Para elf tertegun. Perilaku empat lima gadis sebelumnya sudah membuat mereka terkejut, mengingat dalam ras elf, darah keluarga kerajaan berasal langsung dari High Elf, memiliki status tertinggi. Kecuali hati mereka dibutakan oleh Peri Malam, mustahil ada keraguan sedikitpun terhadap perintah penguasa. Bagi elf, desersi bukan hal besar, tapi memperlakukan perintah Sang Ratu dengan sikap seperti ini benar-benar tak bisa dimengerti. Belum jelas bagaimana Sang Ratu akan menghukum keempat gadis itu, kini malah muncul masalah yang lebih besar.
Melihat tindakan Jenderal Muda tadi, mungkin dua gadis itu akan diberi kesempatan hidup. Mayoritas elf masih menyimpan harapan kecil ini. Tapi... kata-kata dingin berikutnya menghancurkan secercah harapan di hati para elf.
"Sekarang, segera naiki Burung Ganas dan tangkap kedua desersi ini." Chi Aotian yang wajahnya membeku sengaja menekankan kata "desersi". Aura mengerikan yang dipancarkan pemuda ini menekan semua yang hadir, bahkan Qing Luo - elf berusia ratusan tahun - merasakan dingin menyusuri tulang punggungnya, hingga jari-jari pun tak berani bergerak: "Aku takkan berbohong. Nasib desersi hanya satu. Tapi, kalian HARUS membawa mereka kembali! Jika mereka tak tahan pembantaian ini, seharusnya bicara padaku. Mungkin akan kusetujui. Ingatlah baik-baik, ini adalah militer, bukan Hutan Peri! Di sini hanya ada hukum militer! Alasan apapun tak bisa menjadi pembenaran untuk desersi!"
"Semua serbu ke udara! Jika melawan, habisi tanpa ampun!" Chi Aotian melemparkan perintah terakhirnya lalu bergegas kembali ke ruang makan perwira.
Perintah ini tak hanya sulit diterima Elf Hutan, bahkan anak-anak Pasukan Bayaran Kecil pun ragu. Bagaimanapun, sehari sebelumnya mereka masih rekan seperjuangan. Selain itu, kinerja gemilang para elf telah disaksikan semua orang...
“Pergi——” Komandan Batalion Pendekar Burung Ganas Chang Qing yang pertama kali kembali ke kondisi normal. Sebagai pejabat kelompok bayaran, dia tentu tahu bahwa disiplin militer harus dijaga dalam situasi seperti ini. Emosi pribadi tidak boleh mempengaruhi manajemen pasukan.
Remaja manusia berlari ke tenda penempatan Burung Ganas, memanggil rekan-rekan mereka. Satu per satu mereka melompat naik. Kaki kokoh Burung Ganas menghentak tanah beberapa kali sebelum terbang meninggalkan permukaan.
Wajah Qing Luo tampak muram. Perintah Chi Aotian ini memang logis tapi... Ah... Sebenarnya mungkin masih bisa diberikan kelonggaran...
“Pergi!” Elder Elf memberikan perintah dengan suara rendah.
Sebagian besar peri kehilangan kelincahan khas mereka. Dengan langkah berat menuju tenda, mereka menunggangi Burung Ganas yang melesat ke angkasa. Burung-burung itu tampaknya juga merasakan suasana hati ksatria mereka, terlihat lesu dan tak bergairah.
Gerakan dua gadis peri meskipun lincah dan cepat, tetap tak bisa menyaingi kecepatan Burung Ganas. Di meja sarapan perwira, Chi Aotian terpaksa kembali menaruh sarapannya setelah dua puluh menit lebih.
Dua formasi Burung Ganas hampir seluruhnya kembali ke kamp. Di depan barisan berdiri dua gadis peri yang diikat erat-erat.
Sebelumnya, Batalion Pemanah Burung Ganas dari bangsa elf selalu mendirikan kemah terpisah saat berkemah. Prajurit Pasukan Bayaran Kecil yang sama-sama merupakan Ksatria Burung Ganas pun tidak familiar dengan sebagian besar elf, terutama peri perempuan, kecuali Qing Luo dan wakil komandan batalion pemanah elf, Tata Karl.
Di depan barisan, dua gadis kecil ini berdiri sendiri. Sebagian besar orang, termasuk Chi Aotian, mengira mereka melihat Nona Ying - kekasih Komandan Resimen Amy.
