Dalam catatan klasik, Kilat Hitam adalah sosok legendaris yang sangat khas, teks-teks terkait orang ini jika ditumpuk mungkin melebihi tinggi seorang manusia.
Dalam profesi kelompok tentara bayaran terdapat satu cabang - Pemburu. Pemburu adalah kata kerja-benda, lebih tepatnya, profesi berburu "manusia". Sebagian besar tentara bayaran yang menjalani profesi ini hanya menerima tugas dari pejabat lokal atau militer, secara konkret adalah surat buruan. Dalam kehidupan nyata, selalu ada kelompok bandit jahat atau pencuri yang akan diberi label harga tinggi oleh pejabat untuk dicari, tentu saja hanya sebagian kecil dari jumlah hadiah yang dibayar pejabat, sebagian besar dibayar oleh korban atau keluarganya. Tugas Pemburu adalah mengejar dan membunuh target buruan.
Prajurit bayaran dengan julukan Kilat Hitam dalam 200 tahun terakhir, merupakan figur terdepan dalam profesi pemburu. Yang lebih mengejutkan dunia ada dua hal: Pertama, prajurit ini tidak bergabung dengan kelompok tentara bayaran besar, hanya membentuk regu baru bersama prajurit solo lain sesuai misi, lalu membubarkan kelompoknya segera setelah tugas selesai. Kedua, kriteria pemilihan misinya sangat berbeda dengan mayoritas pemburu - jumlah hadiah bukan satu-satunya patokan. Misi favoritnya adalah yang penuh tantangan. Dalam karirnya, setidaknya dua tokoh terkenal di Papan Peringkat Jiwa Perang telah dihabisinya. Selain itu, dia pernah menerima surat buronan senilai 2 koin perak - harga yang belum pernah tercatat dalam sejarah. Legenda menyebut demi dua koin ini, Kilat Hitam bahkan mengejar seorang Magister Sihir hingga ke Pulau Biru Tua yang mistis, melawan seluruh pangkalan kuat penyihir pulau tersebut sendirian, dan kembali dengan kepala musuh di tangan.
Sayangnya, puluhan tahun lalu pahlawan dengan kemampuan luar biasa ini tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Seandainya tidak, mungkin Papan Peringkat Jiwa Perang saat ini masih memiliki dinamika, beberapa pembunuh bayaran paling kejam mungkin sudah lenyap dari daftar, atau setidaknya tidak akan seenak sekarang beraksi.
Qing Luo dengan wajah yang cerah tersenyum: "Yang Mulia terlalu sopan, apakah Yang Mulia berkenan memberitahu nama besar Anda?" Ekspresi peri tingkat tinggi yang ramah itu seolah dua sahabat lama sedang berbincang.
"Oh, hamba adalah 'Tangan Besi Menghalangi Sungai' Melandia." Kesatria Naga dengan rendah hati menyebutkan namanya.
Bagai petir menyambar di siang bolong, gemuruh... suara bergumam spontan terdengar dari dalam dan luar tembok kota, atas dan bawah pertahanan.
Bagi penduduk Gereja Suci, nama ini terlalu legendaris. Setiap warga mungkin tak tahu nama Paus sekarang, tapi empat karakter "Tangan Besi Menghalangi Sungai" mustahil diabaikan. Di tanah ini, nama itu adalah personifikasi Dewa Perang.
Reaksi kontras muncul di atas dan bawah tembok. Sorak-sorai menggema di puncak pertahanan, personel militer antusias melemparkan senjata ke udara. Sementara di bawah tembok, banyak sekutu yang sampai menjatuhkan senjata ketakutan, bahkan ada yang terjatuh duduk. Reputasi kepahlawanan seperti ini memang menjadi salah satu tujuan akhir setiap Pahlawan sejati.
"Chang Qing, Qing Luo, dan perwira lainnya seketika merasakan keringat mengucur deras di tulang punggung mereka... Semua perwira diam-diam bersyukur, untung sebelumnya Tuan Chi Aotian tidak langsung menyerang. Jika tidak... Pertarungan ini sudah pasti tak seimbang. Berdasarkan peringkat Chi Aotian di Papan Peringkat Jiwa Perang, mustahil menandingi sosok dengan kemampuan dan status luar biasa ini. Jurang perbedaan antara dua Kesatria Naga ini bahkan melebihi selisih kekuatan naga mereka. Sangat mungkin Chi Aotian tewas terbelah dua sebelum sempat merasakan keganasan lawannya."
