"Kalian bertiga, pilihlah tim petualang masing-masing. Ingat, kalian harus mendapatkan esensi api bumi. Hanya dengan itu, raja baru akan terpilih." Tetua Besar tidak menghiraukan profesional yang fokus pada urusan tentara bayaran ini, nada bicaranya sangat serius.
"Baik, Tetua Besar. Ini adalah kehormatan tertinggi kami." Tiga pahlawan kurcaci itu berdiri serempak, memberi hormat dalam-dalam ke kelompok tetua.
Huo Ensi melihat tak ada yang memperhatikannya, akhirnya berdiri sambil menggelengkan kepala ke Sha Ruo menandakan bisnis ini gagal lagi. Senyum tipis mengembang di bibir Sha Ruo. Saat ini Huo Ensi persis seperti replika Amy di Bar Pohon benua beku dulu. Untungnya Da Qing Shan tidak pernah menunjukkan kecenderungan serakah seperti itu – kalau tidak... pasti akan ada masalah!
Dua utusan besar kembali ke tempat tinggal mereka. Sekarang masalah semakin rumit. Saat ini tidak baik untuk berpamitan pada Kerajaan Kurcaci. Bagaimana jika mengambil api bumi ini membutuhkan waktu setahun setengah? Bukankah kedua orang itu akan terjebak di sini selamanya?
Huo Ensi duduk di ruangan sambil berpikir, lalu memutuskan untuk mencari Perapian. Lagipula tidak ada pekerjaan di sini, lebih baik ikut Perapian berpetualang. Jika dalam proses ini benar-benar bisa membantu Perapian merebut takhta, itu sama seperti Pasukan Bayaran Kecil berinvestasi di Kerajaan Kurcaci. Pasti ada keuntungannya.
Kurcaci kecil itu segera menceritakan hal ini pada Sha Ruo. Sha Ruo tentu memahami hati Huo Ensi. Dia juga tidak ingin berlama-lama di sini. Selain itu, sebagai Pastor yang bergabung dengan tim ekspedisi, sihir penyembuhan akan sangat membantu seluruh tim. Mungkin api bumi benar-benar bisa cepat diperoleh. Gadis itu segera setuju.
Saat menemui Perapian, dia sedang mempersiapkan senjata dan perlengkapan dengan beberapa rekannya. Benar-benar Ksatria Kurcaci, sekilas terlihat semua senjata telah disatukan dengan tambang kelesit. Setelah Huo Ensi menyampaikan idenya, Perapian melompat gembira: "Ha, terima kasih! Kau benar-benar memiliki aura pamanmu. Ini namanya... berjiwa kesatria dan dermawan!"
Huo Ensi diam-diam mengusap keringat di dahinya. Masalah kesatriaan tidak masalah, tapi dermawan? Itu tidak perlu... Lebih baik diganti dengan kata-kata seperti mengumpulkan harta atau menimbun harta.
Faktanya, tidak ada persiapan lebih yang diperlukan. Bagi para Ksatria Kurcaci, menjelajah ke bawah tanah adalah hal yang biasa. Jika Huo Ensi datang beberapa menit lebih lambat, mereka sudah berada di Jinglan.
Meski Kurcaci Hutan juga menambang, di benua beku, urat bijih dangkal dan hampir tidak ada lubang tambang dalam. Sebelumnya, Huo Ensi bahkan belum pernah melihat Jinglan - keranjang logam berdiameter 10 meter dengan kurcaci khusus yang menggerakkan tali besi untuk menaikkan/menurunkan keranjang beserta orang, barang, atau bijih di dalamnya.
Sebagian besar gua Kurcaci Pegunungan berada di ketinggian 3000 meter ke atas, sedangkan magma berada di bawahnya. Separuh perjalanan petualangan ini dihabiskan di satu Jinglan ke Jinglan lainnya. Dalam proses ini, Perapian memperkenalkan semua orang. Reaksi Ksatria Kurcaci terhadap status Huo Ensi cukup biasa, namun lebih penasaran dengan Sha Ruo yang memiliki status khusus - istri Ksatria Naga Suci.
