"Bubar!" Dengan perintah terakhir ini, Naga Raksasa Chi Aotian berputar perlahan turun dari langit.
Saat Chi Aotian kembali membuka visor helm tulang naga, ia menyadari puluhan perwira di Wilayah Pertahanan Gunung Suci menunjukkan perubahan ekspresi mata yang halus.
Bagi perwira di wilayah pertahanan Gunung Suci, sebagian besar sikap permusuhan terselubung terhadap Chi Aotian sebelumnya muncul dari ketidakpercayaan. Terutama karena Chi Aotian selalu menampilkan diri sebagai remaja yang kasar dan tidak masuk akal. Baru pada saat ini para perwira menyadari bahwa di balik ekspresi dingin remaja itu tersembunyi magma yang begitu bergolak. Baik perkataan Chi Hanfeng sebelum gugur dalam pertempuran, maupun analisis tajamnya tentang ratusan ribu prajurit Kesatria Naga Hitam yang gugur untuk Gereja Suci selama berabad-abad, semua ini menimbulkan resonansi dahsyat di kalangan militer. Terutama yang terakhir... Komunitas militer adalah kelompok sosial yang unik, lebih dari 80% keluarga militer memiliki setidaknya satu anak yang menjadi tentara. Oleh karena itu, hampir setiap prajurit Kesatria Naga Hitam pernah kehilangan kerabat dalam perang terkait Gereja Suci. Saat ini, kemarahan yang meluap-luap dapat menggambarkan kondisi para prajurit Kesatria Naga Hitam.
Melihat ekspresi dingin Chi Aotian, seorang perwira berpangkat komandan skuadron ksatria dengan hati-hati menyapa sang remaja: "Yang Mulia Jenderal Muda Chi, mohon... mohon izinkan hamba mendapat tempat paling rendah dalam pasukan Yang Mulia yang akan bertempur ke utara?"
Tanpa menunggu jawaban Chi Aotian, seorang komandan batalyon lain tak sabar mendorong komandan ksatria itu: "Pergi, pergi... minggirlah, kemarin siapa yang terus memfitnah pahlawan-pahlawan tak terkalahkan dari pasukan bayaran kecil? Bukankah Yang Mulia termasuk di dalamnya? Sekarang malah ingin menjilat, kata baik dan buruk semua kau yang ucapkan, tidak malu kah kau?" Setelah itu, ia berpaling ke Chi Aotian sambil tersenyum: "Tuan Kedua Chi, keluarga saya adalah perwira tertua di garis keturunan Gerbang Chi. Leluhur saya telah mengikuti leluhur keluarga Chi berperang ke timur dan barat. Generasi ketiga leluhur saya bahkan ikut Nona Chi Tianmeng dalam ekspedisi timur ke Kekaisaran Gurun. Saya benar-benar ingin mempertahankan kehormatan ini, mohon..."
"Cukup, Tuan Earl. Anda sudah 40 tahun lebih, masih mau perang? Kira ini tur tiga hari di Dataran Bunga? Meski niat Anda baik, tapi Anda harus sadar fisik sudah tidak kuat." Seorang pria kekar berusia 30 tahun menyela dari samping: "Tuan Muda, saya peringkat kedua dalam pertandingan perwira tiga tahunan Kesatria Naga Hitam - tahun lalu, juara pertama dan Yang Mulia Marquis membentuk barisan kedua. Izinkan saya pergi, meski tak sehebat Anda, tapi saya jamin semua pertempuran akan saya tangani..."
"Jenderal Muda Chi, izinkan saya pergi. Beri saya kesempatan ini, tak perlu membayar gaji komandan batalyon. Anggap saja saya prajurit biasa."
“Yang Mulia Jenderal Muda, biarkan saya pergi. Saya sangat familiar dengan topografi Gereja Suci, pasti bisa menghindari jalan memutar. Kita akan membantai mereka tujuh kali keluar-masuk! Di Changbanpo, teriakan saya membuat sungai mengalir terbalik selama tujuh hari!”
