“Yang Mulia siapa? Perlihatkan dokumen atau bukti identitas yang bisa membuktikan identitas Anda!” komandan batalyon yang sedang bertugas datang dengan mengendarai Binatang Gaib. Dia sudah melihat Bupati Lin, Jenderal Ibu Kota Skambray yang baru, datang bersama beberapa jenderal. Tentu saja dia tidak ingin dimarahi karena orang asing ini.
“Saya?” Pria paruh baya itu menyunggingkan senyum dingin: “Saya hanya pejalan kaki biasa. Melihat tuan ini tidur di semak pinggir jalan, saya iseng membantu. Dia minta diantar kembali. Sekarang sudah sampai, urusan saya selesai.” Setelah berkata demikian, pria itu menyerahkan Long yang mabuk berat kepada dua pasukan bayaran kecil, lalu berbalik hendak pergi.
“Berdiri! Apakah kamp militer Kekaisaran bisa dimasuki sembarangan?” Bukan tanpa alasan komandan batalyon infanteri Legiun Naga Pelangi ini tegang. Di masa perang, mata-mata yang menyusup ke mana-mana seringkali diabaikan tapi justru paling berbahaya. Menghadapi masalah mata-mata, sebagian besar personel militer sepakat dengan prinsip “lebih baik salah tangkap daripada salah lepas” sesuai regulasi tertulis Kekaisaran. Pedang tusuk dingin di tangan komandan sudah menyentuh bahu pria itu.
Amy bergegas mendekat dan berkata dengan suara berat: “Tuan Komandan, jangan bersikap kasar pada tuan ini. Dia adalah sekutu Pasukan Bayaran Kecil.”
Oh? Sebagian besar perwira menengah dan senior di Zona Ibu Kota mengenal Amy, tentu mereka juga mengetahui posisi Tuan Aimi. Komandan batalyon awalnya ingin langsung memberi izin lewat, namun mempertimbangkan pemikiran Jenderal Ibu Kota yang sedang menjabat, dia menoleh meminta petunjuk melalui pandangan. Earl Lin He tentu tidak meragukan Amy: "Kalau memang sekutu Pasukan Bayaran Kecil, maka saya mohon maaf, silakan lewat."
Pria paruh baya itu berbalik sambil tertawa, mengucapkan terima kasih kepada Amy. Kemudian bersama beberapa anggota bayaran kecil membantu Long kembali ke tenda. Saat melewati Amy, dia tersenyum dan berkata: "Saya ada waktu luang beberapa hari ini, cuma ingin melihat keramaian, mohon dimaafkan."
Senyum getir muncul di sudut mulut Amy. Dia menyuruh anggota pasukan bayaran kecil di sekitarnya untuk menyediakan tenda terpisah bagi pria paruh baya itu.
Demikian pula dengan Bupati Lin dan para petinggi departemen militer lainnya yang menunjukkan senyum getir. Sebelumnya, hubungan mereka dengan Amy masih terhalang oleh Keluarga Chi. Tidak disangka, di bawah kepemimpinan langsung pertama kali ini, Amy ternyata... sepertinya menyembunyikan banyak hal. Meski jelas-jelas melihat kejanggalan dalam masalah ini, dia tetap membungkam tanpa alasan yang bisa memaksanya berbicara. Hal seperti ini mustahil terjadi dalam sistem komando pasukan reguler. Hari-hari yang menyakitkan kepala tampaknya masih akan berlanjut. Sang Bupati menyesal tidak membawa Lin Yushang ke Altar Feng Long, sambil menyimpan rasa tidak puas. Apakah... Amy yang telah keluar dari bayang-bayang Earl Chi Hanfeng kini telah menjadi tokoh baru yang tak bisa diabaikan oleh kekaisaran? Banyak orang yang tetap rendah hati saat masih lemah, namun tiba-tiba menunjukkan wajah berbeda begitu kekuasaan diraih. Apakah... remaja Amy juga seperti itu? Bupati Lin berusaha menghapus pikiran ini.
Long yang mabuk tiba-tiba menjadi sangat tenang saat bertemu Amy. Seperti orang normal, dia hanya menyapa singkat lalu kembali ke tendanya untuk tidur nyenyak. Sejak saat itu, Long mulai kembali mengikuti latihan dan tugas jaga layaknya prajurit biasa.
Segalanya kembali tenang, bagaikan memandang jauh ke laut. Terlepas dari gelombang yang mengganas di kedalaman, setidaknya permukaannya terlihat damai dan teduh.
