"Gagasan Yang Mulia Jenderal bagus, tapi tak bisa diwujudkan." Magister Tangkilode yang dikabarkan berusia 430 tahun lebih membantah: "Sejak tiba di pegunungan bersalju utara, hal pertama yang kami pertimbangkan adalah memanfaatkan lingkungan alam. Sayangnya, lereng puncak salju di belakang Hamburg terlalu curam, tidak ada akumulasi salju — hanya es abadi yang lebih keras dari besi. Tidak mungkin membuat es itu runtuh."
"Kudengar di Kota kelesit, Naga Raksasa Da Qing Shan menciptakan longsor salju dari udara kosong..." Morashou benar-benar blak-blakan. Seperti kata pepatah, memukul jangan di wajah, memaki jangan mengungkit aib. Masak bicara seperti itu. 3 magister sihir besar dan 8 uskup yang dikalahkan oleh Yang Mulia Lü'er menunjukkan ekspresi malu.
"Jenderal Morashou, kami memang dikalahkan oleh Naga Suci Abadi pertama di bawah komando Yang Mulia Da Qing Shan. Tapi... ini sudah takdir. Yang Mulia Lü'er adalah salah satu dari 6 Utusan Naga Suci di bawah Dewa Naga Pirot. Posisi Utusan Naga setara dengan 12 Dewa Utama. Mantra Terlarang jenis sihir yang dikeluarkannya sama sekali tak bisa dibandingkan dengan penyihir manusia, bahkan magister besar sihir sekalipun. Di era kejayaan Kekaisaran Sihir, 27 Tetua Besar sekalipun tak akan bisa mengalahkan Utusan Naga... Ini perbedaan level yang tak bisa diatasi dengan kekuatan manusia." Tangkilote berusaha menjaga muka dengan bersikap sopan kepada Da Qing Shan dan Lü'er memang terpaksa.
"Lalu bisakah kita memanggil hujan meteor?" Morashou masih belum menyerah. Sebagai perwira ulung, ia sangat menyayangi prajuritnya seperti anak sendiri.
"Tidak bisa juga. Mantra Terlarang tingkat tinggi seperti hujan meteor bukanlah sihir yang bisa dilepaskan oleh magister biasa. Sebelumnya di ibukota, ketika kami bekerja sama melepaskan hujan meteor, itu bukan kemampuan sebenarnya kami. Itu adalah gulungan sihir kuno yang disediakan keluarga Yang Mulia Reynold, mungkin dibuat oleh beberapa magister besar sihir bersama-sama. Kami hanya bertugas membimbing pelepasan mantra tersebut. Tapi, dengan gabungan kekuatan 3 magister seperti kami, kami bisa menurunkan badai salju selama 3 hari berturut-turut di wilayah sebesar Kota Hamburg. Salju ini bisa difokuskan hanya di dalam Kota Hamburg, tidak setetes pun di tempat lain. Apakah ini akan membantu pengepungan?"
"Oh, bisakah durasinya diperpanjang? Bukankah itu akan sepenuhnya mengubur Kota Hamburg?" Uskup agung berbaju merah Abraham buru-buru bertanya. Seiring campur tangan kekuatan dewa seperti Dewa Cahaya ke dalam magis suci, titik balik antara aliran pastor dan sihir semakin jelas. Yang Mulia Saint sudah tidak terlalu memahami kemampuan lawan.
Magister es itu menyunggingkan senyum getir: "Ah... kemampuan manusia tetap terbatas. Durasi selama ini sudah mendekati batas maksimal kami bertiga."
"Baik, maka kami persilakan Tiga Magister Agung." Da Hainuo segera membuat keputusan baru: "Pertama mohon Tiga Magister Agung menurunkan salju lebat selama dua hari. Selama beberapa hari ini, saya akan mempersiapkan lebih banyak alat pengepungan. Pada hari ketiga kita serbu kota, saat itu mohon Tiga Magister Agung meningkatkan volume salju untuk mengupayakan penaklukan sekali serbu."
"Benar, Yang Mulia Marsekal, menghadapi katapul sekuat ini, mengapa kita tidak mengerahkan warga sipil Kekaisaran Hong Shi untuk menyerang kota? Menurutku, jika pasukan bertahan tidak menggunakan katapul, kita bisa langsung mencapai bawah tembok kota. Jika musuh menggunakan katapul, itu justru akan mengikis persediaan sumber daya mereka." Tak ada yang menyangka perkataan kejam ini keluar dari mulut Saint Abraham, diucapkan dengan datar tanpa sedikitpun penyesalan.