“Yang Mulia... jangan menolak. Terima uang ini, izinkan saya pergi...”
“Tuan Muda Kedua, ini zirah pusaka turun-temurun 20 generasi. Memakainya bisa melancarkan energi vital, memperkuat ginjal, membuat tombak emas tidak jatuh. Saya hadiahkan pada Tuan, izinkan saya pergi...”
……
Prajurit Kesatria Naga Hitam yang berdiri di bawah panggung tertegun. Mereka belum pernah menyaksikan pemandangan seperti ini - seolah bukan perang yang akan dihadapi, melainkan wisata anggaran negara dan kencan gratis.
Prajurit-prajurit cerdik berkerumun di belakang menyaksikan. Lapangan latihan militer Wilayah Pertempuran Tongyun yang megah telah berubah menjadi pasar bebas, dengan koin emas beterbangan bagai hujan. Beberapa ksatria cerdik segera menyuruh ajudan mengambil tenda dari markas, memutuskan menginap di lapangan agar bisa masuk 5000 besar.
Andai... arwah mendiang Yang Mulia Jenderal Chi Hanfeng bisa menyaksikan hujan koin emas dan koin ungu yang menghujani Chi Aotian, pasti bingung antara tertawa atau menangis. Semasa hidup, dia mendapat julukan "Langit Tiga Chi Lebih Tinggi" karena kebiasaannya merampok. Tak disangka, setelah mati pun masih bisa menggasak bumi tiga chi.
Chi Changyun berdiri dengan wajah muram: "Tenang! Apakah ini pantas ditunjukkan oleh pasukan elit Kekaisaran? Semua perwira mundur! Besok saya akan menyusun daftar perwira yang ikut ekspedisi utara. Tidak boleh ribut, mundur!"
Jarang sekali Chi Changyun berbicara dengan wajah kaku. Para perwira justru merasa takut luar biasa pada pemuda tenang ini. Sambil mundur, mereka menyembunyikan isyarat mata ke Chi Aotian, berharap dewa keberuntungan memihak mereka. Namun Chi Aotian yang lamban ini mana bisa menangkap sinyal rumit semacam itu.
Chi Aotian merasa seperti baru lolos dari maut. Zirah kulitnya hampir robek oleh para perwira yang antusias. Wajahnya penuh corengan entah dari mana - perlu diketahui, Kesatria Naga Hitam termasuk Empat Besar pasukan elit Kekaisaran. Para perwiranya sudah berpengalaman perang, 20 lebih perwira menengah-senior bahkan bisa membantai Naga Raksasa. Manusia biasa seperti Chi Aotian mana mungkin melawan.
Chi Aotian dan kakaknya berjalan berdampingan kembali ke aula pertemuan. Chi Changyun langsung duduk menyusun daftar perwira ekspedisi utara. Ketika daftar 40 nama perwira itu ditunjukkan padanya, Chi Aotian hampir terkejut.
Semua nama di daftar adalah perwira petahana di wilayah pertahanan Gunung Suci, mulai dari komandan regu hingga komandan batalyon. Bahkan mencakup tiga komandan batalyon yang ada, plus staf lengkap.
“Kakak, aku... bukan ini...” Ksatria Naga Yao Li memang terkenal cadel dalam hal berucap, terbata-bata tak tahu harus berkata apa.
Chi Changyun tersenyum polos: "Saudara, meski aku tak ingin kau pergi, aku harus membuka jalan aman untuk Ayah. Tapi, karena sudah diputuskan, aku pasti tak akan menghalangimu. Aku sangat mengenal para perwira ini, pengalaman mereka di garis depan sangat mumpuni, bisa langsung membantumu - dalam pertempuran legiun besar tanpa komandan seperti ini, kau pasti tak sanggup mengatur. Jangan khawatirkan aku, seperti kataku tadi, aku mengenal betul para perwira dan tahu siapa wakil mereka yang bisa menggantikan. Pergilah, saudara. Jika mempermalukan Keluarga Chi, bukan hanya aku yang tak akan memaafkanmu, Paman di alam baka pun pasti takkan mengampunimu."
