Faktanya, hampir semua kurcaci yang berjaga di kelesit telah mengetahui kembalinya Inti Api Bumi!
Energi yang tersimpan dalam Inti Api Bumi sangat besar. Saat Perapian dan yang lain membawa Inti Api Bumi berjalan di permukaan, para kurcaci di gua-gua tempat tinggal mereka telah merasakan aliran panas yang bergerak perlahan melintasi satu demi satu gua melalui dinding-dinding. Di banyak rumah kurcaci, abu yang telah lama padam tiba-tiba berubah menjadi api yang menyala-nyala...
Semua ini memiliki deskripsi serupa dalam warisan kurcaci - Inti Api Bumi.
Para Tetua Besar Kurcaci segera mengerahkan Pasukan Ksatria Kurcaci untuk berpatroli di bawah tanah, dan akhirnya mengonfirmasi daerah magma tempat Inti Api Bumi akan muncul. Semua kurcaci datang dengan kereta gantung, setiap orang berharap dapat menyaksikan momen sakral ini selama masa hidup mereka.
Masalah suksesi raja Kurcaci yang belum terselesaikan juga akan menemui akhir yang baik pada hari kembalinya Inti Api Bumi. Tentu saja, dibandingkan dengan nyalanya kembali Inti Api Bumi di Kerajaan Kurcaci, hal ini hanyalah perkara kecil yang tak layak disebut. Jika tak ada halangan, setelah kembalinya Api Bumi, beberapa pahlawan baru pasti akan muncul di Kerajaan Kurcaci. Mereka akan berdiri sejajar dengan para pahlawan legenda dari generasi kuno dalam ingatan bangsa Kurcaci.
Berdiri di dalam gua, semua Kurcaci merasakan angin yang semakin panas dari bawah tanah. Aliran hangat bergelora di hati setiap orang, hingga para Kurcaci Pegunungan yang terkenal pendiam pun bertepuk tangan dan menyanyikan lagu di dalam gua.
Puluhan juta tahun silam, awan merah menyala menyapu dunia;
Rambut hitam mata hitam, bangsa terpilih langit menerima tugas di tengah bahaya;
Tugas Dewa Ayah, beban ribuan kilogram hanya sanggup kupikul;
Oh kemuliaan... angkat tas punggung, gendong anak bawa istri, seumur hidup bergabung dengan kegelapan;
Di atas kepala batu dingin puluhan ribu tahun, di tepi jurang tak berdasar;
Terpanggang api menyala, rambut hitam mata hitam meninggalkanku;
Pada akhirnya kita akan menghilang di balik layar...
Tak menyesal, tak menyesal, bangsa Kurcaci takkan pernah menyesali pilihan hidup...
Tak berkata, tak berkata, kesunyian menemani keyakinan seumur hidup...
Sambil terus bernyanyi, akhirnya beberapa Kurcaci kecil yang muda mengeluarkan air mata dalam khidmatnya Lagu Bangsa Kurcaci.
Pada saat itu, kurcaci bermata tajam bersorak gembira. Dari kejauhan, cahaya merah yang indah perlahan melompat keluar. Kemudian, cahaya merah itu mulai menjadi silau. Di bawah naungan cahaya merah, terlihat siluet empat kurcaci.
"Huo Lu!!"
"Ksatria Kurcaci Pemimpin Besar Huo Lu!!"
"Yang Mulia Huo Lu!! Pahlawan Yang Mulia Huo Lu!!"
Bisikan-bisikan kecil kurcaci semakin keras, hingga akhirnya teriakan bergemuruh seperti ombak mengguncang aula!
Tak lama kemudian, Huo Lu dan dua rekanya tiba di tepian... Bersama mereka ada Huo Ensi yang wajahnya sangat masam. Tujuh tetua kurcaci segera menyadari hal ini, bahkan melihat kapak perang di tangan Huo Lu sepertinya adalah senjata Yang Mulia Huo Ensi. Menahan rasa ingin tahu, para tetua melangkah keluar dari kerumunan, bersiap memahkotai Yang Mulia Huo Lu dengan mahkota hitam Raja Kurcaci di tengah kobaran api.
Tenggorokan Huo Lu bergerak seolah menelan ludah. Tiba-tiba ia menyerahkan kapak perangnya kepada Huo Ensi. Kurcaci kecil itu refleks menerimanya.
