Harus diakui, perang pengepungan kota yang terjadi pada tahun ke-6 Kalender Sihir cukup unik. Sebagian besar pertempuran ini kemudian masuk dalam kurikulum klasik sekolah ksatria.
Alasan utama pertempuran-pertempuran tahun ke-6 Kalender Sihir ini mendapat perhatian khusus adalah karena mereka menampilkan perubahan taktis yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Yang paling legendaris adalah Pertahanan Pertama Hamburg dan Pengepungan Kota Deri. Kedua pertempuran ini jelas-jelas menjadi pionir dalam memperkenalkan metode taktik baru.
Pertempuran Kedua Kota Hamburg terjadi segera setelahnya. Para ahli strategi militer generasi kemudian yang membahas pertempuran ini, sebagian besar menggunakan kata-kata seperti "memuaskan!" untuk menggambarkan perasaan mereka. Kedua belah pihak yang bertempur, satu adalah panglima ulung yang sudah sangat terkenal saat itu, sementara pihak lainnya adalah remaja berusia 22 tahun yang belum menunjukkan bakat di bidang strategi militer. Dalam putaran pertama pertarungan, pihak penyerang yang seharusnya memiliki keunggulan justru tidak mendominasi, bahkan bisa dikatakan sedikit lemah. Sementara pihak bertahan yang terkepung di kota, meski memiliki kemampuan balasan yang kuat, justru sangat berhati-hati dalam mempertahankan keunggulan tersebut.
Transisi antara serangan dan pertahanan terjadi sangat cepat. Dalam waktu singkat, kedua belah pihak terus-menerus memobilisasi pasukan dengan tipu muslihat, berusaha menciptakan ilusi bagi lawan. Serangan dilancarkan dengan dahsyat, pertahanan dikokohkan bagai gunung. Seperti rubah tua licik yang mengincar ular derik kecil, si rubah terus berputar-putar mencari kelemahan sang ular untuk melahapnya. Sementara ular muda yang tahu bisa mematikan racunnya terbatas, terus menerus mengancam dengan memperlihatkan taring tajam, menyembunyikan niat membunuh di balik wajah polosnya.
Melihat kepulan asap tebal di atas tembok kota, Da Hainuo tanpa ragu mengerahkan seluruh pasukannya. Namun tepat saat pasukan yang bersorak-sorak itu maju sekitar 100 meter, sang panglima tua tiba-tiba memerintahkan melalui kurir untuk menarik mundur seluruh pasukan kecuali unit Morashou yang pertama kali dikerahkan.
"Para komandan resimen hampir tidak percaya bahwa perintah seperti ini dikeluarkan oleh Marsekal yang paling mereka hormati. Asap naik ke tempat tinggi, mata tajam para ork telah melihat personel militer di atas tembok kota berhamburan seperti lalat. Sementara di bawah tembok yang menghadap ke Legiun Farnorth hampir tidak ada asap. Ini adalah kesempatan langka yang tidak boleh dilewatkan. Bagaimana mungkin menyerah?" "Apakah Yang Mulia Marsekal mulai pikun?" Pikiran ini tidak hanya muncul di benak satu perwira Ork setengah darah.
Atas dasar penghormatan yang nyaris membuta terhadap Marsekal tua itu, anak panah yang telah terpasang di busur... tidak, anak panah yang sudah dilepaskan itu dipaksa ditarik kembali.
Tepat saat para prajurit muda baru saja mundur ke posisi awal, langit yang baru cerah tiba-tiba kembali gelap... Matahari, yang baru terbit dari timur, seolah ditampar kembali oleh raksasa tak terlihat.
"Batu-batu itu turun seperti hujan deras... tidak... lebih tepatnya seperti awan hitam tak berujung yang bergulung-gulung menutupi kami." Morashou menggambarkan pemandangan saat itu setelah perang: "Batu raksasa yang jatuh mengeluarkan gemuruh mengguncang langit, suaranya menenggelamkan teriakan dua Naga Raksasa. Tanah di depan mata rata-rata turun lebih dari setengah meter." Bukan kebiasaan ras Ork untuk banyak bicara, namun deskripsi ini keluar dari mulut salah satu panglima tertinggi mereka sehingga sangat kredibel.
Prajurit beruang terkuat memandang tanah di depan mereka, mata mereka memancarkan ketakutan akan kematian. Ribuan batu yang jatuh serentak menghantam tanah di depan para prajurit hingga turun setengah meter, bebatuan yang tak terhitung tersebar merata seperti membangun plaza dengan batu biru.