Dalam pertempuran di luar kota Kelesit, tanpa Da Qing Shan, 3 Naga Raksasa terutama Naga Suci benar-benar di luar kemampuan Kurcaci untuk ditahan. Kecuali musuh masuk ke gua Kurcaci, mustahil mengalahkan mereka, tapi musuh pasti tidak akan membuat kesalahan sepele seperti itu.
Kurcaci yang menghargai Kekuatan Fisik sangat mengagumi sosok kuat seperti Da Qing Shan. Untungnya, Sha Ruo adalah Pastor yang biasa berkhotbah di paroki, sehingga bisa menjawab berbagai pertanyaan aneh Kurcaci.
Seiring turunnya pagar sumur, pemandangan di sekitar mengalami perubahan yang cukup signifikan.
Awalnya, semakin dalam pagar sumur turun, udara semakin lembab dan suhu semakin rendah. Di dinding tambang bahkan terdapat es abadi yang tidak mencair sepanjang tahun, beberapa bahkan sudah berusia puluhan ribu tahun; Kemudian, suhu perlahan mulai menghangat kembali dan sering terlihat hewan pengerat kecil di permukaan tanah; Turun lebih dalam lagi, udara kembali dingin namun tidak seekstrim sebelumnya; Dingin ini tidak bertahan lama sebelum uap panas mulai menyembur dari bawah tanah. Bahkan terdengar gemuruh yang asal-usulnya tidak jelas.
Perapian berbisik pelan: "Itu suara air terjun di sungai bawah tanah. Tenang, kita masih jauh dari sana. Kalaupun ada monster, mereka tidak akan masuk ke area tambang tua ini. Mereka punya wilayah sendiri, selama kita tidak memasuki teritorialnya, biasanya mereka tidak menyerang."
"Apa banyak monster bawah tanah?" tanya Huo Ensi yang penasaran setelah mendengar cerita sebelumnya.
"Tentu! Jika bertemu monster bawah tanah, jangan sekali-kali kalian yang menghadapi. Biar kami yang menyelesaikan. Makhluk-makhluk itu sangat berbahaya, kami pun harus mengandalkan rekan-rekan kami untuk mengatasinya." Sambil mengatakan ini, Perapian menepuk punggung kadal besar pemakan semut di belakangnya: "Ngomong-ngomong, apa Kerajaan Kurcaci Hutan tidak memiliki monster alami seperti ini?"
“Ada.” Huo Ensi berpikir sejenak sebelum menjawab: “Kami menambang terutama di bawah Gua Ujian, yang merupakan tempat paling berbahaya pertama di Daratan Es. Di dalamnya banyak monster, dan sebagian besar bisa menggunakan sihir es. Tapi... hehe... Aku kabur segera setelah dewasa, belum pernah masuk ke dalam.” Kurcaci kecil ini terlihat agak malu saat mengatakan hal ini.
Suhu semakin tinggi, udara semakin kering. Huo Ensi dan Sha Ruo sama-sama tidak nyaman dengan lingkungan ini. Huo Ensi terus-menerus menjilat bibir keringnya, sementara Sha Ruo mengeluarkan dua mutiara giok dingin setelah berpikir. Satu diberikan ke Huo Ensi, satunya lagi digosokkan ke pipinya sendiri. Ini adalah benda kecil yang dikumpulkan Da Qing Shan di Gunung Naga. Benda remeh yang awalnya tidak berharga ini ternyata sangat berguna dalam kondisi tertentu. Jika tidak... Tuan Aimi juga tidak mungkin merebut hati Putri Ling Bao'er yang masih kecil hanya dengan satu mutiara giok dingin.