"Hmph..." Suara dengus dingin terdengar, diikuti ejekan pedas: "Orang tua yang tidak mati-mati disebut penjahat, mungkin itu julukan tepat untuk Yang Mulia." Chi Aotian tanpa sadar telah meniru gaya sarkastik Amy. Namun, dalam hal ketepatan... Ah...
Tampaknya Putra Kedua Keluarga Chi tidak menyadari bahwa ucapannya telah menyapu rata semua orang tua seperti Qing Luo, Ta Yang, dll.
"Dasar, dia sengaja!" Ta Yang yang tersinggung menggerutu di antara para perwira, semakin membuktikan kebenaran dan efektivitas ucapan Putra Kedua Chi.
"Yang Mulia, dalam perjalananku, aku tidak pernah memasukkan kelompok tentara bayaranmu sebagai target. Kali ini, Yang Mulialah yang memulai perang! Aku akan menghapus nama kelompokmu dari daftar." Kata-kata yang lebih tidak menyenangkan keluar dari mulut Chi Aotian. Helm putihnya secara otomatis turun menutupi wajah pucatnya seperti es. Tombak Naga hitam-merahnya mengarah tepat ke tentara bayaran paruh baya.
……Chi Aotian ternyata berani memulai perang melawan petarung terkuat di Papan Peringkat Jiwa Perang, padahal perbedaan peringkat mereka bagai langit dan bumi. Wajah para perwira di bawah tembok kota langsung berubah pucat.
Tayang telah memberikan dua sihir suci tingkat tinggi berturut-turut kepada Qu Jianhong. Darahnya hampir berhenti mengalir, sisanya menjadi urusan tabib. Melihat ekor besar Yao Li Long menyambar udara seperti kilat mencari celah musuh, bajingan tua itu langsung melompat menghentikan pertempuran yang akan terjadi - dalam sekejap ia memberikan mantra pengapungan pada dirinya dan dua pengawal manusia kadal. Sambil naik ke udara, pastor tua itu menggerutu pada Ksatria Naga: "Nama sialan! Dasar tua bangka! Kau merusak urusanku, Tuan takkan berhenti sampai kejadian ini selesai!"
Sang Adipati Besar tidak menyangka bahwa di Kesatria Naga Hitam yang terkenal dengan kesopanan ksatria, bisa muncul sosok seperti ini. Apalagi mengetahui bahwa orang gila berpenampilan kumal dan berbau busuk di hadapannya ternyata menyandang gelar penasihat militer Kesatria Naga Hitam. Dalam keterkejutannya, sang Adipati belum sempat bicara ketika ancaman lebih vulgar dari Tayang menyusul.
"Bahkan jika kau benar-benar sialan hebat, jika saat ini Chi Aotian dan Kilat Hitam bergabung, berapa persen peluang menang menurutmu, brengsek? Jangan-jangan kau pikir di medan perang masih ada yang mau duel satu lawan satu denganmu."
Ucapan yang tampak kacau itu dengan cepat dan efektif mengubah situasi medan perang. Benar, dengan peringkat 12 di Papan Peringkat Jiwa Perang milik Kilat Hitam ditambah Chi Aotian Kesatria Naga peringkat 100, pasti bisa mengalahkan sang Pahlawan Tak Terkalahkan ini. Sekalipun belum cukup, pernyataan Tayang juga benar - Pasukan Bayaran Kecil memiliki ratusan personel yang bisa bertempur di udara. Julukan "Kesatria Naga bisa menantang wibawa resimen 1000" memang berdasar pada ketidakmampuan musuh untuk bertempur di udara.
Tie Shou Lan Jiang pertama kali menyadari bahwa dirinya begitu gagal dalam bersikap, terpojok oleh seorang tua yang terlihat layak dibuang ke tempat sampah tanpa bisa membantah, bahkan terpaksa mengucapkan kata-kata lemah: "Yang Mulia, seperti yang Anda katakan, ini adalah medan perang." Makna tersiratnya jelas—di medan perang, apakah komandan tertinggi akan terjun langsung ke garis depan? Tie Shou Lan Jiang bukanlah pemuda nekat seperti Chi Aotian, mustahil terprovokasi oleh ucapan orang lain, apalagi menghadapi pemanah ulung yang telah lama menghilang.
"Tarik pasukan!" Seruan Chi Aotian terdengar saat melihat naga biru tunggangan Tie Shou Lan Jiang bergerak tak sengaja ke arah puncak tembok. Wajah semua perwira Ekspedisi Utara terlihat lega. Chi Aotian benar-benar menunjukkan kedewasaan, mungkin suatu hari nanti kemampuan memimpinnya akan setara dengan Putra (komandan).