Beberapa resimen 1000 yang pertama dikirim Morashou telah mendorong mesin pengepung hingga sekitar 150 meter di depan Kota Hamburg. Dari sini, mesin pengepung tak berguna lagi - di depan terbentang ratusan anak tangga batu. Para penjahat beruntung ini menoleh melihat tanah yang tiba-tiba ambles di belakang, wajah mereka pucat bagai mayat.
Katapul Kota Hamburg terus melontarkan batu-batu yang masih berjatuhan seperti hujan.
Padahal, setelah putaran pertama serangan katapul, aura dingin nan menusuk melintas di benak Da Qing Shan. "Berhenti! Hentikan katapul! Cepat!" teriak Da Qing Shan di atas tembok kota. Sayangnya, asap hitam pekat tak hanya mengganggu pandangan prajurit. 120 katapul yang tersebar dalam radius 2000 meter di sekitar Hamburg, dalam kekacauan ini, tak satu pun mendengar perintah itu.
Da Qing Shan menggenggam lengan seorang Elders Elf di sampingnya: "Yang Mulia, segera pergilah ke lokasi asap tambang. Bisakah Tuan menyegel lubang tambang dengan sihir?"
"Bisa! Aku segera berangkat," jawab elf paruh baya itu dengan tegas.
“Cepat! Ingat. Ada dua tambang.” Setelah berkata demikian, dalam kepulan asap tebal, Da Qing Shan turun dari tembok kota menyusuri landasan. Di bawah tembok, asap tidak terlalu tebal. Beberapa perwira menengah Pasukan Bayaran Kecil sedang memerintah anak buahnya membawa selimut kapas untuk menutup lubang tambang.
“Kemarilah!” Da Qing Shan menarik seorang perwira menengah. Kini jumlah personel Pasukan Bayaran Kecil meningkat pesat setiap tahun, sementara beberapa perwira utama sering tidak berada di markas. Di tingkat perwira menengah ini, Da Qing Shan agak kesulitan mengenali semua.
Para remaja belum pernah melihat ekspresi seperti ini pada Da Qing Shan. Semua terkejut. Beberapa perwira menengah segera berlari mendekat.
“Kalian tidak perlu urus tambang lagi, Elders Elf yang akan menanganinya. Segera kirim orang untuk memerintahkan semua katapul menghentikan tembakan, segera, cepat, pelanggar, penggal kepala. Ulangi!”
Wakil komandan resimen yang biasanya tidak menggunakan nada perintah ini tiba-tiba menyebut kata "segera" tiga kali dalam satu kalimat – sesuatu yang belum pernah terjadi. Tiga perwira setingkat komandan kompi tentara bayaran berteriak mengulangi perintah: “Semua katapul hentikan tembakan, pelanggar, penggal kepala.” Mereka langsung berlari dengan bawahan langsungnya.
“Pendekar Pedang Besar, pemanah peri, Berserk, Penghadang, kumpul semua! Pemanah padang rumput, kumpul semua!” Da Qing Shan berteriak di bawah tembok kota.
Para tentara bayaran di bawah tembok segera menyadari kehadiran wakil komandan. Para remaja yang bingung harus berbuat apa segera berlari mendekat. Dua peniup terompet tanduk anjing laut dari batalion pendekar Pasukan Bayaran Kecil berhasil melepaskan diri dari kerumunan panik, langsung meniup terompet tanda bahaya internal pasukan.
Rombongan demi rombongan tentara bayaran berlari menuju sumber suara terompet, wakil komandan keempat Pasukan Bayaran Kecil pemanah elf padang rumput Gersu juga memanggil anak buahnya untuk datang.
"Kamu datang tepat waktu." Da Qing Shan menghela nafas lega melihat Gersu: "Da Hainuo menggunakan tipu muslihat untuk menggerus persediaan batu katapul kita, kuduga semua batu tadi terbuang percuma. Sebagian musuh dengan mesin pengepung sudah sampai di bawah tembok. Aku akan bawa beberapa batalyon untuk menghabisi mereka. Kamu pimpin batalyon pemanah padang rumput di atas tembok, jika markas besar musuh berani menerobos untuk menyambut, segera hujani mereka dengan katapul. Ingat, setiap lemparan cukup 1/4 dari takaran standar. Dengan ini jangkauan katapul bisa puluhan meter lebih jauh dari standar, jangan sampai terbuang."