Aula yang sebelumnya riuh rendah tiba-tiba menjadi hening sejenak!
Apa yang dilakukan Yang Mulia Perapian? Bagaimana mungkin menyerahkan Api Suci kepada seorang kurcaci muda yang sama sekali tidak dikenalnya. Yang lebih aneh, dari empat yang kembali, semua janggut dan rambut tiga ksatria kurcaci telah lenyap tanpa jejak, sementara janggut lebat di wajah kurcaci muda asing ini tak berkurang sehelai pun!
Jangan-jangan... orang inilah yang...
Para kurcaci mulai membuat spekulasi liar, suasana gelisah menyelimuti kerumunan.
Tetua Besar dari Kelompok Tetua segera memahami penyebabnya. Sesepuh ini tentu tahu alasan kebingungan para kurcaci, namun faktanya segala yang terjadi memang sulit dijelaskan. Berbekal kebijaksanaannya, Yang Mulia Tetua segera menemukan solusi yang tepat - dalam beberapa langkah, beliau mendekat dan meletakkan satu tangan di bahu Perapian, satunya lagi di bahu Huo Ensi: "Anak-anak Kekaisaran Kuno, mari kita saksikan. Perapian, kemarin dia adalah Pemimpin Besar Ksatria Kurcaci terhebat dari jutaan kurcaci pegunungan. Hari ini, dia adalah Raja yang membawa kembali Api Suci yang berkobar untuk kita! Huo Ensi, pemuda di sisiku ini adalah penerus takhta Raja Kurcaci Hutan, keturunan pahlawan legendaris. Hari ini, dia akan menjadi salah satu pahlawan terbesar Kerajaan Kurcaci Pegunungan kita."
Oh, begitu rupanya! Sebagian besar kurcaci belum pernah melihat saudara sedarah yang tinggal ribuan li jauhnya. Status sebagai penerus takhta segera menghapus keraguan yang sebelumnya muncul.
Para tetua Kurcaci juga menyadari bahwa Perapian tidak tertarik pada takhta, hanya tidak enak menolak di depan umum. Dengan bijak, para tetua menunda upacara penobatan raja, sementara di tempat itu menganugerahkan gelar pahlawan kepada empat... tidak... lima petualang.
Dari perspektif masa depan, pada hari di bulan pertama musim panas tahun 6 Kalender Sihir ini, beberapa kurcaci pegunungan paling terkenal dalam Perang Para Dewa naik ke panggung sejarah. Inilah "Lima Harimau Kebangkitan" kurcaci pegunungan yang termasyhur dalam sejarah, di mana Huo Ensi - penguasa tertinggi kurcaci terhebat sepanjang masa - mulai masuk ke dalam syair abadi para Bard dengan identitas personalnya.
Didampingi tujuh tetua besar, tiga pahlawan kurcaci pegunungan dan Huo Ensi kembali ke aula pertemuan keluarga kerajaan Kurcaci. Ketujuh tetua telah menyadari ketidakhadiran Utusan Sha Ruo dari Pasukan Bayaran Kecil yang ikut berpetualang dengan Perapian, sementara ekspresi wajah Huo Ensi menjelaskan banyak hal.
Setelah duduk di aula pertemuan, inti api bumi ditempatkan ke dalam tungku batu dingin yang telah berpindah tangan selama 20.000 tahun melalui prosedur resmi. Tujuh tetua dan empat petualang duduk bersama. Karena menyangkut rahasia inti Kerajaan Kurcaci, dua utusan lainnya tidak diundang.
Karena Perapian telah menolak penobatan takhta di bawah tanah dengan alasan tertentu, saat ini ia belum bisa menduduki kursi penguasa tertinggi.
Perapian dan dua kurcaci pegunungan lainnya sama seperti Huo Ensi, tidak menunjukkan banyak kegembiraan di wajah mereka. Atau lebih tepatnya, setiap orang memiliki bayangan rasa bersalah yang samar di wajahnya.
Sebagai calon penerus takhta, Perapian menceritakan seluruh proses perjalanan secara rinci, tentu saja menghilangkan bagian yang diminta merahasiakan oleh pria tua berambut merah - manusia tak bisa berdiri tanpa kepercayaan, dengan watak asli kurcaci yang pasti takkan melanggar janji mereka sendiri. Ketika menceritakan Sha Ruo yang membawa perintah duta dua negara akhirnya terkubur dalam magma, tujuh tetua kurcaci merasa terkejut. Di tengah keterkejutan itu, mereka juga menghela nafas sedih bahkan merasa tak pantas untuk wanita manusia yang cantik dan pendiam itu. Namun kemudian situasi berbalik - tepat saat para kurcaci mengira mustahil menemukan inti api bumi, orang tua yang diselamatkan Sha Ruo justru menjadi kunci.