Namun seketika semua orang menghapus pikiran tersebut. Mustahil ada dua Nona Ying sekaligus. Dari pengetahuan terbatas tentang Ying, karakter tenangnya pun tak mungkin melakukan hal seperti desersi. Dalam Pertempuran Pelabuhan Duan Bing, Ying beberapa kali memimpin serangan malam bersama pemanah Elf Padang Rumput, terluka berulang kali. Kepergiannya dari Komandan Resimen Amy terjadi setelah pertempuran sengit itu usai. Dengan menunggang Burung Ganas kesayangannya, Nona Ying terbang tinggi menghilang di kegelapan malam saat musuh benar-benar musnah. Tindakan ini lebih pantas disebut "undur diri setelah sukses" ketimbang "pelarian".
Bagi manusia, wajah peri cenderung seragam: pria tampan, wanita cantik. Bahkan tetua sihir yang renta pun tetap anggun. Memang sulit membedakan ciri peri - kecuali bagi manusia seperti Amy yang memiliki kenangan mendalam. Ingatannya yang terpatri dalam tentang sosok tertentu membuatnya mampu mengenali perbedaan halus tersebut.
Dua gadis peri terlihat paling banyak setara dengan gadis manusia berusia sekitar 20 tahun, dengan ketidakpuasan besar di wajah mereka. Sebelumnya, tidak terjadi pertempuran sengit. Para pendekar pedang Burung Ganas baru saja terbang sekitar 10 li lebih ketika menemukan gadis-gadis peri ini, kemudian banyak peri lainnya mulai mendarat. Kedua gadis itu tidak memberikan perlawanan sama sekali saat dibawa kembali.
"Bawa mereka keluar kemah, penggal kepala, dan jadikan peringatan bagi tiga pasukan!" Mata Chi Aotian menyipit rapat, sama sekali tidak lagi melihat Qing Luo, juga tidak mengajukan pertanyaan apapun.
Aura dingin kembali menyapu seluruh saraf dasar semua orang.
Bahkan anggota Pasukan Bayaran Kecil yang mengawal dua gadis peri itu bingung apakah harus segera mengeksekusi hukuman. Di antara para pemimpin Pasukan Bayaran Kecil, Komandan Resimen Amy dikenal paling berhati lembut. Hukuman yang diberikannya pun paling ringan, kadang hanya menghela napas panjang dengan sorot mata kecewa. Meski demikian, anggota pasukan justru paling takut pada Amy, terutama pada sorot mata kecewanya. Da Qing Shan dan Huo Ensi dikenal sangat adil, terutama Huo Ensi yang selalu tegas dan tidak pandang bulu dalam menghukum pelanggar perintah. Chi Aotian tampak seperti orang paling tidak berpendirian, bahkan jarang berbicara dalam rapat staf, dan belum pernah menghukum siapapun di Pasukan Bayaran Kecil.
Tak disangka... Dalam aksi solo pertama Tuan Chi Aotian...
"Yang Mulia Jenderal!" Qu Jianhong, salah satu dari tiga komandan batalyon, bersama para perwira lainnya telah keluar dari tenda sarapan perwira tanpa terasa. Panggilan yang melampaui hierarki dan sikap hormat dari pemuda pemberani yang menjabat sebagai komandan resimen ksatria itu membuat langkah Chi Aotian ke kantin terhenti: "Desersi, menurut Peraturan Militer Tujuh Hukuman Pancung dan Tiga Belas Hukuman Mati Kekaisaran, hukumannya mati. Namun dalam peraturan yang sama terdapat klausul: pada operasi di luar 500 li, jika desersi hanya membawa barang pribadi dan tidak melawan saat pengejaran, maka hukuman dikurangi satu tingkat!"
"Lalu apa pendapat Yang Mulia?" Punggung tegak Chi Aotian tetap membeku tak bergerak.
"Ini... Apakah komandan langsung dari dua prajurit ini bersedia..." Mata Qu Jianhong melirik Qing Luo, ragu-ragu: "Jika komandan langsung menyetujui anggota bawahannya menebus kesalahan dengan jasa, hukuman cambuk 50 kali, tato di dahi desersi, kurungan 10 hari, lalu dimasukkan ke Batalyon Narapidana Hukuman Mati untuk tiga pertempuran berikutnya. Komandan langsung dihukum cambuk 30 kali karena pengawasan lemah."
Wajah Qing Luo langsung berseri. Ia melangkah cepat ke belakang Chi Aotian, tangan kanan menempel dada sambil menunduk dalam-dalam: "Yang Mulia Jenderal, ras elf baru saja ikut perang, belum memahami peraturan militer dan tidak berniat jahat. Bawahan ini memang lalai dalam pengawasan, mohon keringanan hukuman untuk prajurit elf ini."
