"Apa?! Musuh datang?"
Di barak besar ini, yang pertama keluar bukanlah Chi Aotian yang pintunya sedang dihantam, bukan pula Tuan Qing Luo yang terkenal lincah, apalagi Chang Qing yang berwatak keras.
Di sebelah tenda Chi Aotian, dengan suara "dor!", pintu kulit dorong tunggal terlempar ke udara seperti kertas. Qu Jianhong yang berbaju zirah hitam berlarian keluar sambil berteriak.
Kemarin lusa, Qu Jianhong sudah bisa bangun dari tempat tidur. Sayangnya, baik Chi Aotian maupun Tayang yang lebih sok gagah, sama-sama mengabaikan permintaannya untuk turun ke medan perang. Jangankan mengembalikan komando pasukannya, keduanya bahkan bermuka masam menyuruhnya terus beristirahat. Bagi perwira muda seperti Qu Jianhong, hari-hari pemulihan ini sangat menyiksa. Dari pagi hingga malam ia hanya berbaring, entah di ranjang atau di kereta kuda yang goyang tak karuan. Setelah tidur terus-menerus selama lebih dari 10 hari, kepalanya pusing setiap hari.
Tengah malam menjadi waktu paling bebas bagi Qu Jianhong. Para perwira lain sedang terlelap, sementara perwira junior tak ada yang berani menegurnya. Selama dua hari ini Sang Komandan Batalyon selalu mengenakan zirah lengkap, entah berpatroli bersama perwira jaga keliling perkemahan atau sekadar berolahraga ringan di dalam tenda. Begitu mendengar kabar kedatangan musuh, remaja itu tak bisa menahan diri lagi. Dengan suara gedebuk ia menerobos keluar, lalu memanggil Naga Tanah dan melompat ke punggungnya.
Chi Aotian dan para perwira lain bergegas bangun dari tempat tidur: "Ada apa?"
"Wakil Komandan, pasukan musuh terdeteksi di barat laut sejauh 10 li. Total sekitar 10000 personel sedang bergerak menyerang ke arah kita." Laporan Ksatria Peri itu meluncur deras.
"Hmm... Qu Jianhong, kamu pimpin prajurit penjaga dan pasukan bawahan langsung, segera susun formasi. Jangan biarkan musuh mengacaukan barisan. Aku akan menyusul segera." Chi Aotian melihat Qu Jianhong sudah mengenakan baju zirah lengkap, dan tahu lukanya sudah hampir sembuh. Sayangnya, ini di Dataran Bunga. Meski ada bulan di langit malam, mata manusia tak bisa melihat terlalu jauh. Seandainya di langit kota besar seperti Skambray, lampu-lampu tak terhitung akan menerangi langit hingga kemerahan. Chi Aotian bisa langsung memanggil Yao Li Long untuk mengganggu musuh dari udara.
"Siap, Yang Mulia Jenderal!" Qu Jianhong berteriak kencang: "Dengarkan perintahku, tiupkan sinyal darurat Kesatria Naga Hitam. Cepat!" Setelah berkata demikian, dia membawa komandan regu penjaga dan lebih dari 300 ksatria berlari ke gerbang barat laut.
Bunyi terompet darurat yang melengking segera menggema di perkemahan besar. Banyak perwira senior berhamburan keluar dari rumah, meneriakkan perintah pengumpulan pasukan. Dalam beberapa menit pertama, seluruh unit bawahan langsung Kesatria Naga Hitam telah berkumpul. Tak lama kemudian, dua unit Pasukan Bayaran Kecil juga sudah siap. Su Wen dan 30-an prajurit Federasi Utara terus meneriakkan perintah di kemah mereka, cambuk kuda di tangan tak henti mencambuk sekutu yang berlarian tak karuan.
Mengidentifikasi kualitas suatu militer, situasi darurat dalam perang seperti ini jelas merupakan batu ujian. Menghadapi serangan malam musuh - sebagian besar contoh pertempuran serangan mendadak malam hari berakhir dengan kemenangan pihak penyerang. Akar permasalahannya adalah, sebagian besar pasukan penjaga yang diserang terbunuh saat tertidur atau panik berlarian. Lebih dari 15.000 sekutu telah memiliki kemampuan tempur tertentu dalam pengepungan kota bahkan pertempuran terbuka. Namun dalam menangani perubahan mendadak ini, kesenjangan dengan pasukan elit kekaisaran bukanlah hal sepele. Bukan berarti Su Wen tidak menyadari perbedaan ini, namun karena terus-menerus dalam perjalanan darurat atau pertempuran besar, mustahil menyisihkan waktu untuk latihan - bahkan jika ingin melakukan beberapa latihan malam hari harus mempertimbangkan dampaknya terhadap istirahat pasukan lain dan pergerakan esok hari.