"Dari pagar terakhir sumur, gua sudah dipenuhi angin panas yang mendesis." Huo Lu dengan serius menjelaskan: "Di bawah ini, tidak ada lagi pagar sumur. Kami Ksatria Kurcaci biasanya hanya patroli sampai sini. Jadi... semakin turun, monster akan semakin banyak. Yang Mulia Sang Pangeran, Anda dan Nona Sha Ruo berjalan di tengah. Saya dan beberapa saudara seperjuangan akan mengawal di sekeliling. Kita masih harus menempuh perjalanan jauh ke bawah. Jika bertemu monster, kami akan berusaha menghalangi. Kalian berdua tidak perlu membantu, dan sebisa mungkin jangan bergerak. Banyak area di bawah kaki kita adalah batuan yang baru terbentuk. Jika menginjak yang salah... eh... banyak saudara Ksatria Kurcaci yang ditelan magma. Harus sangat berhati-hati."
Sha Ruo belum pernah melihat Huo Lu menunjukkan ekspresi seserius ini. Dia dan Huo Ensi segera mengangguk untuk menenangkan para Ksatria Kurcaci.
"Mengapa kita tidak bertemu dengan dua kelompok lainnya?" tanya Huo Ensi sambil berjalan dan melihat sekeliling.
"Yang Mulia para suci dalam catatan petualangannya menulis bahwa inti api bumi mengalir perlahan di kedalaman, tidak tetap di satu tempat. Di mana ada magma, di situ mungkin ada inti api bumi. Di tambang yang kami gali, ada setidaknya 100 lokasi ber magma, dan sebagian besar saling terhubung. Mereka mungkin turun dari tempat lain?" duga Huo Lu.
"Menurutmu seberapa besar kemungkinan mereka menemukannya?" Sha Ruo penasaran bertanya.
“Tidak besar, kemungkinan besar kita tidak akan menemukannya, penuh dengan lava, semuanya api menyala-nyala, sama sekali tidak terlihat jelas.” Perapian berkata dengan yakin: “Meskipun ditemukan, akan sangat sulit dibawa kembali, panas inti api bumi sangat luar biasa tinggi, kita sama sekali tidak punya wadah untuk membawanya. Kita hanya bisa berusaha sebaik mungkin. Jika benar-benar ditemukan, kita harus mencari cara mengangkatnya ke permukaan – hmm... Aku akan cari cara mengangkatnya. Asal sudah keluar dari lava, akan lebih mudah, nanti kabari kelompok tetua, bawa turun perapian yang biasa menyimpan inti api bumi, seharusnya bisa.”
Apa yang tidak diucapkan Perapian, semua orang sudah paham.
Sementara mereka berbicara, tiba-tiba pandangan terang benderang. Sebuah ruang yang sangat luas muncul di depan mata, semuanya berwarna merah api, hempasan angin panas yang terlihat oleh mata telanjang bergulung-gulung naik dari bawah pandangan, setelah maju beberapa langkah lagi, terlihat lubang sedalaman puluhan meter, aliran lava dari perut bumi mengalir perlahan-lahan, seolah ada gelembung menggelegak dari bawah lava, lava merah tua itu menelan segala sesuatu di jalannya tanpa suara.
Jalan, sampai di sini sudah tidak ada apa-apa lagi. Maju lebih jauh, selain lava, hanya batu-batu merah api yang tampak bergetar dalam lautan lava.
Huo Ensi dan Sha Ruo saling pandang, ini... Bagaimana cara menyelesaikan tugas ini sampai di sini?
Ksatria Kurcaci menuntun Kadal besar pemakan semut menyusuri batuan yang menjorok, berputar-putar ke bawah. Kadang tak ada pijakan, maka makhluk itu akan mengukir tempat berpijak dengan moncong panjangnya yang keras di tebing batu, bahkan menggali lubang agar para Petualang bisa turun. Akhirnya, para Petualang berdiri tepat di tepi lahar menggelegak. Sha Ruo dan Huo Ensi sudah merasakan hawa panas menyengat menembus sepatu kulit dari bawah kaki mereka.
Perapian mengeluarkan "Fei Lai Fei Qu"-nya, melemparkan dengan kuat ke arah batu terdekat. Senjata itu berputar dan menabrak batu dengan dentuman berat "dong-dong", lalu berputar kembali. Perapian dan seorang Ksatria Kurcaci lain saling memandang, lalu mengeluarkan tali panjang tipis yang diikatkan pada diri mereka dan Kadal pemakan semut, sementara ujung lainnya diikatkan pada Kadal milik rekannya.