"Siap! Yang Mulia." Gersu memberi hormat kepada Da Qing Shan seperti prajurit bayaran pemula sebelum memimpin pasukannya pergi.
Da Qing Shan menatap sekelompok remaja di depannya, menggigit bibirnya kuat-kuat: "Musuh sudah sampai di bawah tembok. Tak perlu banyak bicara lagi. Setiap orang pasti tahu sejarah pertikaian kita dengan pasukan ini. Aku butuh sukarelawan yang mau turun bersamaku menghabisi mereka. Prajurit yang belum siap mental, silakan tinggal - tak ada aib. Yang siap, segera berkumpul di gerbang kota. Genderang perang jadi tanda serbu, terompet penarik jadi tanda mundur. Kukatakan sekali lagi: 'Genderang serbu, terompet mundur.'"
Perang antara Pasukan Bayaran Kecil dan Legiun Farnorth tidak memerlukan mobilisasi apapun. Beberapa pertempuran berturut-turut telah menggali jurang tak berdasar di antara kedua belah pihak, di dasar jurang itu terkubur tulang belulang puluhan ribu orang. Belakangan, lebih dari sepuluh ribu prajurit Federasi Utara menjadi korban jebakan Legiun Farnorth. Dendam nasional dan personal telah terjerat menjadi simpul yang tak mungkin terurai.
Tak satu pun anggota Pasukan Bayaran Kecil menunjukkan keraguan. Semua tentara bayaran yang dipanggil melemparkan peralatan tambahan mereka, lalu berlari menuju gerbang kota dipimpin pejabat bawahan langsung. Tapi tiba-tiba ada yang menolak.
Sebelumnya, Huo Ensi sempat merencanakan pengiriman diam-diam Batalion Pendekar Penghalang ke Dataran Bunga untuk mendukung ekspedisi Chi Aotian. Begitu kabar ini bocor, Batalion Pendekar Pedang Besar, Batalion Berserk, dan Batalion Ksatria langsung heboh. Pejabat menengah menemui Huo Ensi dengan halus menyampaikan tekad bertempur anak buah mereka, sementara banyak remaja biasa hanya bisa membuka mulut tanpa suara - air mata mengalir deras di pipi. Prajurit bayaran biasa, terutama yang berasal dari benua beku, bingung cara menunjukkan kesetiaan. Para pemuda es dan salju yang tak pernah bermain akal ini tiap hari mencari cara membuat Huo Ensi nyaman. Antrian tentara bayaran yang mengambilkan air cuci muka pagi hari dan air rendam kaki malam hari sampai memblokir pintu gerbang Pasukan Bayaran Kecil. Semua mata penuh harap menantikan tugas penyerangan.
Sekarang musuh sudah sampai di depan pintu. Melihat batalion tentara bayaran yang dipanggil tanduk anjing laut berlari ke gerbang kota, para prajurit dari Batalion Ksatria dan Batalion Ksatria Berserk bingung, "Kenapa? Kok urusan kita tidak ada?"
Untuk menghadiri Ritual Feng Long, hampir semua komandan dari batalion-batalion lain pergi ke Altar Feng Long. Hanya dua batalion ini yang semua komandannya tetap berada di Kota Hamburg.
Dari kejauhan terdengar teriakan yang bukan berasal dari manusia. Seorang pria besar perkasa mengendarai Naga Tanah melesat datang, mendadak menarik kendalinya di depan Da Qing Shan hingga berbunyi gemuruh saat melompat turun: "Kakak Da Qing Shan! Kenapa lagi urusan Batalion Ksatria Berserk kami tidak ada?! Kami anak tiri ya?! Saat Kakak Amy masih di sini, hal baik tak pernah melupakan kami. Begitu Kakak Amy pergi mengikuti Kakak Chi Aotian ke Dataran Bunga - kami tidak diajak. Ritual Feng Long - kami para Berserk tidak diundang. Sekarang musuh berperang di bawah tembok kota - masih juga tidak ada urusan kami. KENAPA?! KENAPA?! KENAPA INI?! Kakak Da Qing Shan, kau mau membuatku mati kebingungan..." Komandan Batalion Ksatria Berserk itu merah padam mukanya, menghentakkan kaki di tanah berkali-kali sambil menghujamkan kapak perangnya ke lantai batu pualam hijau setebal setengah chi yang retak berantakan.