Saat itu juga, wilayah barat laut sudah bergema dengan teriakan perang dan bunuhan!
Qu Jianhong juga tidak menyangka musuh bisa datang secepat ini! Baru saja memimpin personel militer yang sedang bertugas ke Gerbang Utara, tiga elf hutan yang berjaga segera melapor: "Yang Mulia Jenderal Qu, musuh sudah berada sekitar... 1.300 meter dari kita!"
"Apa?!" Meski Qu Jianhong telah mengalami ratusan pertempuran, keringat dingin tetap mengucur deras. 1.300 meter - dalam serangan mendadak militer, jarak ini berarti paling lama 3-5 menit kedua pasukan akan bertemu. Sementara kini perkemahan Pasukan Ekspedisi Utara sama sekali tidak siap menghadapi gempuran musuh.
Di Dataran Bunga yang sulit ditemukan pepohonan, Pasukan Ekspedisi terpaksa menggali tanah untuk membangun tembok saat berkemah. Menurut ketentuan Tujuh Hukuman Pancung dan Tiga Belas Hukuman Mati dari departemen militer kekaisaran, tinggi standar tembok tanah perkemahan adalah 3 meter. Beberapa hari terakhir, setelah terus-menerus melakukan pergerakan cepat, dengan pertimbangan bahwa musuh masih berada ratusan li jauhnya dan Ksatria Burung Ganas di langit terus berpatroli 24 jam nonstop, Chi Aotian mengizinkan pembangunan tembok setinggi 1.5 meter saja - ini satu-satunya cara untuk mempertahankan kecepatan pergerakan pasukan. Jika tidak, untuk membangun tembok 3 meter di perkemahan 20.000 prajurit, setidaknya diperlukan 5.000 personel militer bekerja selama 4 jam. Biasanya berkemah pukul 4 sore, kini harus pukul 6-7 malam. Jika semua pekerjaan ini dilakukan, keesokan harinya para prajurit yang bertugas membangun tembok sama sekali tidak bisa bergerak. Di antara dua pilihan buruk, setiap perwira pasti akan mengambil keputusan yang sama.
Namun yang tak terduga sama sekali adalah, sedikit kelalaian ini dalam sekejap bisa berubah menjadi kekalahan pasukan bagai gunung runtuh.
Dalam hitungan napas, Qu Jianhong sudah melihat bayangan-bayangan gelap di kejauhan melalui sudut matanya. Tanah di bawah kaki mulai bergetar pelan, tembok tanah di depannya berjatuhan mengeluarkan debu. Yang membuat para perwira Kesatria Naga Hitam terkejut adalah, meski dalam kondisi seperti ini, pasukan yang melakukan serangan mendadak dari kejauhan tetap sunyi tanpa mengeluarkan suara sedikit pun.
Pasukan sekuat apa gerangan ini?
Qu Jianhong tentu tahu kekuatan tempur sekutu-sekutu ini. Di sekelilingnya, wajah pasukan sekutu sudah pucat bagai sinar bulan. Di saat seperti ini, benar-benar "terlalu banyak" prajurit saat dibutuhkan! Saat ini, pasukan sekutu pasti masih dalam kekacauan berkumpul, mungkin sebagian besar bahkan belum sempat memakai sepatu. Jika pasukan baja tangguh ini menerobos masuk ke kamp militer sekarang, bukan hanya akan mengacaukan formasi Kesatria Naga Hitam, bahkan mungkin memicu kepanikan total. Saat itu terjadi, kekalahan pasukan bagai gunung runtuh pasti tak terhindarkan.