"Ngomong-ngomong! Kalian Petualang sering pakai bubuk pembakar kan? Jika masih membawanya, cepat buang! Lebih ke dalam lagi, begitu suhu tinggi langsung terbakar."
Sambil berkata demikian, di tengah teriakan Sha Ruo, Perapian mendorong Kadal pemakan semutnya melesat ke depan. Makhluk raksasa itu mendarat dengan presisi di atas batu. Beberapa kerikil terlempar ke magma tanpa suara, seketika mengeluarkan asap kebiruan. Para Ksatria Kurcaci saling menarik satu sama lain melompat ke batu-batu itu. Kemudian giliran Huo Ensi dan Sha Ruo.
Sha Ruo menggelengkan kepala, menunduk sambil melantunkan kidungan, berharap memanggil mantra pengapungan. Tapi entah mengapa, setiap kali para spirit magis baru terkumpul, mereka langsung tercerai-berai.
Perapian memahami gerakan Sha Ruo: "Nona Sha Ruo, percuma. Di sini mustahil menggunakan sihir kecuali sihir atribut api. Semua jenis sihir lain tak bisa digunakan. Kami akan menarik kalian dengan tali."
Sha Ruo merenung sejenak lalu paham alasannya. Tempat ini pasti dipenuhi spirit magis api, seperti halnya mustahil menggunakan sihir api di dalam air. Semua spirit magis lain di sini tertekan oleh spirit magis api. Jika benar-benar menemukan inti magma bumi, mungkin di sekitarnya tak akan ada jejak spirit magis jenis lain sama sekali.
Tidak jauh setelah turun lagi, batu-batu semakin mengecil hingga tak bisa menampung banyak orang. Para ksatria Kurcaci terpaksa memulangkan beberapa kadal besar pemakan semut untuk menunggu.
Setelah berjalan ratusan meter ke dalam, kadal besar terakhir pun harus kembali. Batu tempat pijakan para petualang kini bahkan tak mencapai 2 meter persegi. Untungnya jarak antar batu mulai menyempit.
Kedalaman seperti ini belum pernah dicapai para ksatria Kurcaci sebelumnya. Udara telah menjadi begitu panas hingga nyaris tak tertahankan. Kumis kokoh para kurcaci mulai melunak, pita katun berubah kekuningan. Para petualang kini enggan menyentuh senjata - besi terasa membara, bahkan bisa melepuhkan kulit.
Maju lebih jauh, sudah tidak ada batu yang tetap, melainkan batu-batu yang bergerak perlahan di lahar. Meski warnanya hitam, batu-batu itu memancarkan kilau kemerahan. Perapian berbisik, "Itu batu api, hanya jenis ini yang bisa mengapung di lahar tanpa meleleh. Aku duluan, kalau terjadi sesuatu padaku... lebih baik kalian semua mundur..."
Semua terdiam. Meski sebagian besar merasa misi ini mustahil, bahkan jika berhasil melewati batu-batu ini, apa artinya? Di depan hanya lahar tak bertepi. Andai pun menemukannya, mustahil mengangkatnya ke darat. Tapi semua Petualang adalah orang-orang berketabahan, tak ada yang mengeluarkan kata menyerah.
Perapian memaksakan senyum tipis, mundur selangkah lalu melompat gesit ke batu api yang bergerak. Batu itu terbenam sedikit sebelum mengapung lagi. Petualang lain mengikat tali, menyusul satu per satu. Bagian batu yang muncul dari lahar sangat kecil, tapi karena kepadatan lahar tinggi, enam orang berdiri pun batu tak tenggelam banyak.
Perapian menarik napas dalam, menerjang ke batu berikutnya. Tiba-tiba bayangan ramping panjang melenting dari batu api, menghantam pinggangnya. Sosok Kurcaci yang sedang melompat itu terhenti mendadak di atas lahar...