"Ini..." Ekspresi Da Hainuo berubah masam: "Ini kurang tepat, perang seharusnya urusan personel militer, tidak melibatkan warga sipil."
"Tapi Yang Mulia harus tahu, iblis Chi Aotian sedang memaksa rakyat kita saling bunuh di Dataran Bunga yang sakral. Mengapa kita tidak melakukan hal serupa?" Uskup Agung Miora yang lain juga menunjukkan raut tak setuju.
"Tindakan Chi Aotian bukanlah hal terpuji. Tak perlu kita menirunya." Da Hainuo merasa terisolasi. Di Benua Fanos yang menganut hukum rimba dimana pemusnahan ras yang kalah adalah hal biasa, pengusiran warga sipil oleh ork tidak mengejutkan. Tapi bagaimana mungkin pemuka Gereja Suci mengucapkan pernyataan tak bertanggung jawab?
"Tuan Marsekal, jika kita bisa segera rebut Kota Hamburg, sisa pemberontak kekaisaran mungkin menyerah. Rakyat tak berdosa di Dataran Bunga akan terbebas. Di masa genting ini, tindakan ekstrem diperlukan..."
"Tuan Marsekal, pikirkan prajurit kita. Dengan satu warga sipil tambahan, kita bisa selamatkan 10 nyawa prajurit."
“Tuan, harap Tuan pertimbangkan tiga kali.”
“Pertempuran Kota Hamburg sangat krusial. Jika kita kalah di sini, wilayah-wilayah yang telah tunduk mungkin akan memberontak kembali. Saat itu, daerah sekitar Skambray mungkin akan seluruhnya jatuh ke tangan pengkhianat. Tuan, penggunaan warga sipil sangat mungkin mengubah hasil perang. Lagipula, kita hanya memanfaatkan warga sipil untuk melewati zona yang tercover oleh katapul. Penjaga kota Hamburg tentu tidak akan sembarangan menyerang.”
……
Seluruh orang di tenda itu saling bersahutan mengeluarkan berbagai saran. Di kubu Farnorth, rohaniwan memang memiliki status yang sangat tinggi namun tidak memiliki hak memimpin pasukan. Kecuali jabatan Panglima Da Hainuo dicabut, tidak ada yang bisa menggantikannya dalam memberi perintah.
"Ha... Baiklah, terserah kalian." Yang Mulia Marsekal menundukkan kepala, uban di pelipisnya terlihat dari kedua sisi helm. Merlin dan Morashou - dua orang yang paling mengenal Da Hainuo - teringat ucapan sebelumnya sang marsekal: "Militer hanyalah perpanjangan tangan politik?" Oh... Sang marsekal juga pernah berucap lebih tegas: "Di bawah pengaruh politik, tangan personel militer takkan luput dari darah kotor." Kini tampaknya, bahkan Yang Mulia Marsekal pun harus mengotori tangannya dengan darah kotor.
Salju lebat mulai turun sejak pukul 12 malam - waktu dengan hawa dingin terparas. Tiga magister mendirikan perlindungan segitiga berdiameter 60 meter di dalam markas besar, masing-masing menjaga satu sudut. "Salju membeku, tembus malam kelam, peri agung pencipta semesta, tunjukkan kekuatanmu yang tak tertandingi!"
3 kakek berusia lebih dari 1000 tahun melantunkan kidungan dengan irama eksotis. Dengan tubuh magister sebagai inti, pilar cahaya hijau berputar searah jarum jam mengikuti perlindungan. Angin puyuh kecil mulai berhembus lembut dalam perlindungan, butiran salju jatuh diam-diam dari langit. Dalam hitungan napas, salju sebesar bulu angsa menderu turun dari langit. Di tengah badai salju ini, bayangan samar bertubuh tinggi perlahan menjadi nyata dalam perlindungan. Elemental es tingkat tinggi berwarna hijau muncul sambil memegang tongkat sihir pendek dan ramping. Saat tongkat sihir perlahan menggambar lingkaran demi lingkaran di udara, badai salju bergerak oleh kekuatan tak kasatmata, sedikit demi sedikit menghujam Kota Hamburg...