Komandan Batalyon muda itu melirik sekelilingnya. Hanya ada 400-an Kesatria Naga Hitam (mayoritas Kesatria Naga Tanah), 1000-an prajurit sekutu, dan belasan Elf Hutan yang sedang bertugas. Tiba-tiba wajah sang Komandan Batalyon menjadi rileks. Ia mengangkat bahunya dengan mantap, melepas palu perangnya. Suaranya yang jernih bahkan melodius bergema di udara: "Rekan Senjata! Di hadapan kita berdiri musuh perkasa. Demi nama harum 500 tahun Kesatria Naga Hitam! Demi martabat suci Panji Naga Hitam dan Panji Ular Derik Bersayap! Demi kehormatan pasukan sekutu aliansi baru kita! Atas nama hidup, kehormatan, dan nyawaku: Kehormatan adalah nyawa kita! BUNUH--!"
"Kehormatan adalah nyawa kami! Bunuh——" Ratusan Kesatria Naga Hitam serentak menurunkan visor helm hitam, geraman rendah terdengar dari balik visor helm. Aura pembunuhan menginfeksi pasukan sekutu, prajurit yang sebelumnya gemetar kini mengangkat senjata sambil meneriakkan pekikan perang.
Saat visor helm tengkorak diturunkan oleh Jenderal Muda, Naga Tanah hitam mengabaikan tembok tanah di depannya, menerjang dengan raungan ganas. Tembok tanah setebal 50 sentimeter runtuh seketika.
Lebih banyak Naga Tanah dan kuda perang menggempur keluar dari perkemahan...
Musuh di depan jelas tidak menyangka ditemukan begitu cepat, serangan diam-diam berubah menjadi pertempuran frontal.
Personel militer profesional harus belajar menghemat tenaga dan stamina kuda dalam charge militer. Perwira penyerang diam-diam belum memberi perintah charge akhir, melihat musuh yang menderu mendekat, puluhan komando bergema di antara puluhan ribu personel: "Charge—— Charge——"
Dua pasukan yang bergerak cepat bagai gelombang dahsyat saling bertubrukan dengan deru menggelegar. Seketika, ribuan semburan hitam-merah menjulang ke langit...
Qu Jianhong memimpin para ksatria di belakangnya, bagaikan harimau yang menerobos kawanan serigala. Di garis terdepan musuh, ternyata seluruhnya adalah infantri ringan manusia serigala. Di hadapan Kesatria Naga Hitam yang menunggang kuda besar, kubu infantri ringan manusia serigala yang bersenjatakan pedang melengkung dan belati pendek langsung terkikis separuh. Kuku besi sebesar mangkuk dari kuda perang dan cakar tajam Naga Tanah menjadi senjata pembunuh utama. Menghadapi charge militer gabungan dari ksatria elit, terutama Kesatria Naga Tanah, perisai kayu kecil dan zirah kulit tipis sama sekali tak mampu memberikan perlindungan efektif. Tubuh berdarah beterbangan diterjang serangan.
Palu perang di tangan ksatria Naga Tanah muda itu diayunkan dengan cepat di depan kuda. Tak ada satu pun lawan yang mampu bertahan bahkan satu gebrakan. Bahkan perisai baja dengan empat paku di tangan kirinya menjadi alat mematikan yang merenggut nyawa. Setiap kali diayunkan, pasti ada yang menjerit sambil menutupi wajah sebelum roboh.
"Musuh tidak seberapa." Pikiran itu baru terlintas di benak Qu Jianhong ketika tiba-tiba sebuah tembok tinggi muncul di depannya—dalam beberapa tarikan napas, pasukan charge militer pimpinannya telah menerobos kubu infantri ringan yang didominasi manusia serigala, sampai di markas besar para penyerang.
"Siapakah nama Yang Mulia Jenderal di depan?" teriak seorang perwira bertangan satu di seberang. Meski aksennya kaku, suaranya menggetarkan bagai jenderal berpengalaman ratusan pertempuran.
"Aku, sang pengakhir hidup kalian!"
Penyerang diam-diam ini menyaksikan seorang Kesatria Naga Tanah berbalut zirah hitam legam dengan wajah menyerupai tengkorak putih, tanpa sedikit pun ragu menerjang Komandan Legiun dengan tunggangannya yang masif. Deru naga tanah menggelegar, tak peduli pasukan kavaleri di belakangnya masih tertinggal.
Belasan pengawal pribadi mengangkat perisai besi mereka, membentuk tembok pelindung di depan perwira bertangan satu. Lebih dari 10 tongkat bergigi besar seukuran lengan terayun-ayun di udara.