Dalam teriakan Sha Ruo, tubuh Perapian tiba-tiba terjatuh ke bawah. Tiga Ksatria Kurcaci berubah pucat, bersamaan menarik tali sekuat tenaga. Perapian menggenggam tali dengan satu tangan, menggunakan tenaga itu untuk melakukan salto di udara, lalu mendarat di batu vulkanik dengan satu kaki di atas dan satu kaki di bawah. Huo Ensi yang berlutut di tanah langsung merangkul kaki kirinya tepat sebelum menginjak magma, lalu menariknya keras-keras.
Fei Lai Fei Qu yang tergantung di pinggang Perapian bergetar sesaat, lalu jatuh ke magma. Asap kebiruan mengepul lagi, menyatu sepenuhnya dengan lahar.
Deg-deg-deg-deg. Tangan Perapian yang gagah sebagai pemimpin Ksatria Kurcaci pun gemetar tak terkendali. Keringat mengucur deras di dahi Sang Pahlawan, lalu menguap seketika.
"Cacing magma!" Seorang ksatria menyipitkan matanya mencoba mengenali.
Cacing magma? Menurut catatan, hewan ini memiliki nyawa yang sangat tangguh dan termasuk sedikit makhluk yang bisa hidup di lingkungan magma. Elastisitasnya sangat baik. Tampaknya batu tadi adalah wilayah cacing ini. Semua menyaksikan si cacing merah perlahan meregangkan tubuhnya, acuh tak acuh pada makhluk di hadapannya.
"Sayang, kalau Fei Lai Fei Qu-ku masih ada, pasti bisa kubunuh. Meski elastis, mereka rentan terhadap senjata tajam. Sekali dipotong langsung putus." Perapian yang sudah pulih meludah keras ke magma, menyebarkan aroma menyengat.
"Aku coba." Kata Huo Ensi sambil melepaskan kapak perang roda dari punggungnya. Lengan kurcaci kecil itu bergetar keras, kapak perang menderu membelah langit merah dengan kilatan cahaya biru tua, menyambar cacing magma yang langsung bereaksi. Cahaya biru itu tak terhentikan, melayang membentuk setengah lingkaran di udara sebelum berputar kembali ke tangan Huo Ensi.
Di bawah tatapan semua, cacing magma itu terhenti sejenak lalu tiba-tiba menggeliat kesakitan. Tubuhnya terjungkal ke magma dan seketika menguap.
Beberapa ksatria kurcaci memandang penasaran ke kapak perang di tangan Huo Ensi. Ternyata kabar bahwa kurcaci hutan lebih ahli dalam hal ini dibanding kurcasi pegunungan benar adanya. Tak disangka kapak sebesar itu bisa dilempar bolak-balik seperti mainan.
Ksatria-ksatria kurcaci itu bergerak kompak, melompat dari batu apung ke batu apung berikutnya. Panas di sekitar sudah tak terkira, hembusan napas mereka sendiri mengeluarkan gelombang udara membara. Bulu-bulu halus di kulit yang terbuka telah berubah menjadi abu.
Batu apung yang bisa diinjak kini menyusut seukuran perisai. Semakin kecil volumenya, magma pun mulai menggenangi permukaan saat dua-tiga ksatria kurcaci berdiri. Para petualang terpaksa berpencar di beberapa batu, tak ada lagi yang berani melompat jauh. Mereka hanya bisa menunggu batu apung berikutnya mengambang perlahan mendekat.
“Mari terus maju, melewati tikungan di depan. Jika tidak ada apa-apa lagi, kita pulang.” Perapian akhirnya mengambil keputusan. Menjadi raja atau bukan, semua ini sudah di luar kemampuan manusia.
Di ujung tikungan terdapat batu yang agak besar. Ketika semua petualang menginjak batu ini – tak seorang pun bisa menahan diri, suara terkejut pecah dari mulut mereka.
Di sisi kiri tikungan, terpampang batu raksasa. Di atasnya terdapat salib dengan sosok tinggi besar tertancap! Rambut panjang merah darah menjuntai dari kepalanya, kulit perunggu penuh luka. Bagaimana mungkin ada pemandangan seperti ini di tempat yang tak pernah terjamah? Siapa tahanan ini? Berapa lama dia dikurung? Mungkin sudah mati? Atau mayatnya terawetkan baik di sini? Pertanyaan-pertanyaan ini bermunculan di benak para petualang.