Komandan Batalion Ksatria Wei Chaoqun dan Wakil Komandan Yuede tiba bersama pasukan mereka. Menyaksikan aksi kasar komandan Batalion Ksatria Berserk, komandan muda batalion ksatria itu tidak berkata sepatah kata pun. Beberapa langkah dari Da Qing Shan, ia turun dari kuda dan berjalan menghampiri Wakil Komandan Utama Pasukan Bayaran Kecil. Tanpa peduli zirah yang melekat di tubuhnya, ia bersujud dengan keras ke tanah, membungkuk berulang kali hingga kepalanya membentur tanah... Batu pualam hijau di depan Da Qing Shan segera ternoda warna merah. Air mata sebesar biji kacang beterbangan dari kepala bangsawan keturunan pengawal keluarga Chi, menabrak permukaan es dan salju dengan dentingan nyaring.
Keluarga Wei telah menjadi pengawal keluarga sejak 500 tahun yang lalu, memiliki gelar di wilayah . Ketika melakukan ekspedisi timur, putra sulung kepala keluarga Wei ikut dalam pertempuran awal dan gugur setengah tahun kemudian! Di siang hari ketika menerima kerangka dan baju zirah kakaknya, adik kedua yang berusia 18 tahun langsung mengenakan zirah peninggalan kakaknya dan bergegas melapor ke pasukan ekspedisi timur. Setahun kemudian, adik kedua keluarga Wei gugur. Pada hari yang sama ketika kabar duka itu tiba, adik ketiga yang baru berusia 15 tahun mengenakan zirah kedua kakaknya, bersama sekelompok bangsawan muda meneriakkan lagu dengan suara serak, lalu pergi tanpa ragu. Empat tahun kemudian, ketika pasukan ekspedisi kembali dengan kemenangan, adik ketiga keluarga Wei yang baru 19 tahun telah menjadi dan secara resmi menyandang gelar turun-temurun kekaisaran.
Namun keluarga Wei tidak pernah melepaskan ikatan dengan . Selama 500 tahun, mereka tetap setia melayani keluarga Chi sebagai tanpa melampaui batas. Belasan tahun lalu, yang diasingkan ke perbatasan selatan lebih memilih tinggal di kediaman keluarga Wei yang bergelar daripada bersama ayahnya di . Saat itu, putra keempat keluarga Wei bernama baru berusia 2 tahun sangat menyukai "Paman Chi" dari ibukota yang membawa banyak mainan. Di masa kecilnya, Wei Chaoqun sering sekali muntah dan buang air di pundak sambil memeluk lehernya.
"Pasukan Bayaran Kecil secara resmi membentuk pasukan ksatria saat itu, Wei Chaoqun seperti 10 generasi senior keluarga Wei sebelumnya, dengan tegas meninggalkan masa depan karir militernya. Dengan status sebagai komandan regu Kesatria Naga Hitam yang pensiun, ia melakukan perjalanan ribuan li ke ibukota untuk mendaftar menjadi anggota biasa Pasukan Bayaran Kecil. Setelah melalui pertempuran seperti Pelabuhan Duan Bing dan pertahanan pertama Kota Hamburg, akhirnya resmi menjadi komandan Batalion Ksatria Pasukan Bayaran Kecil setelah ekspedisi komandan (merangkap) Batalion Ksatria Chi Aotian."
Menyaksikan komandan mereka membungkuk berulang kali, ratusan ksatria melompat turun dari kuda perang. Mayoritas remaja yang bergabung dengan Batalion Ksatria Pasukan Bayaran Kecil memiliki hubungan erat dengan Chi Hanfeng atau Amy. Lebih dari 80% berasal dari Wilayah Pertempuran Tongyun di perbatasan selatan atau benua beku...
"Wakil komandan, biarkan kami pergi!" Beberapa pejabat Batalion Ksatria yang dikelilingi para remaja ksatria baru saja mengucapkan kata-kata ini ketika air mata mereka sudah mengalir deras. Di mana pun pandangan Da Qing Shan menuju, sekelompok demi sekelompok remaja Ksatria Bangsawan Kekaisaran dengan hiasan putih di kepala mereka berlutut pelan tanpa sepatah kata...
Mata Da Qing Shan basah oleh air mata seketika itu...
