Saat Marquis Linhe meninggalkan Kota Hamburg, hatinya dipenuhi kegembiraan.
Sebagai salah satu perwira terbaik kekaisaran, Yang Mulia Marquis sangat memahami prinsip dasar strategi militer: Seorang jenderal bodoh bisa mengalahkan pasukan yang dipimpin dua jenderal brilian sekaligus. Contoh serupa sering terjadi dalam sejarah. Semakin brilian seorang jenderal, semakin unik gaya komandonya yang bahkan mempengaruhi staf dan perwira di sekitarnya, hingga membentuk ciri khas pada pasukan yang dipimpinnya dalam waktu lama. Dua jenderal brilian dengan gaya berbeda pasti akan membuat keputusan bertolak belakang dalam pertempuran yang sama, ditambah pelanggaran prinsip komando terpusat, kekalahan menjadi tak terelakkan.
Pasukan Bayaran Kecil yang bangkit cepat dalam beberapa tahun ini, setiap pertempurannya bagai mengambil kastanye dari api atau mencabut gigi harimau. Dari pertempuran sengit berturut-turut ini, gaya tempur mereka sangat sulit dikuasai - mungkin hanya istilah seperti "pedang menyambar tak terduga" atau "gerakan tak tentu" yang bisa menggambarkannya. Karena itu, yang bisa memimpin pasukan berkarakter kuat seperti Pasukan Bayaran Kecil dengan sempurna, mungkin hanya beberapa komandan mereka sendiri atau almarhum Jenderal Chi Hanfeng.
Oleh karena itu, Lin He memutuskan menyerahkan Kota Hamburg kepada Amy, Da Qing Shan, dan Huo Ensi, sementara dirinya memilih memimpin operasi garis dalam.
Operasi garis dalam sebenarnya sudah dimulai sejak era Viscount Fan. Di zona utara, operasi garis dalam hanya memiliki satu arti - membersihkan "paku-paku".
Saat Kaisar Pendiri menganugerahkan gelar kepada para menteri, wilayah pegunungan utara hampir seluruhnya dibagikan kepada para pahlawan pendiri dari staf perwira dan administrasi dalam negeri. Di antara empat keluarga terhormat Kekaisaran, keluarga Delaware dan sistem pengawal keluarganya memiliki wilayah kekuasaan seluas lebih dari 80.000 mu di wilayah pegunungan utara. Seperti semua bangsawan Kekaisaran, untuk perlindungan dari pencuri, sebagian besar bangsawan membangun benteng-benteng besar kecil di wilayah mereka, di mana benteng berukuran besar tidak kalah dengan kota menengah.
Viscount Fan pernah mengerahkan 40% pasukannya untuk menghancurkan hampir 10 benteng, dengan korban yang cukup besar - mengingat benteng-benteng ini telah dikelola selama lebih dari 300 tahun, hampir tidak ada celah pertahanan yang tersisa.
Lin He tetap cukup percaya diri - menggunakan 3 Kesatria Naga untuk menaklukkan benteng mungkin agak berlebihan. Kenyataannya memang demikian, setelah meninggalkan Kota Hamburg, Lin He hampir setiap hari membersihkan berbagai benteng di pegunungan dengan kecepatan satu per hari. Dengan kerja sama 3 Naga Raksasa, beberapa benteng kecil yang disebut-sebut tidak kalah dari Hamburg berubah menjadi sejarah dalam kobaran Naga Api. Lebih banyak benteng memilih menyerah. Kerabat dekat para pengkhianat dieksekusi di tempat, sementara tersangka lainnya dijebloskan ke penjara hitam.
Ketika Yang Mulia Marquis sedang asyik bertempur dengan lancar, dua Ksatria Binatang Legenda yang dikirim Amy akhirnya menemukannya. Seperti semua orang, ketika Jenderal Lin He mendengar bahwa Farnorth ternyata membuat kota mengambang di langit Hamburg untuk menyerang, Yang Mulia Marquis secara refleks membuka mulutnya lebar-lebar...
Pada pertengahan bulan kedua musim panas Kalender Sihir tahun ke-6, Lin He kembali ke Hamburg dengan dua Ksatria Naga secepat mungkin. Setelah mengalami serangan kota mengambang, dia sama seperti Amy dan yang lain, menantikan datangnya badai salju lebat seperti petani! Hingga hari-hari terasa seperti tahunan.