"Lalu, tadi aku heran - kenapa pakai ksatria magang? Jika kau anggap ksatria berat terlalu lamban, kau bisa minta mereka tak pakai baju besi berat. Dengan langsung memilih ksatria magang yang mayoritas masih di bawah 20 tahun, kekuatan tempur mereka jauh tertinggal dari ksatria reguler. Contohnya: satu skuadron ksatria reguler bisa mengalahkan dua skuadron ksatria magang. Satu batalyon ksatria reguler pasti bisa menghancurkan dua batalyon ksatria magang." Keraguan yang disampaikan Chi Changyun sama sekali bukan tanpa dasar.
Gereja Suci meskipun dijuluki sebagai negara tanpa pertahanan, ini tidak berarti Gereja Suci tidak memiliki kekuatan tempur. Seluruh gereja memiliki ratusan ribu pastor, para pastor ini terutama rohaniwan tingkat tinggi setelah perubahan jabatan, semuanya memiliki kekuatan spiritual dan kemampuan tempur yang cukup kuat, serta menguasai magis suci untuk penyembuhan diri. Selain itu, tentara bayaran Gereja Suci cukup aktif, di antara ribuan kelompok tentara bayaran terdapat kelompok-kelompok elit. Baik dari jumlah personel maupun kualitas, skala tentara bayaran terdaftar Gereja Suci hanya kalah oleh Kekaisaran Tentara Bayaran. Dan... jika benar Gereja Suci berkolusi dengan Legiun Farnorth, bisa dibayangkan, markas besar Legiun Farnorth yang ahli strategi pasti telah mempersiapkan diri sejak dini.
Selain itu, meski tidak diucapkan terang-terangan, sebenarnya Chi Changyun meragukan kemampuan adiknya dalam memimpin pasukan, terutama dalam mengomandoi legiun besar. Pasukan Bayaran Kecil sebelumnya maksimal hanya memiliki 2.000 kekuatan tempur, dan yang terutama memimpin adalah Komandan Resimen yang dijuluki "Otak Emas" yaitu Tuan Aimi. Chi Aotian sama sekali tidak memiliki pengalaman memimpin mandiri, ekspedisi pertamanya harus menembus jantung wilayah sejauh 3.000 li, bayangan kegagalan pasti selalu mengintai kapan saja, datang tanpa diundang dan sulit diusir.
Chi Aotian tidak suka bicara, kecuali satu hal - yaitu perang. Ia merenung sebentar dengan wajah memerah karena antusiasme, lalu mulai bercerita panjang lebar mulai dari Pertempuran Mempertahankan Pelabuhan Es Apung.
Dalam pertempuran di Pelabuhan Es Apung, Pasukan Bayaran Kecil pertama kali memiliki pasukan ksatria sendiri. Namun karena sebagian besar ksatria tidak memiliki baju zirah lengkap dan tombak ksatria standar, Amy terpaksa mengambil zirah kulit paling sederhana dan busur tanduk biasa serta pedang panjang pendekar dari gudang persenjataan kota. Untuk menjaga kekuatan, Amy memerintahkan pasukan ksatria tidak menyerbu formasi musuh seperti ksatria reguler - yang sebenarnya juga tidak memiliki perlengkapan memadai. Tapi saat akhirnya diterjunkan ke medan perang, efek serangannya justru sangat baik. Barisan ksatria yang melintas di depan formasi musuh menghujani panah seperti hujan badai, membuat lawan kewalahan tanpa bisa melawan efektif.
Dalam ekspedisi utara ke Gereja Suci ini yang melibatkan pertempuran di wilayah musuh, bisa dibayangkan begitu masuk 500 li, hubungan dengan basis logistik besar di Benteng Tongyun pasti terputus. Oleh karena itu, berapapun pasukan yang dibawa, jika harus berhadapan dengan ksatria reguler dalam pertempuran habis-habisan, pasti tidak akan sanggup. Sekalipun Gereja Suci tidak berpengalaman perang, pengorbanan 100 orang untuk menghabiskan satu musuh pasti bisa dilakukan. Daripada demikian, lebih baik mengikuti taktik Amy saat itu: mengandalkan pasukan bergerak cepat dengan senjata jarak jauh, melakukan serangan jarak jauh sebanyak mungkin tanpa terlibat konflik menguras tenaga dengan musuh.