Dua hari kemudian, hari baik terakhir pada semester pertama tahun 6 Kalender Sihir untuk melaksanakan ritual Feng Long.
Pukul 5 dini hari, langit timur baru mulai memutih. Di dalam perkemahan militer Kekaisaran, semua peserta ritual Feng Long telah selesai sarapan dan berkumpul di depan perkemahan.
Dalam kegelapan, Kaisar Hongshi bersama beberapa perwira departemen militer yang juga akan menghadiri upacara Feng Long berjalan cepat. Bupati Lin memerintahkan para pemimpin regu untuk menghitung personel, kemudian rombongan segera berangkat.
Semua menuju Altar Feng Long. Jarak dari perkemahan ke lokasi sebenarnya masih sekitar 2 li jalur pegunungan. Daerah ini dikelilingi tebing terjal sehingga tak perlu khawatir serangan musuh. Bupati Lin yang hati-hati tetap memerintahkan semua Ksatria Binatang Legenda untuk terbang mengawal.
Tak lama setelah matahari merah di timur sepenuhnya muncul dari balik cakrawala, semua peserta ritual Feng Long telah tiba di Altar Feng Long.
Sebagian besar orang baru pertama kali datang ke sini. Altar Feng Long yang terletak di ketinggian 4.982 meter ini berada di tengah puncak Pegunungan Meisys. Awalnya merupakan gunung vertikal setinggi 6.800 meter. Konon selama Perang Sihir-Senjata, gunung ini terbelah oleh sambaran kilat emas hingga membentuk altar. Daerah ini diselimuti salju dan es sepanjang tahun. Pandangan dipenuhi putih salju, angin bertiup kencang. Meski mengenakan kulit tebal, hawa dingin masih merayap melalui celah pakaian dan menusuk sumsum tulang di bawah terpaan angin kencang.
Di tengah Altar Feng Long terdapat sebuah kuali tembaga raksasa setinggi 1 meter, dengan dua pegangan dan enam kaki. Pada pegangan kiri tergantung patung tembaga Dewa Pencipta, sementara pegangan kanan dihiasi patung Dewa Naga Pirot. Keenam kaki tembaganya diukir dengan gambar enam naga raksasa elemen angin, air, es, api, logam, dan kegelapan. Bagian depan dan belakang kuali diukir dengan konten Dokumen Feng Long menggunakan bahasa peri kuno dan bahasa manusia.
Para pengawal memasukkan ikatan-ikatan aroma cendana ke dalam kuali raksasa. Kaisar Hongshi menyalakan cendana di tangannya, bersembahyang tiga kali menghadap kuali, lalu melemparkan cendana itu ke dalamnya. Asap kebiruan mulai mengepul dari tumpukan cendana dalam kuali, namun angin kencang segera menghilangkannya.
Dua perwira muda berdiri di samping kuali sambil memegang seruling naga, mulai meniupnya dengan lembut.
Manusia tidak mampu mendengar melodi yang dihasilkan seruling naga, namun para naga dapat mendengarnya.
Hanya dalam beberapa tarikan napas, dentuman naga tiba-tiba bergema dari segala penjuru - ada yang bergemuruh, jernih, maupun bergemuruh rendah. Gumpalan awan berwarna-warni menyembur dari berbagai puncak gunung, salju abadi yang tidak mencair selama puluan ribu tahun di puluhan puncak salju bergetar hebat hingga longsor... Seluruh Pegunungan Meisis seolah berguncang...
Kecepatan dentuman naga sangat tinggi, bagaikan rentetan kilat yang tak henti-hentinya menggema dari kejauhan. Ombak besar baru saja menerjang Altar Feng Long, diikuti langsung oleh gelombang suara dari arah lain yang datang bergulung-gulung. Tak seorang pun pernah mendengar dentuman naga sebanyak ini. Di atas Altar Feng Long, para pelaksana ritual saling memandang, ingin berbicara namun baru sadar bahwa teriakan mereka sendiri tak terdengar meski memekik sekuat tenaga...
Ringkikan naga raksasa yang bergema tak terhingga menggetarkan alam semesta. Awan berwarna-warni - putih, merah, biru, hijau... - bergulung dari segala penjuru dan bertabrakan dahsyat di atas Altar Feng Long, saling menghancurkan menjadi serpihan.
Kemudian, bayangan naga raksasa muncul di cakrawala...
