itu mengeluarkan sihir percepatan dengan enggan, melompat tinggi menghindar - Raksasa asing ini sepertinya sangat memahami berbagai sihir dunia penciptaan. Sihir penyamaran apapun tidak bisa menyerang atau bergerak cepat dalam kondisi tak terlihat. Ayunan palu itu mencakup hampir semua area yang mungkin dipakai Shui Wuhen untuk menghindar.
Tubuh Amy sudah sepenuhnya menyandar untuk menghindar bilah pisau. Melihat palu yang mendesing itu, terpaksa berguling ke samping untuk menjauh.
Palu raksasa mendarat dengan gemuruh, saat Amy menoleh melihat tempat dia berdiri sebelumnya, rasa ngeri pasca-kejadian menyelinap. Palu itu menghancurkan area seluas dua meja bundar hingga sedalam lebih dari satu meter - kekuatan yang mustahil dimiliki manusia biasa.
Tentu saja, yang tidak diketahui Amy dan para peri adalah: lawan mereka hari ini memiliki kemampuan setara semi-dewa.
Dalam serangan ras asing terhadap dunia penciptaan, mereka terbagi menjadi tiga tingkatan berdasarkan atribut.
Ras raksasa termasuk dalam kasta dewa di dunia asal mereka. Ras asing ini memiliki dua tipe utama: Dewa Perang dan Dewa Sihir. Dewa Sihir menguasai kekuatan sihir yang mampu memindahkan gunung dan mengeringkan lautan, sementara Dewa Perang memiliki serangan fisik yang setara dengan para dewa dunia penciptaan. Total terdapat lebih dari 280 dewa asing yang mencapai dunia penciptaan. Kabar baiknya, para dewa asing telah menghabiskan banyak energi untuk membuka perlindungan ruang-waktu. Pemulihan kekuatan dewa membutuhkan puluhan ribu tahun. Karena itu, dalam perang melawan Dewa Pencipta, mereka hanya mampu menampilkan sebagian kecil dari kekuatan sejati.
Di bawah kasta dewa terdapat ras tingkat tinggi yang memiliki darah dewa. Mereka mampu melepaskan sihir besar setara Mantra Terlarang manusia, dengan kekuatan tempur menyamai Kesatria Naga. Lebih dari 3000 anggota ras ini berhasil mencapai dunia penciptaan.
Lapisan terbawah adalah prajurit dan penyihir biasa - mereka ibarat manusia di dunia asing. Ratusan ribu dikirim ke dunia lain dengan dalih Perang Suci oleh para dewa asing.
Dalam pertempuran besar melawan dunia penciptaan, prajurit dan penyihir biasa dari ras asing menjadi umpan meriam kelas rendah yang terus terkikis dalam peperangan.
Dewa Pencipta terbangun dan menemukan dunia di ambang kehancuran, segera memimpin para dewa untuk memperbaiki lubang cacing yang dibuka paksa oleh dewa asing.
Setelah itu, Dewa Pencipta membuat kontrak dengan Pai Luo Te. Para dewa dan manusia berdarah ras dewa dapat menunggangi Naga Raksasa menjadi Kesatria Naga, lalu dikomandoi 12 Dewa Utama untuk berperang total melawan dewa-dewa asing.
Awal peperangan sangat sulit. Dunia asing tercipta 100 juta tahun lebih awal dari dunia penciptaan. Dewa-dewa dari dimensi ini memiliki usia yang jauh lebih tua dari 12 Dewa Utama, tentu memiliki kemampuan yang lebih kuat - terutama 100+ Dewa Perang yang bahkan serangan sihir dari 6 Utusan Peri pun tak bisa melukai mereka, sementara senjata biasa sama sekali tak mempan.
Dalam situasi genting ini, Dewa Pencipta menyerahkan komando perang kepada Dewa Cahaya dari 12 Dewa Utama lalu menghilang lagi. Hingga puluhan ribu tahun kemudian, Pedang Batu Meteor Biru Raksasa dan Pedang Liu Ying Raksasa muncul ke dunia.
Dewa Pencipta memberikan Pedang Batu Meteor Biru Raksasa kepada Dewa Perang - salah satu dari 12 Dewa Utama. Kekuatan Dewa Perang sendiri sejajar dengan dewa-dewa asing, sementara daya penghancur pedang ini jauh melampaui prediksi para dewa asing.
