Chi Hanfeng tewas!
Putra kedua keluarga bangsawan paling terkemuka di antara Empat Keluarga Besar Kekaisaran, klan aristokrat yang selama ratusan tahun mendominasi garis belakang kekaisaran, Chi Hanfeng dari Keluarga Chi telah tiada!
Paman dari Kesatria Naga Tulang Chi Aotian, guru Ksatria Naga Suci Da Qingshan, ayah angkat Amy si Otak Emas——Chi Hanfeng telah meninggal dunia.
Pria ini, mungkin tidak membutuhkan kata-kata pujian sama sekali - faktanya, tidak ada kosakata yang mampu mendeskripsikannya. Sejarawan mana pun takkan sanggup menggambarkannya dalam satu halaman. Tapi... pada 29 Bulan 1 Musim Dingin Tahun ke-5 Kalender Sihir, tepat di hari ulang tahun sang Kaisar yang memanggilnya "Kakak", dia tewas.
Seperti pahlawan tragis dalam legenda, Chi Hanfeng tersenyum. Kakinya menginjak gagang pedang tusuk, sarung tangan putih salju memegang erat pedang panjang. Seperti meneguk segelas air mata pegunungan yang jernih, dia menghembuskan nafas terakhir.
Sebenarnya dia bisa tidak mati. Dia bisa memilih masuk ke ruang rahasia lebih awal... Bisa memilih menyerah... Bahkan... 20 hari sebelumnya, sama sekali tak perlu memacu kuda siang-malam menuju Ibukota.
Tapi pria seperti inilah, pria yang mencintai harta seolah nyawa, justru meninggal... Di catatan keuangan pribadinya hanya tersisa 161 koin emas. Semua gaji dan wilayah khusus, telah dia serahkan ke Pasukan Bayaran Kecil dengan berbagai alasan.
Karena... dia bisa hidup tapi memilih mati. Karena tatapannya yang tenang menghadapi maut. Karena... singkatnya, karena berbagai alasan yang membuat air mata berlinang... Saat kematiannya, semua yang hadir menangis... Tiga Kesatria Naga musuh berlutut seolah anak kandungnya sendiri, meratap tak henti. Lebih dari sepuluh anak buah yang bertarung sampai akhir pingsan oleh tangisan. Dua puluh lebih bangsawan Kekaisaran bersujud satu lutut, air mata membasahi bumi. Para tentara bayaran Xuan Qing Naga Tanah tak tahu mengapa baju mereka juga basah oleh tetesan air mata...
Tangisan histeris dengan cepat menyebar dari istana kekaisaran ke luar. Setiap prajurit kerajaan yang mendengar kabar wafatnya Yang Mulia Jenderal bereaksi hampir identik - ribuan pedang berjatuhan ke tanah, ratapan yang awalnya sunyi kemudian bergemuruh seperti ombak besar menyapu seluruh ibukota. Di luar Gerbang Selatan kekaisaran, sisa terakhir Legiun Naga Pelangi sebanyak 1.500 lebih prajurit menggenggam pedang panjang dan perisai, menyerbu musuh seperti gelombang pasang dalam serangan terakhir... Tiba-tiba terdengar jeritan dari dalam kota, apa? Jenderal tewas... Seluruh tubuh prajurit sekaku patung seketika, tangisan segera menggantikan pekik perang.
Seorang komandan batalyon yang terjatuh meratap seperti serigala: "Jenderal Chi, mengapa kau meninggal? Mengapa kau harus pergi? Kau pernah janji akan mengangkatku ke posisi Sizhong, kau belum menepati janjimu, bagaimana bisa kau pergi... Orang baik... Mengapa tidak panjang umur?"
Adakah jenderal lain di dunia ini yang akan tersenyum sambil menempatkan bawahan bermusuhan di posisi lebih baik?
Chi Hanfeng adalah figur kontroversial. Namun bangsawan keturunan langsung ini, dengan ketabahan 10 tahun, membuang masa keemasan usia 25-35 tahun di desa terpencil Daratan Es. Meninggalkan kehidupan mewah, menyiksa diri seperti pertapa, diam-diam menepati janji pada rekan senjata, membina dua pemuda luar biasa.
Ada yang mengatakan, kemampuan bela dirinya biasa-biasa saja, paling tinggi di kelas menengah. Yang membantah berkata: "Sejak zaman kuno, hanya ada murid juara, tidak ada guru juara." Tapi jika guru tidak punya kemampuan juara, mungkinkah melahirkan murid juara? Siapa berani mengatakan kemampuan bela diri Amy, Da Qing Shan, Chi Aotian itu biasa-biasa atau kelas menengah?