Salju di bulan pertama musim panas Kota Hamburg bukan hal aneh, tapi salju sebesar ini sangat tidak biasa. Da Qing Shan yang tertidur dibangunkan pengawal, tubuhnya langsung basah kuyup oleh keringat dingin. Tidak diragukan lagi, pasti ada campur tangan musuh di balik ini. Seketika itu juga, ingatannya melayang pada Hujan Meteor Malam Berdarah Ibukota dan pengkhianatan 3 magister. Ia segera menyuruh pengawal memanggil Gersu dan Lin Yushang. Putri keluarga Lin ini bahkan belum sempat menyisir rambutnya saat berlari keluar. Saat itu, salju sudah setinggi mata kaki dan terus turun deras. Kepingan salju saling bertabrakan dan melekat di udara, saat menyentuh tanah ukurannya sudah sebesar kepalan tangan. Berdiri di tengah salju terasa seperti terus-menerus dipukul benda keras yang sakit.
3 orang melihat ke luar melalui jalan kuda di atas tembok, wajah Gersu semakin pucat——Elf Padang Rumput memiliki penglihatan yang sangat jauh, mereka bisa melihat jelas bahwa di luar Kota Hamburg yang berjarak puluhan meter, tidak ada satu pun serpihan salju yang jatuh selain tumpukan salju sebelumnya. 3 orang itu teringat dua tahun lalu di Pulau Xilin, pada malam gelap yang sama ketika Magister Sihir Lei Ge bersama Lü'er melepaskan Mantra Terlarang jenis sihir besar. Jika bukan karena salju lebat waktu itu, mustahil Pasukan Bayaran Kecil bisa mundur. Tak disangka, hukum sebab-akibat berbalas, hari ini Mantra Terlarang yang sama muncul namun posisi kedua belah pihak telah bertukar. Akankah salju lebat ini bisa memainkan peran penentu seperti sebelumnya?
Salju turun deras bagai hujan, mulai tengah malam hingga subuh. Da Hainuo bersama para perwira dan uskup agung dua kali memeriksa Kota Hamburg. Tembok kota hampir tertutup salju, di mana-mana terlihat personel militer menggotong baskom untuk mendorong turun salju...
Senyum mengembang di wajah semua perwira. Kini mereka tidak lagi berharap salju bisa mengubur Kota Hamburg hidup-hidup. Cukup dengan menjaga intensitas ini selama dua hari, tentara di dalam kota akan terus-menerus membersihkan salju. Intensitas ini saja sudah cukup membuat sebagian besar personel militer kehilangan kemampuan tempur. Tampaknya perang dua hari lagi mungkin akan berjalan mudah. Dalam hati Da Hainuo masih tersisa secarik harapan egois: semoga salju ini semakin lebat. Jika benar-benar bisa membekukan katapul, mungkin tidak perlu lagi menggiring warga sipil ke medan perang.
Salju turun hingga hari kedua. Da Hainuo memerintahkan untuk mendorong ketapel yang dikirim Reynold ke garis depan. Banyak perwira menunjukkan ekspresi bersemangat - Dalam berperang, Da Hainuo selalu membiasakan diri menyimpan pasukan cadangan. Hanya di saat paling genting ia akan mengerahkan kekuatan andalannya. Kali ini, Yang Mulia Marsekal benar-benar serius.
Saat senja tiba, Legiun Farnorth menggiring lebih dari 4.000 penduduk dari beberapa kota kecil manusia di sekitarnya ke kamp militer. Semua pria dan wanita usia produktif di kota-kota sekitar telah direkrut paksa oleh pasukan Kekaisaran atau Legiun Farnorth, atau melarikan diri ke pegunungan. Yang tersisa di kota hanyalah orang tua yang tak bisa lari lagi dan sudah pasrah dengan kematian. Memandang para ork berwajha buruk rupa itu, para orang tua menundukkan kepala tanpa sepatah kata, membiarkan tentara benua asing menggiring mereka ke bawah tembok Kota Hamburg.