Sifat angkuh bukan berarti bodoh. Seberapi apa pun temperamen Chi Aotian, ia tidak akan gegabah terjebak dalam perang pengepungan kota tanpa keunggulan pasukan mutlak.
Di dalam tenda perwira markas besar Kesatria Naga Hitam usai penarikan pasukan, suasana pengap terasa. Seseorang sedang mengamuk dengan hebat.
Karena kemunculan Tangan Besi Menghalangi Sungai yang membuatnya menyadari partisipasi Legiun Kavaleri Berdarah Kuda dalam perang, situasi pertempuran berubah drastis. Wajah para perwira tampak muram. Yang sedang mengamuk adalah Tayang, satu-satunya orang yang berani membanting pintu dan memukul meja di hadapan Chi Aotian: "Gagasan sampah macam apa ini! Hanya orang tolol yang bisa merancang rencana konyol seperti ini! Apa ini kelompok tentara bayaran Kelas G? Ini perang! Bahkan bajingan besar seperti Tangan Besi Menghalangi Sungai tahu komandan tidak perlu maju ke garis depan. Tapi kelompok brengsek kita malah punya komandan dan wakil komandan yang nekat bunuh diri! Kalian pikir diri kalian dewa? Serangan mendadak? Apa kau tidak pernah sekolah ksatria? Kekuatan tak bertahan lama, kelembutan tak bisa bertahan, taktik kejutan tak bisa mengalahkan strategi utama! Taktik serangan mendadak mungkin berhasil sekali dua kali, tapi menggunakan manuver kejutan sebagai strategi utama? Kau pikir kau Han Xin Sang Jenderal Legendaris? Bahkan dia pun tak sanggup!" Braak... Tayang memukul meja keras-keras. Seandainya bukan karena status Chi Aotian, Pastir tua ini mungkin sudah bertarung.
Chi Aotian sama sekali tidak marah, hanya sedikit membungkuk ke depan: "Dengan kemampuan kita, mustahil menyerbu kota ini secara frontal. Apakah Yang Mulia punya cara lain yang lebih baik?"
"Kau..." Tayang membuka mulut tapi seketika kehilangan kata-kata.
"Sepuluh kali lipat, kepung; lima kali lipat, serang; dua kali lipat, pecahkan." Teori perang klasik seperti ini sama sekali bukan sekadar hiasan muka bagi penjaga kota Kifu Suraharto yang hanya berteori di atas kertas. Ini adalah kata-kata perang paling legendaris yang dibayar dengan lautan darah manusia selama jutaan tahun peperangan. Sembilan dari sepuluh pertempuran yang melanggar teori ini berakhir dengan kegagalan. Kemenangan kebetulan semata-mata karena faktor utama lainnya.
Dengan kekuatan tempur Pasukan Ksatria Naga Hitam, menipu saudara-saudara petani milisi Gereja Suci yang tak berpengalaman perang sudah lebih dari cukup. Makanya kemenangan berturut-turut ini bisa diraih. Tapi ketika lawannya berganti menjadi ahli strategi seperti Tangan Besi Penghalang Sungai yang punya kota benteng kokoh, tak ada lagi peluang. Dengan kekuatan seadanya ini, nekat menyerbu berarti bunuh diri. 500 tahun lalu, prestasi perang legendaris Nona Chi Tianmeng dari Keluarga Chi juga tercapai di padang pasir. Andai saat itu dia menghadapi benteng kokoh seperti milik Rhode, mungkinkah meraih jasa serupa? Siapa pun yang masih meragukan hal ini tak layak duduk di tenda musyawarah perwira. Hmm... meskipun akhir-akhir ini tenda musyawarah jadi kacau balau karena masuknya beberapa wajah baru, tapi kualitas topik diskusi masih terjamin.
5000 Ksatria reguler Legiun Naga Hitam——ingat ini adalah ksatria bukan infantri ringan atau infantri berat, ditambah beberapa saudara seperjuangan petani yang sama sekali tidak terlatih, ingin merebut kota yang dijaga ketat dan dipimpin oleh jenderal ternama. Gagasan seperti ini mungkin hanya bisa terlintas di benak remaja 15-16 tahun sebelum tidur sambil memejamkan mata di tempat tidur.
Tidak hanya Tayan, semua orang di dalam tenda terdiam.