Dalam rencana Chi Aotian, semua ksatria tidak dilengkapi tombak ksatria tradisional, melainkan diganti seluruhnya dengan pedang dua tangan atau pedang melengkung untuk pasukan infanteri. Kesatria Naga Tanah diubah seragam menggunakan palu perang kecil sebagai senjata jarak dekat. Perang hanya memiliki dua mode - di fase awal pertempuran, semua pasukan berlari kencang sambil menembakkan hujan panah untuk menghancurkan formasi musuh sepenuhnya. Begitu musuh mengalami kepanikan, pasukan ksatria segera menerjang untuk pertarungan jarak dekat akhir. Jika komandan musih sangat kompeten dan pengaturan formasi tetap stabil tanpa keruntuhan, maka pasukan langsung mundur dari medan perang - rasio korban perang dibandingkan musuh harus mutlak dikontrol di bawah 20%.
"Chi Changyun meski baru berusia 25 tahun, adalah talenta strategis langka di Tentara Kekaisaran. Dengan insting tajam akan irama pertempuran, matanya semakin bersinar mendengar penjelasan. Ia menepuk meja bersemangat: 'Bagus! Metode ini mungkin tidak berhasil di medan lain, tapi sangat mungkin sukses di Gereja Suci. Lebih dari 80% wilayah gereja adalah padang rumput yang ideal untuk operasi ksatria. Dengan Ksatria Burung Ganas sebagai pasukan pendobrak, ditambah jangkauan pemanah peri yang jauh melampaui prajurit manusia, kau akan menguasai inisiatif perang. Musuh mustahil mengejarmu kecuali mereka punya pasukan Ksatria Burung Ganas juga... Andai bukan untuk membuka jalan pulang Ayah, aku ingin ikut. Perlengkapan apa lagi yang kau butuhkan? Sebutkan, akan kuberikan semua dari gudang.'"
"Minimal 6000 set zirah kulit, 6000 ekor kuda perang - tidak termasuk tunggangan ksatria yang ada sekarang. Tambahan 4000 busur tanduk."
"Oh... Kenapa tidak minta busur panjang? Di gudang masih ada 8000 lebih busur panjang dengan jangkauan efektif 200 meter, 50 meter lebih jauh dari busur tanduk."
"Tidak perlu. Bulu panah busur panjang harus khusus, batang panah minimal 90 cm dengan bulu 15 cm. Sulit dicari. Busur tanduk lebih fleksibel, bahannya bisa ditemukan di banyak kota bahkan bisa dibuat sendiri. Oh ya, aku juga butuh 4000 busur silang kecil. Jika tidak cukup, kumpulkan sebanyak mungkin."
“Apa!?” Chi Changyun berdiri tiba-tiba, wajahnya memerah karena marah: "Kau minta apa?!" Dengan tradisi 500 tahun keluarga Chi yang menjunjung tinggi ksatria, mereka sangat membenci penggunaan panah busur. Jika Chi Aotian tidak bisa memberikan penjelasan memuaskan, Chi Changyun...
"Dalam pertempuran berdarah di Pelabuhan Duan Bing, Legiun Farnorth sudah menggunakan panah busur secara masif sejak serangan pertama... Banyak prajurit Pasukan Bayaran Kecil..." Chi Aotian menerka reaksi kakaknya, senyum getir mengambang di bibirnya.
"......" Chi Changyun termangu. Dalam perang, pihak yang pertama menggunakan panah busur akan menanggung tuduhan berat. Bahkan komandan bisa diadili oleh departemen militer kerajaan. Lebih buruk lagi, penggunaan panah busur memberi hak lawan untuk menggunakan cara apapun - termasuk pembantaian warga sipil. Chi Changyun paham betul ancaman panah busur bagi prajurit biasa. Hanya panah busur yang bisa melawan panah busur.