Pagi-pagi di hari ketiga, Legiun Farnorth mengerahkan seluruh pasukan termasuk wajib militer yang direkrut sebelumnya. Da Hainuo telah mengeluarkan perintah tegas - Hari ini adalah pertempuran terakhir untuk merebut Kota Hamburg. Semua pasukan harus siap mental hingga korban terakhir. Siapa pun yang melanggar perintah akan dihukum mati tanpa ampun. Seluruh komandan militer di bawah tingkat komandan resimen yang gugur atau dieksekusi tim penegak hukum akan digantikan oleh perwira bawahan sesuai pola 11231.
Pola 11231 yang disebutkan mengacu pada situasi ketika komandan tertinggi suatu pasukan gugur dalam pertempuran atau dieksekusi, maka komandan pertama dari tim pertama di bawahnya akan mengambil alih komando. Jika komandan pengganti ini juga gugur, komandan pertama dari tim kedua akan mengambil alih. Jika seluruh perwira tingkat bawah tewas, komandan pertama regu pertama dari tim pertama akan menggantikan, dan seterusnya.
Sebelumnya, perintah suksesi model 11231 belum pernah diucapkan oleh Marsekal Da Hainuo. Meski tak pernah diucapkan, hal ini tidak mengurangi efek intimidasinya. Suasana dingin menyelimuti para perwira senior.
Tepat pukul 09.00 pagi, 30.000 pasukan, 5000 pekerja kasar, dan lebih dari 4000 warga sipil membentuk 5 kubu di bawah tembok Kota Hamburg.
"Merlin, pimpin Legiun bawahan langsungku sebagai garda depan. Kerahkan satu resimen 1000 personel, bagi menjadi kelompok 50 orang per unit. Dorong mesin pengepung kecil, luncurkan 5 kelompok sekaligus secara tersebar."
"Siap, Yang Mulia Marsekal!" Merlin memahami sifat welas asih atasan-nya yang berusaha meminimalkan penggunaan warga sipil. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, jika hanya 200+ orang yang melintas sekaligus, musuh mungkin enggan menggunakan katapul. Sedikit batu terbang takkan merusak mesin pengepung, sementara hujan batu besar justru pemborosan. Perwira penjaga kota pasti akan mempertimbangkan neraca ini dengan matang.
Lebih dari 20 mesin pengepung digerakkan dari barisan belakang. 800 prajurit manusia serigala dan 200 prajurit setengah ork bersembunyi di bawahnya. Mesin pengepung di sayap terluar mulai bergerak...
"Pada saat ini, tiba-tiba suara menderu berturut-turut terdengar di atas tembok Kota Hamburg... Ah... Musuh sudah meluncurkan katapul dari jarak sejauh ini?" Para perwira Farnorth segera menengadah ke langit yang kembali menghitam - ribuan batu putih tiba-tiba muncul di atas kota, tampak jelas lebih besar dari batu yang diluncurkan 3 hari lalu. Apakah sebelumnya musuh menyembunyikan kemampuan sebenarnya? Begitu dugaan kebanyakan orang. Tapi bukankah jarak ini masih di luar jangkauan katapul? Apa gunanya meluncurkan dari sini?
Sebelum pertanyaan terjawab, "batu-batu" raksasa itu telah menghantam tanah. Seketika pecah menjadi ribuan fragmen kecil yang meluncur deras di permukaan tanah dengan kecepatan luar biasa karena gaya inersia, menerjang pasukan Farnorth.
"Hindari! Itu es! ES!!" Perwira Resimen 1000 manusia pertama yang menyadari teriakan ini pada pasukan Farnorth yang telah terpisah dari markas besar.
Ombak es setinggi 4 meter bergemuruh menghantam mesin pengepung. Meski terus menyusut, sebagian besar masih berdiameter di atas 30 sentimeter. Es-es ini mengisi celah dan lubang di jalan batu. Prajurit di bawah mesin pengepung belum sempat bereaksi sebelum tubuh mereka terhantam dari bawah, kemudian gelombang es berikutnya menghujam dari atas, menenggelamkan seluruh mesin pengepung.
“Cepat, mundur!” Personel militer Farnorth di barisan depan melihat gelombang es setinggi orang meluncur deras, langsung lari ketakutan sambil memutar badan.
“Angkat perisai! Yang mundur dihukum mati!” Da Hainuo mengambil perisai dari pengawalnya, mendorong sang pengawal lalu menerjang ke barisan depan.