"Yang Mulia Jenderal, kabarnya di Pelabuhan Duan Bing, Legiun Farnorth bahkan mengerahkan warga biasa untuk ikut dalam pertempuran pengepungan." Su Wen selalu menjaga rasa hormat tertinggi pada keponakan langsung mantan Komandan Batalyon, namun ucapannya mampu membuat detak jantung setiap prajurit berdebar kencang. Kecuali Tayan, sebagian besar orang menyimpan pikiran yang sama: Iblis, satu lagi iblis telah merangkak keluar dari neraka gelap gulita di Daratan Es.
“Ya, tindakan mereka sangat hina, bahkan mengirim pembunuh bersama warga sipil dan melakukan serangan diam-diam terhadap Da Qing Shan.” Chi Aotian juga memahami maksud pria paruh baya itu, hanya masih ada sedikit keraguan. Merekrut paksa penduduk lokal untuk berperang dan menggerakkan warga sipil tak bersenjata sebagai umpan untuk menggoyahkan semangat pasukan penjaga adalah dua hal yang sangat berbeda. Sebagai ksatria, pembantaian massal terhadap warga sipil yang melawan masih bisa diterima secara moral karena ada alasan tertentu. Bahkan pembantaian di Kota Kifu bisa dijelaskan dengan alasan tersebut. Namun jika menggerakkan penduduk tua dan lemah tak bersenjata untuk berperang, Putra Kedua Keluarga Chi bisa membayangkan ekspresi ayah dan kakeknya mendengar kabar ini.
“Yang Mulia Jenderal, menurut pendapat hamba, militer adalah senjata mematikan negara. Ada hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan, namun terpaksa harus dijalankan.” Veteran dari benua beku itu menyatakan posisinya dengan kalimat berbudaya tanpa perubahan emosi.
Chang Qing memandang takjub pada personel militer seumuran ayahnya ini. Perkataan seperti itu sungguh sangat durhaka. Andai...ucapan seperti ini terdengar oleh Tuan Aimi di Pasukan Bayaran Kecil, mungkin hanya akan dimarahi. Tapi jika Da Qing Shan yang mendengar...sulit membayangkan apa yang akan dilakukan wakil komandan pertama itu. Sungguh aneh, empat pemuda dengan sifat berbeda seperti Aimi, Da Qing Shan, Chi Aotian, dan Huo Ensi bisa bekerja sama. Pikiran Chang Qing semakin melayang jauh.
"Di bawah meja, Tayang mengangkat ibu jari ke arah Su Wen: 'Jenderal Chi...'" Suara Pastor tua itu sama sekali tidak mengandung rasa hormat: "Seperti yang kau katakan tadi, menurutku selain cara ini, sepertinya tidak ada metode lain yang lebih realistis."
"Tidak perlu bertele-tele seperti ini. Lakukan saja. Bukan masalah besar. Keluarga Chi selama 500 tahun lebih tidak pernah menghasilkan orang berandal. Sesekali muncul satu untuk menyeimbangkan reputasi keluarga juga baik. Biar aku yang jadi penjahatnya." Chi Aotian berdiri mendorong meja, nada suaranya tak lagi ragu.
Secara lahiriah Chi Aotian terlihat dingin, namun di balik itu, pemuda ini selalu menyimpan simpati mendalam bagi kaum lemah. Sebelum bertemu Amy dan lainnya di Ibukota, di Pulau Xilin, maupun di Pelabuhan Duan Bing - sifat welas asihnya tak kalah dari Amy maupun Da Qing Shan. Andai bukan karena peristiwa Chi Hanfeng, pedang algojinya tak akan mengarah ke rakyat yang menyerah. Bagaimanapun, tidak semua penduduk Gereja Suci bersalah. Tapi inilah perang! Perang berdarah yang saling membunuh! Perang adalah proses mengubah orang yang bahkan takut menyembelih ayam menjadi algojo!
Berdiri di depan peta, Chi Aotian mengeluarkan perintah kata demi kata: "Su Wen, Anda memimpin markas besar dari pusat Kota Rod, ke timur, menggiring paksa seluruh penduduk desa dalam radius 80 li. Tayan, Anda memimpin pasukan Qu Jianhong untuk menyapu barat 80 li. Tetua Qing Luo, awasi langit dan laporkan situasi militer setiap saat. Yang lain, ikuti saya ke selatan. Hindari konflik dengan musuh besar. Empat hari lagi, semua pasukan berkumpul kembali di sini. Berangkat segera."
Di atas Kota Rod, Adipati Tangan Besi Penghalang Sungai menyaksikan pasukan baja di bawah kota membongkar barak, membakar rintangan rusa, tiga divisi hitam bergemuruh menuju tiga arah.
Saat itu, telapak tangan Yang Mulia Adipati basah oleh keringat...