Dalam debut pertama Pedang Liu Ying dan Pedang Batu Meteor Biru Raksasa yang langsung menggetarkan dunia, Dewa Pencipta berhasil membunuh belasan dewa asing sekaligus, sementara Dewa Perang juga menuai banyak hasil.
Kemunculan dua pedang Biru Tua dan Liu Ying menjadi titik balik bagi dunia penciptaan untuk beralih dari bertahan ke menyerang.
Kelahiran Pedang Darah Iblis terjadi setelah para dewa asing berhasil disegel.
"Ketika para dewa dari dunia asing terkunci di Menara Permohonan, total terdapat 13 dewa, 325 ras tingkat tinggi, dan 28.092 anggota ras biasa. Saat dikurung, baik prajurit biasa maupun dewa dunia asing semuanya terluka parah. Di dalam Menara Permohonin, seiring waktu baik dewa maupun ras asing biasa tak terhindarkan mengalami penuaan dan kematian. Oleh karena itu, ketika Amy menerobos masuk, hanya tersisa satu dewa keturunan ras asing yang kemampuannya sudah tidak sebanding dengan leluhurnya."
"Meski demikian, Amy dan Shui Wuhen saat ini tidak memiliki kekuatan Dewa Pencipta maupun Dewa Perang. Meski memegang senjata pusaka legendaris, mereka tak bisa melukai dewa ras asing tersebut."
"Kelincahan gerakan raksasa itu jauh melampaui perkiraan Amy dan Shui Wuhen. Sulit dibayangkan makhluk setinggi itu bisa memiliki pola serangan secepat itu. Amy terus mengelak ke kiri-kanan tanpa sempat menyiapkan mantra. Andai bukan karena latihan keras selama 3-4 tahun di Hutan Es dan Salju yang membuat sistem sarafnya bereaksi lebih cepat menggerakkan tubuh, pasti sudah jatuh."
"Shui Wuhen sesekali menghilang dengan teknik siluman lalu menyelinap ke kaki raksasa untuk menyerang, namun musim bereaksi sangat cepat dengan gabungan penghindaran dan serangan balik, sering membuat Shui Wuhen terpaksa berguling-guling di tanah tanpa muka."
"Shui Wuhen, jangan pakai Pedang Darah Iblis! Musuh bisa merasakannya!" teriak Amy ketika Shui Wuhen terlempar untuk keempat kalinya akibat tendangan raksasa.
Pedang Panjang Darah Iblis menghilang seketika dalam sarungnya. Untuk berjaga-jaga, Shui Wuhen bahkan melemparkan pedang beserta sarungnya ke tangan tetua terdekat.
Raksasa itu memahami perkataan Amy, mengaum keras sementara kedua senjatanya diayunkan lebih cepat.
Di perimeter medan pertempuran ketiga orang tersebut, situasi mulai menguntungkan ras-ras dunia penciptaan. Magister Qing Hua sambil menyangga Putri Elf Ling Bao'er yang masih pingsan, mengangkat tongkat sihirnya bersama puluhan Magister Sihir Peri Malam dan magister lainnya, terus menerus melepaskan sihir level 5 ke atas. Para Prajurit elf kebanyakan telah membuang panah pendek mereka, bertarung jarak dekat menggunakan pisau belati elf atau pedang melengkung elf melawan ras asing.
Meskipun prajurit ras asing adalah prajurit tingkat tinggi dan penyihir dari dunia lain, dalam kondisi kalah jumlah mereka hanya bisa bertahan.
Tak lama kemudian, prajurit ras asing pertama tumbang. Elders Elf Hutan Honghan Alei dengan gesit mendekat, pedang melengkungnya memancarkan gelombang hijau yang menghunjam keras. Darah hijau menyembur ke langit.
Kegelisahan mulai terlihat di antara prajurit ras asing. Raksasa itu memandang pertempuran di kejauhan sementara suara gemuruhnya semakin keras. Prajurit ras asing mundur sambil bertahan hingga mencapai dinding, menggunakan struktur tersebut sebagai perisai untuk meminimalkan area serangan, mengubah situasi menjadi stalemate.
Dalam pertempuran skala kecil, keuntungan dan kerugian sering berubah secara fundamental dalam hitungan napas. Meskipun prajurit ras asing yang mundur dan berkumpul mengurangi area serangan, para magister peri malam dengan tangkas melepaskan perlindungan gelap di depan kaki prajurit musuh. Kabut hitam tiba-tiba muncul dari tanah, membuat prajurit elf di luar tidak bisa melihat kondisi di dalam, sementara prajurit ras asing di dalam kabut sama sekali tidak tahu dari mana serangan musuh datang.