Perlu dikatakan, banyak hal dalam Perang Para Dewa yang cukup ironis, misalnya tentang kota-kota bersejarah. Di Benua Eminoll, banyak kota terkenal dengan pertahanan kokoh seperti Skambray, Hamburg, Ulu, Kota Lionheart, dan lainnya. Ironisnya, semua kota ini tak luput dari penaklukan selama perang. Hamburg yang dijuluki nomor satu justru paling sering ditaklukkan! Sebaliknya, kota-kota terpencil dengan tembok tanah justru selamat.
Setiap satu atau dua hari, kota es yang seperti puncak gunung kecil muncul perlahan bersama terbitnya matahari di timur, bongkahan es sebesar kepalan tangan berhujan-hujan jatuh. Satu-satunya hal yang patut disyukuri adalah kota terapung ini sendiri sudah sangat berat, tidak mungkin lagi membawa batu sungguhan, hanya bisa menggunakan es yang dibuat bersama oleh Naga unsur air dan magister es untuk ditembakkan. Semua bangunan di Kota Hamburg terbuat dari granit, kualitas es masih jauh berbeda dengan granit. Jika tidak, Kota Hamburg mungkin sudah hancur pada hari pertama munculnya kota terapung ini.
Bahkan es pun, ketika mencapai jumlah tertentu, perubahan kuantitas pasti menyebabkan perubahan kualitas. Runtuhan es yang tak terhitung terus menggoyahkan sambungan batu kota. Saat kota terapung terbang untuk ke-17 kalinya, tembok kota kokoh Hamburg akhirnya tak mampu menahan gempuran terus-menerus ini, ambruk dalam rintihan kemarahan!
Yang ambruk bukan hanya tembok kota, tapi juga fondasi selebar 40 meter di bawahnya yang terdiri dari tiga anak tangga besar. Granit hijau kebiruan mendorong lapisan tanah beku seperti lumpur mengalir ke bawah, mengalir sejauh 200 meter di titik terjauh!
Saat tembok kota runtuh, hati Lin He, Amy, Da Qing Shan dan yang lain hampir ikut hancur. Amy dan Da Qing Shan saling melihat wajah pucat tak biasa pada lawannya. Tanpa tembok dari batu puluhan ribu tahun, beranikah Hamburg menyebut diri sebagai kota benteng terkuat di dunia? Meski kota dipenuhi katapul, mampukah menahan serangan musuh?
Kehilangan katapul, kehilangan tembok kota, seluruh perang pada saat ini sepenuhnya berpihak ke musuh.
Kekaisaran kehilangan Kota Hamburg, masih bisa memilih lokasi lain untuk bertempur; Jenderal Lin He kehilangan Kota Hamburg, masih ada kesempatan bangkit kembali di Wilayah Barat; tetapi Pasukan Bayaran Kecil kehilangan Hamburg, hampir sepuluh ribu tentara bayaran ini... Apakah... keberuntungan yang selalu menyertai Pasukan Bayaran Kecil telah pergi sejak kemarin?
Saat itu, Morashou yang sedang mengawasi pertempuran di kaki gunung baru saja akan memerintahkan pasukan darat untuk menyerbu Kota Hamburg, segera dihentikan oleh Da Hainuo yang tiba tepat waktu.
Tentu saja Da Hainuo bukan karena lemah hati, apalagi simpati pada Kota Hamburg. Menyerang kota sekarang? Bukankah itu membuatnya menjadi juru bicara orang bodoh?!
Begitu pasukan darat dikerahkan ke pertempuran jalanan kota, kota terapung akan kehilangan semua daya serangnya. Mampukah kekuatan tempur prajurit Farnorth di daerah bersalju dan beku menyaingi Pasukan Bayaran Kecil? Jangan bercanda! Kecuali mungkin Pasukan Serigala Salju Perak, tidak ada yang berani menantang Pasukan Bayaran Kecil dalam perang padang salju. Bukankah ini seperti mempertaruhkan titik lemah sendiri untuk menahan tombak musuh? Lagipula, dengan mengerahkan 6 sampai 10 Resimen 1000 untuk menyerbu kota, di hadapan si rubah kecil Amy ini, akankah dia mengerahkan kekuatan maksimal untuk konfrontasi langsung? Jika benar begitu, maka dia bukanlah Amy yang kita kenal. Yang dikhawatirkan justru jika dia sengaja menunjukkan kelemahan, membuka pintu lebar-lebar untuk memasukkan prajurit Farnorth, lalu mengepung mereka dari luar. Jika itu terjadi, kota terapung... tidak perlu lagi diangkat ke udara.