Merlin mengangkat palu perangnya dan bersama tim penegak hukum menebas puluhan desertir. Akhirnya barisan depan stabil. Seperti pepatah "anak panah yang ditembakkan dari busur yang terlalu tegang tidak bisa menembus kain tipis Lu", balok-balok es yang meluncur 500-600 meter itu telah kehilangan gaya inersia.
“Ini cuma trik receh! Da Hainuo dan para pengkhianat kekaisaran, apa kalian pikir sedikit es dan salju ini bisa menaklukkan Kota Hamburg? Apakah Yang Mulia lupa bahwa Pasukan Bayaran Kecil justru berawal dari benua beku? Bagi kami yang tumbuh di tengah salju, sedikit es begini bukan apa-apa!” Di atas tembok kota, seorang pemuda berbaju hitam yang dikelilingi banyak remaja berbaju putih berseru lantang: “Oh ya, sekalian kami ucapkan terima kasih pada Yang Mulia Jenderal Da Haino. Es yang Anda kirimkan pas untuk kami pakai sebagai amunisi katapul.”
Seluruh perwira Farnorth terkejut. Da Qing Shan? Rupanya komandan penjaga Kota Hamburg adalah Da Qing Shan. Pantas saja pertahanannya sekuat ini, tak heran dia dijuluki salah satu dari dua pendiri utama dan Wakil Komandan pertama Pasukan Bayaran Kecil.
Ada sedikit penyesalan di sini. Sebaik apa pun kerja intelijen pihak Kaisar Barat, mereka tidak bisa membuat jenderal seperti Da Hainuo benar-benar memahami sifat Da Qing Shan. Jika Reynold ada di sini, mungkin akan melihat keanehan Da Qing Shan - dengan kepribadiannya yang biasa, bagaimana mungkin mengucapkan kata-kata yang bisa disebut "seenak sekarang beraksi"?
Kenyataannya, salju terus-menerus selama dua hari memberikan tekanan yang melebihi perkiraan semua orang pada Kota Hamburg. Bagaimanapun, tidak semua orang pernah hidup di benua beku. Di tengah badai salju, hanya remaja dari daratan es dan penduduk asli Hamburg yang bisa membersihkan salju. Pasukan dari perbatasan selatan sama sekali tidak bisa bergerak normal dalam kondisi seperti ini. Jika musuh benar-benar menyerang sekarang, ini akan sangat menyulitkan Pasukan Bayaran Kecil. Pasukan pemanah Elf Padang Rumput dan Elf Hutan tidak bisa berfungsi normal, sementara postur tinggi prajurit Berserk bahkan sulit berdiri tegak di atas es tebal. Ucapan Da Qing Shan ini dimaksudkan untuk menciptakan persepsi keliru pada Da Hainuo dkk, agar segera mencabut sihir besar ini. Banyak perwira Farnorth memang memiliki pemikiran serupa, namun 3 magister besar sihir semuanya masih di perkemahan, dan sekarang mustahil untuk memberi tahu.
Salju dan Es satu-satunya manfaat bagi Da Qing Shan adalah memproduksi balok es raksasa sebagai pengganti batu terbang. Metode pembuatannya sederhana: menyusun batu sebagai cetakan, melapisi bagian dalam dengan lapisan minyak tebal, lalu menuangkan air ke dalamnya sambil memasukkan kedua ujung tali tebal sepanjang 40 sentimeter ke dalam air. Dua menit kemudian permukaan air membentuk kerak es. Tiga puluh menit kemudian, dengan menarik tali, balok es seberat lebih dari 100 kilogram bisa diangkat dari cetakan. Kemudian dilapisi minyak secara merata dan ditata rapi. Dalam dua hari satu malam, pasukan penjaga Kota Hamburg berhasil membuat lebih dari 20.000 balok es. Serangan tadi baru menghabiskan 4.000 balok lebih.
"Bawa 1000 warga sipil ke depan! Satu resimen 1000 orang membawa 20 ketapel, 10 mesin pelontar batu, dan 10 mesin pengepung untuk maju ke Kota Hamburg." Di saat genting seperti ini, Da Hainuo sebagai komandan tertinggi sudah tidak bisa mengendalikan situasi.