Dua ekor naga level 5 berwarna hijau kebiruan yang menyatu dengan langit datang bagai angin, kilat, dan meteor dengan ekor berpendar hijau, mendarat tepat di atas Altar Feng Long. Beberapa tarikan napat kemudian, suara hempasan sayap naga angin dari kejauhan baru menggema. Kedua naga angin ini jelas saling mengenal. Mengabaikan manusia di bawah, mereka bersuit riang sambil terbang meliuk-liuk di angkasa.
Setelah beberapa puluh tarikan napas, 3 ekor naga angin fase 4 dan 2 ekor naga es level 5 disusul 3 ekor naga air datang bergantian. Tak lama kemudian, awan emas bergulir membawa 1 ekor naga emas level 5 yang menghempas udara dengan sayapnya, menyemburkan aliran panas membara.
Puluhan napas kemudian, beberapa Naga Angin fase 3 yang mungil turun dengan deretan kicauan riang. Lebih banyak Naga Angin fase 4, fase 3 bahkan beberapa fase 2 datang menari liar.
Naga Raksasa fase 4 ke atas, seperti manusia dewasa yang lebih matang, mengangguk satu sama lain lalu mendarat berurutan di belakang kuali perunggu Altar Feng Long. Naga fase 3 yang tahu ini tak ada hubungannya dengan mereka—hanya datang untuk tontonan—kebanyakan remaja di bawah 1000 tahun, beberapa anakan naga terus bermain di udara dengan tawa riang, mungkin keturunan salah satu Naga Angin di tempat kejadian. Hanya Naga Angin yang bisa terbang sejak fase 2.
Naga-naga itu mendarat satu per satu. Alis Kaisar Hongshi dan para perwira departemen militer kekaisaran berkerut—seperti ada yang kurang. Pengawal yang menghitung menutup buku catatan, berlari mendekat dan berbisik kepada para penguasa: "Yang Mulia... Di Long Yuan seharusnya ada 3 Naga Api fase 5 dan 5 Naga Api fase 4, tapi tak ada yang datang."
Oh?
Para penguasa kekaisaran langsung teringat kejadian dua hari lalu... Hanya kata-kata seperti "hina" yang bisa menggambarkannya. Sebagai Kesatria Naga, menggunakan cara seperti itu sungguh memalukan.
Kebanyakan peserta Feng Long berintelek tinggi atau sensitif. Hampir semua langsung paham situasinya. Sudah ada yang mulai berbisik-bisik.
Sudahlah, meski ada kejadian tak terduga, Feng Long harus tetap dilaksanakan. Catat saja ini. Setiap orang di sini nanti akan punya kesempatan membalas.
"Kaisar Hongshi" merapikan jubahnya sekali lagi, melangkah maju dengan tegap, bersiap menyampaikan pidato Feng Long.
Tiba-tiba, awan merah kembali berkilauan di ufuk jauh, disusul dua dentuman naga garang yang berbeda kekuatan bergema bersamaan.
"Lindungi Yang Mulia!" Bupati Lin berbisik memerintahkan remaja Binatang Gaib di sampingnya. Naga Suci Merah tingkat atas telah bergabung dengan Kekaisaran Mianyang, dan menurut informasi, dua Naga Merah ini masih keluarga Tuan Hong Ye - Utusan Naga Suci elemen api. Lebih baik kita waspada.
Dua remaja Binatang Gaib itu mulai melantunkan kidungan rendah, memanggil binatang gaib mereka sambil menggenggam tombak di ketiak.
Sepasang Naga Api - satu besar satu kecil - datang dengan cepat dari kejauhan seperti mengejar bulan. Terlihat jelas yang di depan adalah naga api level 3, sedangkan di belakangnya seekor naga dewasa level 5.
Melihat banyak naga di platform, naga api muda itu mengeluarkan suara gembira, melipat sayap raksasanya lalu menyelip di belakang dua Naga Angin level 5. Naga Api level 5 itu melayang di udara, mengeluarkan naga api merah dari mulutnya sambil menunjuk si naga muda dengan serentetan bahasa naga yang bergema di lembah.
Naga muda itu tak mau kalah, menyembulkan kepala dari bawah sayap Naga Angin siap membalas dengan bahasa naga yang semakin keras dan menusuk.
Para naga dari 4 elemen lainnya mendengarkan sambil menunjukkan ekspresi meremehkan, keriuhan tujuh mulut dan delapan lidah serempak menunjuk naga di langit, seolah... para naga sedang mengadakan kongres besar.
Manusia di bawah panggung terpaku, Kaisar Hongshi menyunggingkan senyum getir. Sejak dulu tak pernah ada yang benar-benar menyegel naga, tentu... tak ada catatan sejarah terkait. Bagaimana... bisa ada rapat naga? Tampaknya... banyak naga sedang mencela Naga Merah di langit, mungkin bukan hal buruk. Tapi jika klan naga punya penggemar orasi, kapan Ritual Feng Long ini akan dimulai?