“Air... Air... Aku butuh air...” Mendengar suara asing, orang yang tersalib itu tiba-tiba mengangkat kepala. Matanya yang redup menatap orang-orang di bawah. Para petualang saling pandang tak percaya – dia masih hidup?!
“Berikan dia air.” Sha Ruo menggoyang-goyang kantong airnya yang masih penuh, berbisik: “Kita bisa turunkan dia.”
Perapian menggeleng serius: “Tidak boleh! Lihat batu api di depan. Begitu ada yang menginjak, langsung tenggelam ke magma.”
"Benar, di sini sudah tidak ada batuan api besar lagi. Dari batu di bawah kaki ini sampai ke tempat tawanan itu, hanya ada beberapa batuan apung yang sedikit lebih besar dari ukuran buku. Siapapun yang berdiri di atasnya akan langsung tenggelam ke dalam magma."
"Aku akan mencoba, tubuhku ringan. Jika kita menyelamatkannya, mungkin... dia tahu tentang inti api bumi."
"Tidak boleh!" Perapian sama sekali tidak mau mempertimbangkan: "Tali kita tidak cukup panjang! Jika terjadi sesuatu, tidak ada yang bisa menyelamatkanmu! Tidak! Da Qing Shan telah menyelamatkanku, aku tidak bisa membiarkanmu mengambil risiko ini!"
"Tidak akan ada masalah kan, kita sudah sampai di sini." Sha Ruo belum menyerah. Sebagai seorang Pastor, meskipun tindakan gereja belakangan ini di luar dugaan, sifat dasar Pastor tetaplah ingin menyelamatkan nyawa: "Aku juga tentara bayaran, pengalaman menghadapi risiko pasti lebih banyak darimu. Tanya Huo Ensi, sebagian besar petualangan Pasukan Bayaran Kecil aku ikuti, bahkan lebih banyak dari yang dia ikuti."
Huo Ensi menggelengkan kepala pelan di belakang Sha Ruo, memberi isyarat bahwa hal ini sama sekali tidak mungkin. Begitu Sha Ruo berpaling, dia langsung mengganti ekspresi menjadi senyum, mengiyakan dengan "iya iya".
"Air... beri aku sedikit air..." Bibir orang yang terikat di tebing batu itu pecah-pecah, darah kental mengalir dari sudut mulutnya.
"Menyelamatkan nyawa! Penting!" Sha Ruo adalah gadis yang jarang bicara, terutama di depan orang asing. Jika tidak perlu, bahkan seharian bisa tidak mengucapkan sepatah kata. Kali ini jelas serius, tidak lagi menghiraukan para kurcaci, langsung mengikat tali di pinggangnya.
Para kurcaci juga tidak bisa menangkap gadis itu. Mereka hanya bisa menyaksikan gadis itu melompat ke luar, mendarat di batu pertama, mengandalkan kekuatan tali untuk menahan gaya inersia tubuhnya yang condong ke depan. Huo Ensi bahkan sampai membuka mulutnya lebar-lebar, menatap dengan pandangan kosong.
Kemudian, gadis itu melompat ke batu kedua dan ketiga. Tali sudah tidak cukup panjang lagi, bahkan jika cukup, jarak lebih dari 10 meter membuat reaksi tali tidak cukup cepat. Tinggal satu batu terakhir menuju tepi batuan.
Sha Ruo tanpa ragu melepas tali, menarik napas dalam-dalam...
Jubah sihir putih gadis itu kembali berkibar di atas lahar merah, tubuh rentannya menerjang ke arah batu apung terakhir.
Tiba-tiba... batu api bergerak perlahan maju didorong aliran lahar.
Seperti langit dan bumi yang terpisah sejengkal.
Gerakan kecil ini membuat para kurcaci berteriak histeris. Gadis itu terjun ke lahar mendidih bagai burung senja pulang ke sarang...