Gersu yang membalut diri dengan selimut wol tebal menyender ke tembok kota sambil memandang ke luar, wajahnya langsung berubah muram: "Wakil komandan, musuh... mereka mendorong warga sipil lagi seperti di Pelabuhan Duan Bing." Elf Padang Rumput itu tahu, wakil komandan ini berhati paling lembut. Sayang... betapa disayangkan mesin pelontar batu Kota Hamburg yang luar biasa kuat itu.
"Oh, mengerti. Beri perintah ke semua mesin pelontar batu untuk menghentikan tembakan." Tidak ada kejutan di wajah Da Qing Shan. Ini sudah diprediksi sebelumnya. Dalam perang, ketika seorang jenderal harus memilih antara hati nurani dan tanggung jawab, sebagian besar perwira akan memilih tanggung jawab.
Pasukan 1000 Farnorth yang gemetar dan para veteran yang sudah kehilangan nyali karena kekuatan katapel yang mengerikan, perlahan merayap melewati zona kematian. Para prajurit Farnorth malah bersorak gembira - semua bisa memahami kegembiraan setelah lolos dari maut yang pasti.
Kemudian, satu per satu pasukan menyelinap melewati zona maut dengan perlindungan warga sipil. Akhirnya, 10 resimen 1000 mendorong sebagian besar alat pengepungan hingga 150 meter dari tembok Hamburg. Lebih dari 200 mesin pengepung membentuk formasi pertahanan dua lapis, sementara katapel dan busur silang bersembunyi di belakangnya.
Beberapa perwira menengah Legiun Ksatria Naga Pelangi di atas tembok berdiskusi. Mereka akhirnya memastikan adanya busur silang di antara senjata pengepung itu. Wajah mereka pucat pasi. Untuk katapel, mereka tidak terlalu khawatir. Tembok batu setinggi Hamburg sulit dihancurkan katapel. Tapi busur silang... sejak awal dirancang khusus untuk meruntuhkan tembok yang tahan katapel.
Dua komandan batalyon segera menghampiri Da Qing Shan. Mereka mengajak semua komandan Pasukan Bayaran Kecil menjauh dari jalan kuda di tembok sebelum melapor - area ini benar-benar aman, mustahil ada batu terbang atau panah yang bisa menembus dari sudut manapun.
Tepat di saat yang sama, pasukan Farnorth di bawah tembok melancarkan serangan total.
Begitu kedua komandan batalyon menyebut busur silang, tak perlu lagi menjelaskan kekuatan alat pengepung tak lazim ini.
40 katapul melepaskan tembakan bersamaan, 40 anak panah besar dengan 160 sayap logam mengeluarkan suara menderu bagaikan gelombang dahsyat yang menggetarkan alam semesta. Boom, boom, boom... Para perwira dan pejabat di balik tembok kota merasakan getaran hebat, disusul 10 anak panah yang meluncur dari puncak tembok dan menghilang dalam sekejap, membuat semua orang merasakan dingin yang menusuk tulang!
Kebetulan yang tak terduga, benar-benar kebetulan! 10 busur silang berat ini hanya membidik satu target - Da Qing Shan dan kawan-kawannya di atas tembok Hamburg. Seandainya dua komandan batalyon Legiun Naga Pelangi tidak datang melapor, pertempuran Hamburg mungkin sudah berakhir di detik itu.
Lebih dari 100 katapul ikut melepaskan tembakan serentak. Batu-batu raksasa meluncur membentuk parabola menuju Kota Hamburg.
Prajurit di tembok menempel rapat di belakang merlon. Para komandan di jalanan memimpin pasukan mereka menyelinap ke benteng dalam. Hujan batu menghujam, membuat semua bangunan bergetar hebat.
"Lapor, Wakil Penjaga Kota! 5 katapul di tembok barat dihancurkan oleh batu terbang!"
"Lapor! Seluruh 6 katapul di tembok selatan telah hancur!"
……
Kabar buruk beruntun datang. Dalam beberapa menit, semua katapul di tiga sisi tembok hancur - katapul Hamburg terpasang permanen dan tidak bisa dipindahkan. Untungnya, sebagian besar katapul berada di dalam tembok bahkan di perbukitan belakang kota yang sulit dihancurkan musuh.
“Lapor, Wakil Komandan, panah busur yang ditembakkan musuh menancap di tembok kota. Musuh sedang menariknya keluar dengan tali.” Seorang anggota Pasukan Bayaran Kecil terburu-buru datang melapor.