Selain itu, serangan saat ini juga tidak diperlukan. Konstruksi tembok kota Hamburg yang berbentuk karakter '' (berbentuk bintang) dari bata murni, sekali roboh, jika ingin diperbaiki harus dibongkar dan dibangun ulang. Jika tidak, tidak ada cara memperbaikinya. Apakah mengerahkan pasukan darat untuk menyerang saat ini akan memberikan dampak positif bagi perang selanjutnya? Selain itu, daya hancur kota terapung cukup besar. Dipercaya bahwa setiap serangan akan mengurangi kekuatan tempur musuh secara drastis. Bukankah lebih baik menunggu sampai musuh benar-benar kelelahan sebelum menyerang?
Jahe tua memang lebih pedas. Morashou yang mendengar analisis Marsekal Da, keringat dingin mengalir di dahinya. Mana ada perwira senior Pasukan Ekspedisi Barat yang tidak pernah menderita kerugian besar di tangan Amy? Hanya hal-hal yang tidak terpikir oleh para perwira Pasukan Ekspedisi Barat, tapi tidak ada yang tidak bisa dilakukan oleh Amy. Morashou benar-benar merasa ngeri dengan tindakannya sendiri sebelumnya.
Melihat gelombang pasukan musuh di kaki gunung yang datang bergelombang lalu surut kembali, Amy dan Da Qing Shan saling bertukar senyum getir. Keduanya segera menyadari alasan di balik gerakan ini, bahkan menebak bahwa perintah kedua pasti berasal dari panglima licik seperti Da Hainuo.
Bagi Kota Hamburg, perang ini telah mencapai kondisi "memasak tanpa beras" - situasi yang mustahil untuk dilanjutkan.
Setelah Earl Lin He buru-buru kembali, mereka pernah mencoba mengerahkan Ksatria Naga dan lebih dari 10 Ksatria Binatang Legenda ke udara, berharap dapat menghilangkan ancaman ini. Sayangnya, baik dari segi kualitas maupun kuantitas, Kota Hamburg tidak bisa menyaingi lawan - di tengah perang besar, Reynold telah tinggal di kemah besar Da Hainuo selama hampir 20 hari. Kekuatan tempur Naga Suci tingkat tinggi sama sekali tidak bisa dipahami oleh naga biasa, terutama beberapa naga fase 4 yang sepenuhnya tertekan oleh aura Naga suci tersebut. Ditambah dengan 3 magister dan banyak pastor tingkat tinggi di kota terapung, pemahaman mereka tentang sihir tidak kalah dari naga. Adapun kekuatan tempur Hamburg lainnya... Dalam perang antara Ksatria Naga dan magister, Ksatria Binatang Legenda sama sekali tidak berguna, itu bukan level kekuatan yang setara. Para tetua elf tidak bisa mengendalikan naga, jika tidak, mungkin mereka bisa mengubah jalannya perang.
Dalam setiap peperangan, kemampuan adalah fondasi yang melampaui segalanya. Ketika perbedaan kemampuan bagai langit dan bumi, segala strategi menjadi tak bernilai.
Amy yang penuh akal licik, Da Qing Shan yang berpikiran tajam, Lin He yang berjasa gemilang, serta banyak perwira berpengaruh dari pasukan elit kekaisaran - menghadapi kota terapung yang bergerak perlahan di langit sambil terus memproduksi balok es, hanya ada 4 kata yang menggambarkan perasaan mereka: TANPA DAYA!
Untungnya, sebagian besar bangunan di Kota Hamburg terdiri dari dua lantai. Lantai bawah yang sebagian besar berada di bawah tanah, serta balok es raksasa yang meratakan lantai atas, membentuk struktur stabil dari reruntuhan dan es yang berdiri setengah. Bahkan ketebalannya mencapai 2 meter. Oleh karena itu, kecuali korban yang cukup besar pada pertempuran pertama, sebagian besar kekuatan tempur Hamburg tetap tersimpan dengan efektif.
Setelah tembok kota runtuh, perwira senior Lin He, Da Qing Shan, dan Amy mengadakan rapat malam untuk merumuskan strategi relatif pasif dengan 9 karakter: "Memperlihatkan kelemahan pada musuh, tukar ruang dengan waktu".