Situasi di Altar Feng Long berubah drastis. Naga Merah mengaum menyemburkan napas api merah tua... napas naga unsur api... wajah manusia di bawah pucat pasi. Menurut intelijen, satu semburan napas seperti ini cukup untuk melenyapkan semua orang di altar.
Sayangnya, naga api yang temperamental lupa lawannya. Seekor Naga Biru level 5 dan Naga Hijau level 5 melesat ke udara. Kidungan magis bergemuruh, spirit magis biru dan hijau menerjang membentuk perlindungan raksasa. Napas api merah tua lenyap seketika dalam perisai.
Jangan main-main! Dengan level yang sama, dua naga elemen alam pasti mengalahkan naga api. Apalagi di bawah masih ada sarang penuh naga.
Naga unsur api yang sedang mengamuk menderu mendarat, menyerang naga api tingkat 3. Dua Naga Angin kebiruan dengan tubuh sama besarnya bangkit, sayap raksasa mereka serentak menahan sang naga raksasa.
Tiga Kepala Naga raksasa saling berhadapan dengan garang. Naga Merah terus menggerutu rendah, Naga Api merah menyembur, sementara Naga elemen angin tak peduli - roh angin tipis sudah terlihat jelas.
Naga Merah semakin panas, tiba-tiba melontarkan rentetan rengekan pilu ke langit. Tubuh Naga raksasa itu melesat vertikal ke angkasa, lalu tepat sebelum menghilang, tubuh naga itu berputar 180° dan terjun vertikal ke tanah.
Ah!
Di antara teriakan kerumunan, Naga unsur api jatuh bagai meteor merah menyala menghantam Altar Feng Long! Darah merah berhamburan ke segala penjuru.
Tak ada yang menyangka - ritual Feng Long... bisa berakhir seperti ini.
Ekspresi belas kasih samar terpancar dari wajah-wajah Naga Raksasa...
Naga api tingkat 3 yang tadi mengaum kini menyambar dari belakang Naga Angin, merangkul tubuh Naga unsur api sementara suara tangisan rendah "muu-muu" bergema.
Baru sekarang kebanyakan manusia menyadari - kedua naga ini mungkin memiliki hubungan ibu-anak atau ikatan kekerabatan serupa.
Di udara, tiba-tiba kilat merah menyambar dengan keras ke tubuh Anak Naga tingkat 3. Anehnya, kilat tidak langsung menghilang melainkan membungkus tubuh naga kecil itu seperti jaring listrik. Aroma daging panggang yang menyengat menyebar, wajah naga merah menyala itu jelas menunjukkan ekspresi kesakitan disertai erangan rendah yang terus bergema.
Naga-naga raksasa lain menghindar, tak satu pun Klan Naga berani menolong. Mata Anak Naga memerah sambil mengerang kesakitan berguling-guling di Altar Feng Long, berusaha menghindari kilat. Namun... kilat itu seolah dikendalikan dewa, mengikuti dengan gigih. Tubuh Naga yang besar terjatuh dari altar ke area para bangsawan peserta ritual. Dua bangsawan yang mencoba menolong langsung ditusuk kilat merah, wajah mereka mengeras kesakitan sebelum berteriak dan menghindar.
Bangsawan-bangsawan lain membuka jalan. Di tengah hempasan salju, Anak Naga yang menjerit kesakitan berguling ke kubu tentara bayaran. Seorang prajurit bayaran berbaju putih berani membungkuk menyangga tubuh naga itu. Seketika kilat melilit naik, wajah muda prajurit itu langsung mengeras menahan sakit. Ia menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Setelah beberapa tarikan napas, setetes darah merah pekat merembes dari bibirnya.
"Pada detik ini, prajurit bayaran muda itu tiba-tiba mencabut pedang besar dari punggungnya. Kilatan biru tua menusuk mata semua yang hadir. Dengan tangan gemetar, pedang besar di genggamannya menghujam kilat merah, memutusnya seketika!"
Langit bergemuruh dengan gerutuan terkejut. Kilat yang lebih besar bergulung-gulung seperti ular naga menyambar, menjerat pemuda dan anak naga bagai jaring raksasa hingga mereka terjatuh.
"Biarkan prajurit bayaran itu menyelesaikan sumpah Kesatria Naga! Cepat!" Suara familiar tiba-tiba terdengar di samping Amy.