Da Qing Shan merinding sekujur tubuh, bagaimanapun dia bukan lulusan sekolah ksatria profesional. Terhadap raja pengepungan besar seperti ini, sama sekali belum pernah didengar atau dilihatnya. Benda ini ternyata memiliki fungsi seperti ini? Suara teriakan dari luar kota sudah bisa terdengar di dalam kota.
“Cepat! Sirami tembok dari atas ke bawah! Lempar semua balok es untuk katapul di tembok dengan tangan, lempar semuanya! Cepat!” Kilatan inspirasi muncul di benak Da Qing Shan, dalam waktu singkat dia menemukan solusi paling tepat - ini bukan karena kemampuan Da Qing Shan yang hebat, di Benua Beku, dua kota besar yang pernah dikunjunginya yaitu Kota Salju dan Benteng Es semuanya menggunakan metode ini - menyiram air di luar tembok untuk memperkuat struktur. Metode ini juga memiliki keuntungan tambahan - sepenuhnya mencegah musuh menggunakan tangga awan atau tiang pendakian untuk menyerang.
Dalam guyuran salju lebat, ember demi ember air mengalir menuruni tembok. Air yang masih mengepulkan uap panas dalam ember, begitu menyentuh tembok langsung membentuk kristal es kecil. Tak sampai mengalir beberapa meter, seluruhnya telah membeku menjadi gumpalan es.
Panah busur yang ditarik dengan kekuatan luar baru saja membuka celah kecil di tembok, air es sudah menyelimuti lapis demi lapis. Dalam waktu singkat, seluruh panah busur terkubur di bawah es putih. Para perwira garis depan Farnorth langsung tertegun, bagaimana cara menarik ini? Meski dikerahkan 100.000 orang, bisakah mereka merobohkan seluruh tembok ini?
Prajurit manusia yang bertanggung jawab atas busur panah mesin segera menggunakan batang besi untuk mengencangkan tali busur, memasang anak panah busur, lalu melepaskan tembakan. Para prajurit ini berusaha menggunakan anak panah baru untuk membelah lapisan es terlebih dahulu.
Namun, efek serangan busur panah semakin memburuk. Lapisan es yang bertumpuk ditambah tembok kota batu hijau membentuk perlindungan komposit khas yang sangat efektif melawan panah busur. Awalnya panah masih bisa menembus separuh tembok, namun dengan semakin tebalnya es dan ketidakmerataan penyiraman air di tembok - ada bagian es tebal dan tipis - panah mulai meleset jelas di permukaan es. Pada akhirnya, beberapa panah hanya meninggalkan goresan putih di es sebelum jatuh ke dasar tembok.
Yang lebih mencemaskan perwira Farnorth adalah balok es besar yang didorong prajurit dan tentara bayaran di atas tembok sambil berteriak-teriak melawan hujan batu terbang. Es-es ini meluncur deras melalui jalan kota selebar 30 meter, menghantam mesin pengepung. Pasukan Fanos yang kurang lincah beradaptasi justru mengerahkan semua tenaga menahan mesin, akibatnya hampir seribu balok es membentuk tembok es setinggi 4 meter di sekitar mesin pengepung.
Cukup! Sekarang bukan saatnya memikirkan cara menembus tembok Hamburg. Pikirkan dulu bagaimana memanjat tembok es ini.
Da Hainuo dan para uskup agung sama sekali tidak menyangka bahwa karya 3 magister yang telah menguras tenaga ini ternyata memiliki efek seperti ini. Ha... Pikiran "membuat jaring untuk mengurung diri sendiri" tidak hanya muncul di satu kepala, bahkan ada yang imajinasinya lebih liar - jangan-jangan ketiga magister ini diam-diam memihak musuh? Kalau tidak... Bagaimana mungkin mereka membantu pihak lawan bertahan di kota dengan sepenuh hati seperti ini?
Bagi personel militer Farnorth, kabar buruk terus berdatangan. Pada saat yang sama, langit di timur laut Kota Hamburg tiba-tiba mengalami perubahan cuaca yang dramatis. Raungan makhluk raksasa bergemuruh seperti petir yang tak henti-hentinya datang dari kejauhan.
Setelah beberapa tarikan napas, 5 naga raksasa yang bertubuh besar melesat keluar dari lapisan awan berwarna-warni yang tebal bagai kilat...