Sungguh ironis, tak lama sebelumnya dalam pembicaraan rahasia antara Reynold dan Yang Mulia Paus, strategi yang dirumuskan kedua penguasa tertinggi untuk menghadapi Legiun Chi Aotian yang sedang di puncak kejayaannya juga persis menggunakan 9 karakter yang sama.
Inti dari pemikiran strategis ini adalah menunjukkan kelemahan pada musuh - Da Hainuo harus diyakinkan bahwa kekuatan tempur Kota Hamburg sedang melemah drastis dengan korban jiwa besar di kalangan penduduk dan prajurit. Hanya dengan cara ini Da Hainuo tidak akan mempercepat serangan dan waktu bisa ditunda semaksimal mungkin. Untuk menciptakan ilusi ini, Amy dan Da Qing Shan secara pribadi memimpin para elf, Penghadang, dan Pendekar pedang magis melakukan serangan malam berulang kali ke perkemahan Da Hainuo, bahkan membakar hutan. Seiring serangan terus-menerus dari kota terapung, serangan malam ini semakin berkurang baik frekuensi maupun skala, akhirnya menghilang sama sekali. Bersamaan itu, Hamburg memberlakukan pengawasan ketat terhadap penerangan - di fase akhir, kota ini sama gelapnya dengan kota mati di malam hari. Selain itu, jumlah tungku masak dan asap dapur sengaja dikurangi. Singkatnya, semua ini hanya akan membuat Da Hainuo menyimpulkan: Hamburg mengalami kerugian besar.
Dengan mengorbankan ruang untuk waktu, saat ini harapan terbesar Amy dkk ada dua hal. Pertama, pemulihan Yang Mulia Lü'er. Dalam pertempuran Kelesit, Lü'er yang terluka parah akibat serangan gabungan magister dan pastor tingkat tinggi terpaksa mundur ke dunia naga untuk penyembuhan. Waktu di dunia naga berjalan lebih lambat dari dunia fana, diperkirakan Lü'er butuh beberapa hari untuk pulih. Begitu naga kecil ini muncul, Naga Raksasa milik Reynold akan kehilangan keunggulan dan kota terapung mungkin bisa dihancurkan seketika. Kedua, bahkan jika Lü'er belum pulih tepat waktu, selama bisa bertahan hingga musim gugur, udara dingin akan menjadi sekutu terkuat Hamburg.
Sepertinya, Da Hainuo sama sekali tidak mengetahui iklim Kota Hamburg. Pada tahun-tahun biasa, Kota Hamburg sudah diselimuti salju musim gugur sejak awal musim gugur dengan suhu permukaan yang sangat dingin - jika tidak, mengapa rumah-rumah di Hamburg memiliki satu lapisan di bawah tanah? Hanya dengan struktur bawah tanah inilah invasi udara dingin bisa diminimalisir. Tinggal di tenda atau pondok kayu sama sekali tidak bisa menahan aliran udara dingin, apalagi sebagian besar pasukan bawahan Da Hainuo berasal dari personel militer Farnorth di wilayah selatan ekstrim.
Pada hari-hari berikutnya, Da Qing Shan, Amy dan yang lainnya hampir menghitung hari dengan jari-jari mereka.
Faktanya, pemikiran strategis Kota Hamburg diimplementasikan dengan sangat efektif. Bukan hanya Da Hainuo yang benar-benar yakin, bahkan Reynold yang beberapa kali menunggangi Naga Raksasa berputar-putar di atas Kota Hamburg, bahkan memimpin Naga Suci untuk terus menerus mengeluarkan Naga Api, hanya mendapat reaksi minimal dari dalam kota. Semua orang yakin bahwa memasuki Kota Hamburg hanyalah masalah waktu.
Kesalahan penilaian ini, selain karena akting Amy yang luar biasa, daya serang Kota Terapung yang luar biasa juga memperbesar kesalahan penilaian para perwira senior Farnorth - tidak pernah ada yang menggunakan senjata raksasa yang membuat terbelalak ini dalam perang. Semua orang, termasuk pihak sendiri, tertipu oleh penampilannya yang megah. Tidak ada yang percaya masih ada yang bisa selamat di bawah serangan senjata perang yang sangat mematikan ini.
Dalam situasi seperti inilah Reynold dengan sangat tenang pergi menghadiri upacara peresmian kuil.