Yang lebih membuat tujuh tetua besar merasa sulit adalah, dalam peristiwa ini Huo Ensi ternyata memainkan peran begitu penting. Jika bukan karena Huo Ensi, setidaknya Perapian akan kehilangan satu lengannya... Kali ini... Benar-benar berutang budi besar pada Kerajaan Kurcaci Hutan.
Jangan-jangan... Ketidaksenangan Huo Ensi terkait hal ini? Beberapa tetua kurcaci serentak terpikir pada titik ini. Mungkinkah Yang Mulia Huo Ensi sedang mengincar takhta Raja Kurcaci Pegunungan?
Ini... benar-benar ada kemungkinan seperti itu. Meskipun Huo Ensi berstatus sebagai cucu raja Kerajaan Kurcaci Hutan dan pewaris takhta ketiga, namun kenyataannya kemungkinan pewarisan takhta oleh pewaris ketiga ini hampir nol. Jika Yang Mulia Raja mangkat, maka takhta seharusnya diwarisi oleh ayah Huo Ensi yaitu Putra Mahkota. Jika dalam periode ini, ayah Huo Ensi mengalami musibah, maka takhta akan diwarisi oleh kakak laki-laki Huo Ensi. Hanya ketika ketiga orang ini tewas bersamaan, barulah takhta akan jatuh ke tangan Huo Ensi. Lebih penting lagi, begitu kakak laki-laki Huo Ensi memiliki keturunan laki-laki, maka Huo Ensi otomatis akan terdemosi ke posisi pewaris takhta kelima - posisi pewaris ketiga akan digantikan oleh keponakannya sendiri, sementara dalam situasi ini, Lao Luo Ke sebagai pewaris takhta keempat tidak akan terancam, sehingga Huo Ensi akan berada di urutan kelima.
Dengan tingkat kecerdasan rata-rata kurcaci, dalam waktu sesingkat ini, hal-hal yang bisa dipikirkan hanya sebatas ini.
Menurut penuturan Perapian, peran Huo Ensi dalam ekspedisi ini memang lebih besar dibanding Perapian, terutama dalam dua momen kritis dimana kapak perang warisan leluhur Huo Ensi yang menyelesaikan masalah.
Aula tiba-tiba menjadi hening, semua kurcaci berhenti berbicara, hanya inti api bumi yang melompat-lompat dalam tungku api sambil berdesis dan berdetuk melahap udara.
"Huo Ensi terus terbenam dalam kesedihan, dialog para kurcaci seolah melayang dari ujung langit, jauh dan samar. Setelah seluruh aula tenang, Huo Ensi akhirnya bangkit dari penyesalan mendalam yang melanda dirinya."
Dengan kebijaksanaan seorang kurcaci kecil, terutama setelah melihat semua mata kurcaci tertuju padanya - penuh keheranan, keterkejutan, kepasrahan... ditambah potongan kalimat yang berhasil ditangkap tadi, Huo Ensi hampir langsung menebak topik pembicaraan kurcaci pegunungan, bahkan membaca makna tersembunyi di balik pandangan mereka.
"Kalian tak perlu memandangku. Sebagai pewaris Kerajaan Kurcaci Hutan, mustahil bagiku menginginkan takhta kerajaan saudara. Lagipula, aku sendiri tidak berniat menjadi raja negara manapun." Begitu pikirannya jernih, logika bicara Huo Ensi jelas melampaui tujuh tetua.
Ras kurcaci memiliki kelemahan fatal terbesar: takut pada kebaikan tulus dari orang lain. Peribahasa "Membalas setetes kebaikan dengan mata air" awalnya diciptakan untuk menggambarkan sifat kurcaci, baru kemudian dicuri oleh manusia.
Begitu Huo Ensi mengucapkan kalimat-kalimat itu, tujuh tetua langsung mengencangkan kulit kering mereka. Andai saja janggut tidak menutupi wajah, mungkin pipi mereka sudah berubah warna seperti pantat hewan kecil tertentu.