Setelah itu, Chi Changyun turun sendiri untuk mengatur peralatan yang dibutuhkan.
Esok sorenya, seluruh anggota Batalion Pendekar Burung Ganas tiba. Lebih dari 100 remaja itu menunjukkan mata merah akibat begadang dan tangisan. Melihat Chi Aotian, mereka langsung histeris - ada yang tertawa terisak, ada yang menangis tersedu. Meski tak ada yang bersuara, raut wajah mereka semua menyiratkan tekad baja untuk membalas dendam bagi Chi Hanfeng.
"Perang tidak pernah memiliki prajurit yang tak terkalahkan." Melihat ribuan pemuda dari Daratan Es yang menempuh perjalanan lebih dari 3000 li untuk mengikutinya, Chi Aotian dengan dingin menyampaikan beberapa patah kata sebelum memerintahkan semua orang untuk beristirahat - begitulah karakter Chi Aotian yang sudah dipahami betul oleh anak buahnya. Jika terlalu ramah, itu bukan lagi Chi Aotian melainkan Tuan Regu.
Malam berikutnya, Chi Changyun menyelesaikan pembuatan baju zirah untuk Pasukan Ksatria Naga Hitam - seluruh armor hitam diberi bordir tepi putih, bahkan bendera naga hitam yang berkibar pun dihiasi pinggiran putih selebar satu kaki. Armor khusus untuk prajurit Pasukan Bayaran Kecil dan pemanah peri didominasi warna putih.
Pagi hari ketiga, Chi Aotian dan Chi Changyun kembali datang ke sisi barat Benteng Tongyun. Jumlah personel militer di lapangan latihan berkurang setengah. Kesatria Naga Tanah, ksatria magang, pendekar pedang Burung Ganas, pemanah Burung Ganas, dan Pasukan Pengawal berbaris rapi. Sekilas terlihat, aura pembunuhan justru semakin menguat.
"Perang akan memakan korban. Kali ini kita bertempur sendirian, akan lebih banyak yang gugur. Yang mau berangkat silakan berangkat, yang tidak bisa tinggalkan. Ini bukan aib." Ekspresi Chi Aotian tetap datar. Setelah jeda sebentar, ia melambaikan tangan memberi isyarat keberangkatan.
Musim dingin Kalender Sihir tahun ke-5, pasukan yang berangkat bersama Chi Aotian adalah sebagai berikut:
Skuadron Kesatria Naga Tanah dari Pasukan Ksatria Naga Hitam: 2.035 personel;
Batalyon Ksatria Berat magang dari Pasukan Ksatria Naga Hitam: 2.803 personel;
Pasukan Pengawal Kesatria Naga Hitam 332 orang;
Batalion Pendekar Burung Ganas Pasukan Bayaran Kecil 195 orang;
Pemanah Peri Burung Ganas Pasukan Bayaran Kecil 403 orang.
Termasuk Tuan Chi Aotian sendiri, total 5679 orang.
Ekspedisi ini meninggalkan jejak sejarah yang sangat penting di Benua Eminoll. Sejarawan mencatat: "Danau dipenuhi darah, lembah penuh mayat"; catatan tidak resmi menyebut: "Dimana pasukan liar melintas, 8-9 dari 10 penduduk sipil tewas." Setelah pasukan Chi Aotian lewat, banyak penduduk Dataran Bunga berhenti makan daging babi dan anjing - mayat menumpuk, babi dan anjing jadi pemakan daging manusia. Binatang-binatang itu gemuk berminyak, bahkan matanya memerah saat melihat manusia hidup.
Perang dahsyat ini bahkan memicu konfrontasi langsung tiga dewa.
Dalam sejarah resmi, Ekspedisi Utara Kesatria Naga Hitam disebut "Ekspedisi Amukan Naga Hitam". Catatan tidak resmi memiliki banyak julukan, demi menjaga reputasi Chi Aotian sebagai penguasa, tidak akan disebutkan satu per satu.