Ada yang menuding kemampuannya memimpin sangat buruk, sampai Benua Fanos memanfaatkan celah menyerbu Skambray - hampir menyiratkan "pantas mati". Yang membantah mengejek: "Menghadapi Kota Hamburg dan Fantao, terutama Hamburg yang tak pernah jatuh sepanjang sejarah, Chi Hanfeng malah bisa mengendalikan Pasukan Bayaran Kecil dari jarak jauh. Dengan korban kurang dari 300 prajurit, menghancurkan legiun 6.000 lebih. Contoh pertempuran secemerlang ini, tak hanya di Perang Para Dewa, sepanjang sejarah pun ada berapa kali? Untuk mempertahankan Hamburg, cukup 1.000 pasukan bisa tahan 50.000 tentara. Andai Chi Hanfeng tidak gugur, mungkin tak akan ada perdebatan 'siapa ahli strategi terbaik dalam Perang Para Dewa'."
Ada juga yang memfitnahnya rakus mengeruk harta rakyat, terbukti dari 100 papan penghormatan. Yang membantah mencibir: "Coba tanya siapa pun di wilayah 780.000 km² Yang Mulia Jenderal, 36 kota berpenduduk 100.000, 325 kota kecil. Ada rakyat jelata yang bilang dia serakah? Kumpulkan semua bangsawan yang pernah dieksploitasi Jenderal, adakah yang berani menuduhnya dengan geram?"
Singkatnya, Yang Mulia Jenderal telah tiada... Seorang pria yang ditakdirkan untuk menguasai dunia, memilih kematian dalam kesunyian tanpa penyesalan, bahkan di detik terakhir memberikan nasihat dan doa tulus kepada musuhnya.
Saat melihat Yang Mulia Jenderal roboh, tiga Kesatria Naga merasakan sisa-sisa harapan terakhir mereka sirna... Pria inilah yang beberapa tahun lalu pernah menerima mereka dengan tulus, membimbing kemampuan tempur mereka seperti murid sendiri. Tak seorang pun ingin berhadapan dengan Amy, Da Qing Shan, Chi Aotian. Kini... sebuah simpul mati yang tak terurai telah terbentuk.
Darah merah mengalir deras, Paus menutup mata dengan pasrah. Tak ada dalam rencana siapa pun untuk membunuh pria ini... Bagi Gereja Suci, pengkhianatan Pasukan Bayaran Qinglong Xuan hanyalah masalah kecil, perebutan tahta Dinasti Mianyang juga sepele. Lalu apa masalah besar sesungguhnya? Siapakah yang harus menghadapi serangan seperti longsor salju dari Empat Pasukan Elit Ksatria Kekaisaran? Selain... Gereja Suci yang berbatasan langsung dengan Kekaisaran Amy, masih adakah lagi?
Tanpa perlu menutup mata, gambar peta Gereja Suci langsung bermunculan di benak Paus. Wilayah paling utara adalah Keuskupan Utara gereja yang terkepung separuh oleh Federasi Utara Kekaisaran Suci. Wilayah utama Gereja Suci sendiri dikepung dua sisi oleh hampir 100.000 pasukan di bawah komando Chi Hantong dan putranya Chi Changyun. 100.000 prajurit bersenjata lengkap... Belum lagi 10.000 lebih mantan anak buah Chi Hanfeng di Federasi Utara yang masih berada di pesisir timur... Ini bukan sekadar masalah serangan dari depan dan belakang.
Hati Xiang Tian, wakil komandan Xuan Qing Naga Tanah, juga berdebar kencang. Sehari sebelumnya, Xiang Tian memimpin tentara bayaran pendukungnya untuk menahan komandan asli, lalu menyerang Pasukan Pengawal Kekaisaran. Awalnya dia mengira bisa merebut Kaisar Hongshi sekaligus seperti janji Paus, bahkan mungkin memiliki wilayah sendiri sebagai Raja Tentara Bayaran baru. Tapi sekarang, mimpinya itu terasa semakin jauh, malah dia sudah memancing kemarahan para komandan Pasukan Bayaran Kecil.
Chi Hanfeng tewas. Ratusan tahun kemudian, beberapa orang menduga dia tersenyum menyambut maut, sengaja memilih jalan ini.
Andai Chi Hanfeng masih hidup, apakah Amy di benua jauh sebelah sana akan keluar lagi dari Desa Haike?
Dua orang terpenting dalam hidup Amy. Karena seorang gadis mengancam bunuh diri, Amy putus asa meninggalkan segalanya dan mengasingkan diri di perbatasan. Satu-satunya cara agar Amy bisa bangkit dari kubangan masalahnya adalah - kehilangan orang penting lainnya. Mata tajam Chi Hanfeng melihat ini. Maka di hadapan maut, dia tak ragu sedikitpun.
Dengan senyum tipis, melepaskan nyawa, melepaskan segalanya.
Chi Hanfeng meninggal, di sebuah era penuh gejolak.
Chi Hanfeng meninggal, membawa serta ratapan puluhan ribu prajurit tangguh.
Seorang lagi manusia berhati mulia telah pergi... Ratapan panjang menggema...