Tetua Besar segera berdiri: "Yang Mulia, Anda salah paham... Kami juga berpikir, Anda bisa menjadi raja baru Kurcaci Pegunungan. Bagaimanapun, dalam petualangan itu, kekasih Anda tewas demi kami..."
Perapian dan Huo Ensi sama-sama terkejut. Wajah Huo Ensi menyunggingkan senyum yang lebih buruk dari tangisan: "Tetua Besar, mohon maaf, Anda salah paham. Nona Sha Ruo adalah pasangan Kesatria Naga Suci Da Qing Shan yang terhormat, sekaligus salah satu teman manusia terpenting saya."
Huo Ensi kemudian menggelengkan kepala perlahan: "Tujuh Tetua, saya sungguh tidak ingin menjadi raja. Selain itu, saya selalu yakin Yang Mulia Perapian memiliki semua kualitas seorang raja agung. Sebelumnya saya sudah mendukungnya sebagai raja baru, dan sekarang pendirian saya tetap. Sebagai Kurcaci Hutan, saya tak mungkin menjadi raja Kurcaci Pegunungan. Topik ini tidak perlu dibahas lagi."
Pernyataan kurcaci kecil ini tentu menyenangkan semua pihak. Akhirnya, tujuh tetua secara resmi memahkotai Yang Mulia Perapian. Lahirlah raja kurcaci generasi baru.
Pada hari yang sama, tujuh tetua dan Yang Mulia Perapian secara resmi menganugerahkan gelar pahlawan kurcaci generasi baru kepada lima kurcaci: Perapian, Huo Ensi, Mo Luohe, Zhe La, dan Napoleon. Mereka dijuluki "Lima Harimau Kebangkitan". Karena Mo Luohe telah gugur, putra sulungnya akan mewarisi gelar pahlawan tersebut. Di hari yang sama, seorang wanita manusia bergabung dalam barisan penjaga Kerajaan Kurcaci. Sha Ruo secara resmi dinobatkan sebagai Dewi Pelindung oleh Kerajaan Kurcaci.
Pada hari kedua, penetapan gelar untuk Huo Ensi dan tiga pahlawan kurcaci lainnya akhirnya diputuskan, terutama untuk Huo Ensi. Huolu dan tujuh Tetua Besar tetap menganugerahkan klan Huo Ensi sebagai Pelindung Seumur Hidup Kerajaan Kurcaci Pegunungan meskipun Huo Ensi berulang kali menolak. Mereka juga menciptakan posisi khusus - Pengawas Negara Kurcaci yang setara derajatnya dengan Tetua Kurcaci. Dengan ini, meskipun keturunan Huo Ensi tidak bisa menduduki takhta di Kerajaan Kurcaci Hutan, posisi setara tetap tersedia baginya di Kerajaan Kurcaci Pegunungan.
Sebagai bentuk terima kasih kepada dua utusan dari Pasukan Bayaran Kecil, kerajaan mengirimkan 40 Ksatria Kurcaci dan 600 prajurit Kurcaci sebagai pengawal Yang Mulia Pengawas Negara Kurcaci. Tetua Besar Kurcaci akan pergi langsung ke Kota Hamburg untuk menyampaikan rasa terima kasih kepada Kaisar Hongshi dan Da Qing Shan tunangan Sha Ruo.
Pada hari ketiga, Huo Ensi meninggalkan gua kelesit dengan perasaan pilu. Berdiri di luar gua, menyaksikan barisan prajurit Kurcaci gagah yang lalu lalang di sekitarnya, ahli waris ketiga Kerajaan Kurcaci Hutan dan Yang Mulia Pengawas Negara Kerajaan Kurcaci Pegunungan tiba-tiba memeluk batu karang sambil menangis tersedu-sedu: "Amy, inikah 'keuntungan lebih' yang kau maksud? Amy... Kau menghancurkan hidupku... Bagaimana aku harus menghadapi Da Qing Shan..."
Yang membuat prajurit Kurcaci semakin heran adalah, mantan Pemimpin Besar Ksatria Kurcaci, Yang Mulia Perapian, yang mendengar kata-kata ini justru mengeluarkan air mata dalam diam. Baginda Raja Kurcaci Pegunungan memeluk bahu Huo Ensi dengan erat... Keduanya memandang jauh ke arah pegunungan hijau yang tak pernah berubah selama puluhan ribu tahun di bawah garis salju putih, bagaikan patung yang membisu...