Prajurit elf dengan cepat mengambil kembali panah pendek dari punggung mereka. Anak panah pendek berwarna hijau dan hitam yang mengandung getaran sihir ditembakkan ke dalam kabut hitam, segera disusul teriakan kesakitan dari yang terluka.
Raksasa itu awalnya ingin cepat menyelesaikan dua musuh terkuat, lalu bersama sukunya menghabisi lawan lainnya. Namun tak disangka, kini terhambat oleh dua orang di sini, sementara telinganya terus mendengar jeritan sekarat anggota sukunya.
Pemimpin ras asing melengking keluar dari pertarungan jarak dekat. Pedang pemotong gunung di tangan kirinya berubah menjadi pelangi putih yang melesat ke kelompok magician elf di kejauhan. Dua magister peri malam terbelah dua oleh pedang itu, darah menyembur ke segala arah.
Kemudian pemimpin ras asing meninggalkan Amy dan Shui Wuhen, melangkah besar menuju peri malam. Palu satu tangan di tangannya terus menghantam tanah, mengusir para elf seperti ombak yang menyebar ke segala penjuru.
Palu besar di tangan pemimpin ras asing terus-menerus diayunkan, namun hasilnya tidak banyak. Baik peri malam maupun Elf Hutan memiliki kelincahan yang melebihi manusia, terutama peri malam. Setiap individu mereka telah diberi sihir percepatan, bahkan hembusan angin dari palu raksasa secara otomatis menerbangkan para peri malam.
Raksasa segera mengubah taktik. Tangan kanannya masih mengayunkan palu tinggi-tinggi untuk memaksa mundur Amy dan Shui Wuhen - dalam pandangannya, pedang panjang di tangan kedua orang ini bisa menjadi ancaman mematikan. Tangan kirinya menyapu rata dari bawah tanah, cakar raksasa tiba-tiba menangkap peri malam yang tak sempat menghindar, lalu melemparkannya ke arah pedang Zhan Shan Dao yang tertancap di tanah. Mata peri malam itu membelalak melihat bilah pedang yang semakin membesar, teriakan horornya terhenti mendadak - seluruh tubuhnya terbelah dua oleh pedang pemotong gunung, jatuh dari tebing.
Peri malam yang terpotong-potong itu adalah tetua besar peringkat sepuluh di sukunya, memiliki level magister besar sihir. Selama lebih dari dua ribu tahun, dia bertugas membimbing peri malam baru dan memiliki otoritas kedua setelah Shui Wuhen di klan malam. Kematian mendadaknya tidak hanya membuat warga biasa terkejut, bahkan Shui Wuhen menjerit histeris. Tiga peri malam di hadapan raksasa yang menyaksikan kematian tragis tetua mereka membeku ketakutan, dengan mudah digenggam dewa antardimensi. Tiga kali ayunan berturut-turut, enam potongan tubuh peri yang tercerai-berai kembali jatuh ke dasar tebing.
"Cepat sembunyikan diri! Serang dia setelah menghilang!" Suara Sui Wuhen terdengar keras.
Banyak peri malam menghilang seketika dari pandangan, lalu muncul kembali di kejauhan untuk melepaskan mantra ke dewa raksasa ras asing atau menembakkan panah ke arah ras asing yang masih dikepung Bidang Kekuasaan gelap, sebelum segera menghilang lagi.
Amy segera menyadari perintah Sui Wuhen seperti menuang minyak ke api. Raksasa yang kehilangan banyak target mulai mengalihkan perhatiannya ke Magister Qing Hua yang sedang memegang Ling Bao'er dengan satu tangan sambil mengangkat tongkat sihir.
Kaki sebesar perahu itu melangkah dua kali hingga berada di depan Elf Hutan Qing Hua. Tangan raksasa itu meraih ke arah penyihir.
"Tetua, mundurlah!" Dua saudara Elf Hutan melihat bahaya. Hong Hanyueyun terus melepaskan panah bertubi-tubi ke mata raksasa.
Magician Qing Hua menarik Ling Bao'er untuk lari. Seorang peri malam muncul dari udara bergelombang, mantra nya mengenai gadis kecil itu yang membuka mata bingung, langsung terpaku melihat raksasa sebelum terjatuh karena tarikan Qing Hua.