Sebelum berangkat, Reynold sangat yakin berjanji bahwa sebelum musim gugur tiba, dia akan mengirim pasukan untuk mengambil alih tambang besi secara langsung—di mata Marsekal Yang Mulia, tidak perlu lagi menyebutkan nama Hamburg—kota itu sudah lama tidak ada. Mengenai para perwira di kota, Da Hainuo tidak menjamin pasti bisa menangkap mereka. Bagaimanapun, sebagian besar perwira ini adalah Ksatria Binatang Legenda dan Kesatria Naga. Jika mereka benar-benar berniat melarikan diri, terutama di malam hari, tidak ada cara untuk menghentikannya.
Dalam kalkulasi Da Hainuo, antara tanggal 10-15 bulan ketiga musim panas tahun ke-6 Kalender Sihir, kota terapung akan melancarkan serangan "hancur sebagai giok" pada serangan terakhirnya—saat itu, seluruh kota terapung tidak akan membawa senjata pengepungan selain magister dan pastor. Ketika kota terapung memasuki wilayah udara Kota Hamburg, semua magister dan pastor akan meninggalkan kota terapung menggunakan Mantra pengapungan. Akhirnya, ketika efek Mantra pengapungan menghilang, kota terapung seberat puluhan juta ton akan jatuh dari langit, mengubur seluruh Hamburg! Berapapun jumlah pasukan yang tersisa di Hamburg, bahkan jika tidak terhantam mati, pecahan es berjuta-juta ton yang terpapar matahari siang dan diterpa angin utara malam hari pasti akan membekukan seluruh kota menjadi gumpalan es raksasa. Tanpa udara, tidak ada ras makhluk apapun yang bisa bertahan hidup!
Dalam rencana Da Hainuo, tidak ada perbedaan signifikan antara merebut Hamburg pada tahun ke-6 Kalender Sihir atau tahun ke-7. Yang terpenting adalah merebut kota ini dengan meminimalkan korban di antara pasukan - bagaimanapun, ini adalah benua asing. Hanya dengan mempertahankan kekuatan tempur yang baik, ruang gerak yang lebih besar akan terbuka. Ini selalu menjadi panduan strategis Da Hainuo.
Amy, Da Qingshan, dan Lin He sama sekali tidak menyangka bahwa di dunia fana masih ada skema jahat seperti ini yang menanti mereka. Mereka melakukan kesalahan fatal - mereka masih mengira Da Hainuo akan peduli pada pangkalan baja dan Kota Tak Tertembus ini seperti mereka. Mereka takkan pernah tahu bahwa Da Hainuo beserta seluruh perwira senior Legiun Barat sudah sangat muak dengan kota ini. Yang mereka inginkan hanyalah tambang besi yang terus menyuplai senjata, bukan benteng kota raksasa yang mudah dipertahankan. Di pengadilan sejarah manusia, semua personel militer yang pernah menginvasi negara lain - tak peduli pangkat, moral, bahkan komandan berbudi luhur sekalipun - pasti memiliki noda dalam profesinya: penghancuran. Menghancurkan segala hal berharga di depan mata yang mungkin dimanfaatkan musuh, tak peduli seberapa sempurna "hal" itu sebelumnya.
Dalam hal ini, Perang Para Dewa benar-benar mengejawantahkannya secara sempurna. Chi Aotian yang dijuluki Malaikat Maut demikian, Da Hainuo yang berpenampilan gentleman demikian, bahkan Amy - penguasa tertinggi yang diakui oleh dunia dewa, manusia, naga, dan iblis - pun tak terkecuali.
Di Dataran Bunga, Chi Aotian berusaha mati-matian mengurangi kerugian pasukannya dengan menggunakan metode pembantaian penduduk yang melawan sebagai cara untuk mengintimidasi musuh. Demikian pula di bawah tembok Kota Hamburg, Da Hainuo bahkan tidak segan menghancurkan kota tersebut demi meminimalkan kerugian. Yang lucu, pada saat itu sang Raja Tentara Bayaran yang merupakan musuh masih belum sadar - di mata Raja Tentara Bayaran Muda itu, Da Hainuo sama sekali tidak seharusnya menggunakan cara seperti ini terhadap Hamburg dan tambang besi di bawahnya, apalagi menghancurkan kota terapung yang memiliki daya serang besar dengan begitu mudah.
Ada pepatah klise tapi sangat bermakna: "Posisi menentukan pola pikir."
Semua ketidaktahuan Amy berakar pada satu alasan - dia bukan penjajah. Jika berada di posisi penjajah, dia akan... Faktanya, tindakannya justru lebih tegas dan lebih total.
——《Teori Perang》