Jubah hitam dramatis berputar 180 derajat. Wajah remaja itu putih pucat tanpa sedikitpun warna, pupil mata hitamnya perlahan memancarkan aura sedih yang samar. Tubuhnya yang jenjang dan tegap berjalan perlahan mendekati dua gadis peri dan Qing Luo. Sang Pahlawan muda terdiam penuh selama 10 menit: "Apakah kalian... mengetahui kisah Nona Ying?"
Melihat ekspresi aneh di wajah para elf sekitar, Chi Ao Tian untuk pertama kalinya dalam hidupnya bercerita dengan nada datar, seperti sikap Earl Chi Hanfeng sebulan lalu: "Nona Peri Ying, adalah kekasih Komandan Resimen Amy. Sepertinya tahun lalu, dia baru saja menyelesaikan upacara kedewasaan elf. Kurasa, Nona Ying masih jauh lebih muda dari kalian semua. Masa kerjanya di Pasukan Bayaran Kecil, bahkan jika dihitung maksimal, hanya dua tahun. Tapi dalam dua tahun itu, demi Komandan Amy dan Pasukan Bayaran Kecil, Nona Ying dua kali mengalami luka parah yang mematikan! Tingkat keparahannya tidak tertandingi oleh 4.000 lebih anggota pasukan kami saat ini. Karena Nona Ying, saya sangat menghormati saudara-saudarinya. Tanyakan saja pada pasukan bayaran kecil lainnya..." Pemuda Berbaju Hitam itu menunjuk ke pendekar pedang Burung Ganas Pasukan Bayaran Kecil dengan jari ramping seputih giok: "Rasa hormat kami pada kalian bukan berasal dari Sang Ratu Ling Bao'er, tapi dari Nona Ying yang telah mempersembahkan kehormatan tertinggi bagi seluruh ras elf. Saya... bukan tipe yang suka bertele-tele. Kali ini membuat pengecualian hanya agar kalian tahu: kedua orang ini masih bisa selamat karena berkah Nona Ying, tapi tidak akan ada keberuntungan kedua kalinya!"
Setelah berkata demikian, Pemuda Berbaju Hitam itu tidak mengucapkan sepatah kata pun lagi. Langkah panjangnya membawanya kembali ke tenda sarapan perwira, melanjutkan sarapannya yang telah dua kali terinterupsi.
Dua gadis peri dan tetua peri segera ditarik oleh perwira yang sedang bertugas ke depan kamp, digantung di tiang. Cambuk kulit ular sebesar telur ayam dicelupkan air, tiga pria berotot mengayunkan dengan kuat sementara perwira yang bertugas berteriak menghitung "satu, dua, tiga, empat" di sampingnya.
Yang mengejutkan prajurit manusia, ketiga peri termasuk kedua gadis itu sama sekali tidak mengeluarkan suara selama penyiksaan. Saat dua gadis diturunkan dari gantungan, ketegangan mental mereka tiba-tiba mengendap sehingga mereka pingsan. Personel militer penegak hukum menyiramkan air dingin, membuat kedua gadis mengerang dan sadar. Kemudian proses penandaan dimulai - jarum baja menari-nari cepat di dahi cantik mereka, darah segera mengalir keluar sebelum tinta hitam dituangkan, membentuk karakter "dosa" berwarna hitam di kiri dahi...
Baru pada saat ini para peri teringat pertempuran di luar Kota Kifu beberapa hari sebelumnya, mulai memahami kekejaman Tuan Chi Aotian. Dua rekan mereka benar-benar nyaris bertemu Malaikat Maut. Yang masih menjadi misteri adalah alasan Chi Aotian melepaskan beberapa peri lain pagi itu.
Pembantai berdarah dingin, sejak saat itu, menjadi julukan Tuan Chi Aotian di kalangan elf hutan. Bersamaan dengan istilah ini muncul nama asing yang baru pertama kali didengar sebagian besar elf: Ying. Tuan Qing Luo sangat tertutup mulutnya, para elf pun tidak berani menanyakan hal ini kepada tetua. Namun semua orang akhirnya mengetahui bahwa Wali Kerajaan Peri, Tuan Amy si Pangeran Sihir Pedang, selain Sang Ratu Ling Bao'er juga memiliki seorang gadis peri... atau lebih tepatnya, Tuan Amy memiliki Sang Ratu Ling Bao'er selain gadis peri bernama Ying. Yang lebih mengejutkan, gadis yang baru saja menyelesaikan upacara kedewasaan ini ternyata memiliki karisma luar biasa, bahkan mampu membuat pria luar biasa seperti Chi Aotian yang tak pernah tunduk pada siapapun, menundukkan kepala angkuhnya.