Dewa ras asing tentu tidak tahu gadis kecil ini tidak memiliki kemampuan menyerang. Dengan gerakan refleks, tangan raksasa itu mencengkeram ke arahnya. Hong Han Alei melompat sekuat tenaga, sambil mengayunkan pedang melengkung di satu tangan, tangan lainnya menarik Ling Baoer dan melemparkannya ke adiknya. Begitu Ling Baoer menjauh, telapak raksasa itu telah mengubah pedang melengkung elf menjadi besi tua, lalu menyambar prajurit elf. Telapak besar itu kembali menghantam ke arah pedang pemotong gunung.
"Lindungi putri, cepat..." Kalimat itu belum selesai diucapkan, darah Hong Han Alei sudah memancur deras.
"Kakak--!" Hong Han Yueyun menyerahkan Ling Baoer kepada Qing Hua, mencabut pisau belati elf dari punggungnya, lalu melompat menusuk celah zirah di kaki raksasa.
Amy datang berlari dari samping, menendang perut Hong Han Yueyun hingga elf itu terjungkal dua kali sebelum mendarat: "Jaga Ling Baoer! Kalau tidak, kakakmu mati sia-sia!"
Kemudian Amy berteriak: "Shui Wuhen! Sialan nenek moyang, cepat bawa sukumu bunuh antek-antek itu! Aku yang urusi si raksasa ini."
Para peri malam segera berpencar ke kedua sisi, sihir dan panah kembali menghujani seperti hujan deras ke arah prajurit ras asing yang dikelilingi kabut hitam.
“Kebijaksanaan dewa ras asing jelas tidak kalah dari Amy dan Shui Wuhen. Dalam sekejap, mereka sudah menebak pentingnya identitas Ling Bao'er. Dugaan ini diperkuat oleh kata-kata terakhir Hong Han Alei sebelum mati. Selain itu, dari reaksi pria paruh baya berkekuatan tempur ini terlihat, dia sangat memperhatikan hidup-mati gadis kecil itu.”
Tanpa ragu, dewa ras asing meninggalkan semua orang di depan mata dan langsung mengejar Magister Sihir Qing Hua. Setiap langkah raksasa setara dengan sepuluh langkah peri, apalagi Qing Hua masih membawa Ling Bao'er.
“Qing Yue, cepat bawa sang putri pergi!” teriak Magister Sihir Qing Hua sambil menyerahkan Ling Bao'er ke Magister Sihir Qing Yue di belakangnya.
“Tetua, mari kita pergi bersama!” Suara Qing Yue yang baru saja teriak sudah berubah nadanya.
Tubuh Magister Qing Hua mengalami perubahan drastis saat menyerahkan Ling Bao'er. Jubah sihir hijau membeku dalam gerakan melayang, tangan yang terentang berubah menjadi dua batang rotan hijau tanpa ditarik kembali—sang penyihir telah mengeluarkan mantra pamungkas Elf Hutan: Oasis Kehidupan. Seluruh tubuhnya berubah menjadi pohon rotan raksasa, rambut, lengan, dan janggut semuanya berubah menjadi cabang-cabang lentur yang bergemetar menghadang raksasa di depannya, membungkus sang raksasa seperti jaring ikan. Dewa asing itu segera melepas palu raksasanya, kedua tangan mencabik-cabik rotan yang membelitnya, namun pohon yang telah berakar di tebing itu tumbuh besar tertiup angin, energi kehidupan peri yang terakumulasi ribuan tahun memancar maksimal.
Perlahan-lahan, dewa asing itu terikat erat.
"Bunuh dia!" Seruan berdarah ini bahkan keluar dari ras yang paling cinta damai. Qing Yue dan Hong Hanyue Yun serempak meneriakkan perintah sambil menyerang raksasa asing itu.
Shui Wuhen menyadari perubahan drastis di area ini. Dengan isyarat tangan, belasan Magician Elf Malam segera mengalihkan sasaran. Landa dan Raksasa Malam yang sedang menyerang musuh segera terbang ke sisi pemimpin ras asing, api hitam menari-nari sementara darah hijau menyembur ke segala penjuru.
Dalam pertarungan satu lawan satu sebelumnya, Elf Malam masih bisa melawan prajurit biasa ras asing, namun sama sekali tak berdaya menghadapi raksasa. Tak seorang pun menyangka kemenangan datang secepat ini.
Pada saat para peri malam merasa lega karena pemimpin ras asing telah dikurung dan kemenangan hampir diraih. Situasi di medan perang tiba-tiba berubah drastis.