Palu perang berat Qu Jianhong meraung membentuk setengah lingkaran di angkasa sebelum menghunjam keras ke perisai depan. Dalam gelap malam, percikan bunga api merah berpendar. Sekuat apa pun pengawal pribadi, mustahil menahan gempuran Kesatria Naga Tanah lapis baja seperti Qu Jianhong. Berat total sang ksatria muda berikut zirah dan palu perangnya mencapai 197,5 kilogram, sementara lapis baja naga tanahnya 163 kilogram, dan bobot naga tanah itu sendiri melebihi 1.750 kilogram - total beban 2.100 kilogram yang meluncur kencang. Ditambah pukulan maut sang ksatria, prajurit infantri berat tinggi besar itu terhenti sejenak sebelum darah menyembur dari mulutnya. Retakan tulang yang jernih terdengar saat perisai perangnya terlempar ke belakang bersama tubuhnya, menghancurkan empat lima perisai besar di belakangnya...
Semua pengawal pribadi termasuk sang Jenderal Bertangan Satu tidak menyangka bahwa di antara manusia ternyata ada jenderal sehebat ini. Segera banyak prajurit infanteri berat bertubuh tinggi berteriak: "Lindungi Yang Mulia Jenderal!" Mereka menerjang maju. Pada saat yang sama, sekitar seratus ksatria di belakang Qu Jianhong yang berhasil menerobos kepungan juga berseru sama sambil bergerak mendekatinya.
Palu perang berat di tangan Qu Jianhong berayun tanpa henti. Beberapa gada besi di tangan prajurit ork setengah darah berhamburan terbentur. Cakar hitam-kuning sepanjang 4 cun dari Naga Tanah mencakar-cakar dengan ganas, meninggalkan jejak cahaya putih di perisai baja berat. Banyak prajurit ork yang terluka parah dan berguling-guling di tanah.
Sang Jenderal Bertangan Satu mundur di bawah perlindungan pengawalnya. Gelombang demi gelombang prajurit baru dari pasukan belakang penyerang terus mengalir. Para Kesatria Naga Hitam termasuk Qu Jianhong mulai merasakan tekanan hebat. Kemampuan prajurit baru ini setara dengan batalyon infanteri berat berpengalaman dari Kesatria Naga Hitam. Kelompok-kelompok kecil ksatria bertarung sambil saling melindungi, mengayunkan palu perang atau pedang tusuk dengan garang. Banyak yang terjatuh dari punggung kuda atau Naga Tanah. Di tengah pertempuran, teriakan "Semoga Yang Mulia Jenderal Qu diberkahi kemenangan!" masih terdengar berkali-kali...
“ tahu pasti bahwa semua ini adalah -nya. Dalam tadi, menghadapi musuh yang jumlahnya berlipat-lipat, mustahil mengharapkan bisa menerobos formasi lawan sekaligus. Mereka yang berhasil menembus sampai ke sini pastilah elite dari elite .
Aura menyembur dari dasar hati . Tanpa disadarinya, telah menghilang. Darah kotor membasahi tubuh remaja itu dari atas ke bawah. Di bawah sinar bulan pucat, dan bergerak gesit, dua pasang merah menyala-nyala bagai hantu yang menyendiri di .
Tiba-tiba, tinggi besar di sekitarnya berpencar ke kedua sisi. akhirnya bersatu kembali dengan -nya. Saat itu, dari 400 lebih hanya tersisa kurang dari 60 orang.
Di seberang, pasukan bersenjatakan maju bergantian. ! Hati yang berpengalaman berdebar kencang. Baik maupun , bertempur frontal melawan pasti akan menelan korban besar.
"Formasi ! adalah kita!" tanpa ragu sedikitpun mengaum sambil nya tinggi-tinggi di udara.
Formasi bulan sabit adalah formasi serangan gabungan para ksatria senior, menampilkan kekuatan terbesar di bagian depan dan sisi, menyembunyikan kekuatan cadangan di bagian belakang bulan. Ketika ada ksatria di garis depan yang jatuh, segera digantikan dari cadangan bulan, memungkinkan penetrasi formasi musuh terkuat dengan kerugian minimal.
Segera, Qu Jianhong menarik kekang naga sambil menderum dan menerjang ke arah musuh.