Dewa ras asing yang terbelit erat oleh sulur hijau tiba-tiba memancarkan sinar emas melalui sulur-sulur itu. Dalam sekejap, sinar emas berubah menjadi merah. Emas dan merah saling berganti cepat. Awalnya, sulur hijau yang terkena sinar emas mulai rontok. Kemudian, ribuan pisau cahaya emas yang tak terhitung jumlahnya muncul dari tubuh raksasa, memotong-motong sulur hijau yang melilit secara berkelok.
Raksasa itu merobek sisa-sisa sulur di tubuhnya dengan kedua tangan, mengutuk dengan nafas terengah-engah: "Keturunan dewa jahat, kalian akan mati tanpa kuburan!"
Seandainya Magister Qing Hua memikirkan asal-usul Menara Permohonan ini, dia tidak akan sembarangan menggunakan sihir Oasis Kehidupan.
Menara Permohonan elemen logam menyegel kekuatan logam. Semua dewa dari dunia lain ini memiliki ciri khas elemen logam. Awalnya, Dewa Pencipta menyegel Menara Permohonin Logam di Hutan Peri dengan harapan menggunakan kekuatan elemental kayu dari Elf Hutan yang kuat untuk menekan elemental logam, sehingga musuh bisa disegel lebih lama.
Raksasa ras asing tadi bahkan tidak perlu kidungan panjang untuk memanggil sihir logam besar. Sihir Qing Hua yang diwujudkan dari nyawa hanya bisa menghentikan musuh sesaat.
“Melihat raksasa muncul kembali, Elders Peri Malam segera menghilang dan menyebar, melepaskan sihir dari berbagai sudut. Tanpa komando penyihir, Yaksha Malam dan Randar hanya bisa mengandalkan insting untuk menyerang raksasa.”
Raksasa itu kembali mengangkat palu perang, mengayunkannya dengan kasar untuk mengusir Yaksha Randar ke pinggiran, lalu melangkah besar menuju Ling Bao'er yang sendirian bersembunyi di belakang pohon.
Hong Hanyue Yun segera menyadari kesalahannya meninggalkan Ling Bao'er untuk menyerang musuh. Dengan teriakan, "Bao'er, lari cepat!" ia menarik anak panah pendek terakhir dari punggungnya dan melepaskannya beruntun ke arah iblis.
Sayangnya, jaraknya terlalu jauh.
Persis saat raksasa hendak menyambar Ling Bao'er, Aimi memasukkan Pedang Besar ke sarungnya, melangkah cepat lebih dari sepuluh langkah dari samping, mengangkat gadis kecil itu dengan kedua tangan tinggi-tinggi hingga terlepas dari cengkeraman raksasa. Namun Aimi sendiri justru tertangkap kuat oleh sang raksasa.
“Bao'er, hati-hati. Aku akan melemparkanmu.” Dengan senyum tipis, Aimi melempar gadis kecil itu ke arah Hong Hanyue Yun.
“Kakak Besar——” Ling Bao'er yang sedang melayang di udara berbalik melihat Aimi dilempar raksasa seperti kerikil ke arah Pisau Pemotong Gunung yang menjulang dari tanah.
“Yang Mulia Aimi——Tidak——” Dalam sekejap, Shui Wuhen muncul di sisi lain sambil berteriak histeris, urat-urat di dahinya menonjol.
Saat itu, Amy melihat pisau Zhan Shan yang sedang membesar dengan cepat, darah yang menetes di atasnya mengalir perlahan. Mungkin, momen inilah akhir dari kehidupan.
"Ah—hidup ini bagai bunga yang mekar sesaat, Ying... Apakah pergi demi dirimu ini bisa melunasi utang perasaan?"
Di dunia ini, ada dua jenis manusia.
Jenis pertama, hanya mementingkan hasil, tidak peduli proses.
Jenis lainnya, lebih menekankan proses, malah menganggap remeh hasil.
Bagi Tuan Aimi, seolah merupakan kontradiksi yang memadukan dua kualitas ini. Tepatnya, ketika menghadapi urusan uang dan tentara bayaran, Tuan Amy hanya mementingkan hasil. Namun dalam menghadapi perasaan manusia, tampaknya lebih mementingkan proses.
Tentu saja, hak istimewa terbesar orang besar adalah: apapun yang mereka lakukan selalu benar. Sudah sewajarnya Tuan Aimi juga selalu benar.
——《Kekaisaran Seratus Tahun Tokoh Terkenal*Biografi Aimi》
