Pada detik itu juga, di bawah tembok Kota Hamburg, terdengar gempa dahsyat bagai gelombang! Di puncak salju di belakang kota, balok-balok es abadi berjatuhan akibat getaran!
Setelah dua tarikan napas, "Boom..." suara kota terapung menghantam dasar lembah akhirnya menggema! Gaung suara raksasa itu bergemuruh di antara Pegunungan Meixis!
Lin Yushang menatap tebing dengan pandangan kosong, gigi-giginya menggigit jari telunjuk kanan hingga berdarah. Cairan merah mengalir di sudut bibirnya. Gadis itu sama sekali tidak bersuara, bahkan napasnya terhenti.
Amy, Da Qing Shan, dan Sha Ruo berdiri di samping gadis berbaju merah. Ketiganya, sama seperti Lin Yushang, menatap tajam ke arah tebing yang seolah ingin menelan segalanya!
Naga Biru Raksasa, Naga Biru Raksasa baru saja terbang ke bawah! Apa yang akan dilakukannya?!
Misteri itu terungkap dalam sekejap!
Di lembah, gemuruh kota terapung yang hancur belum sirna, terdengar lagi suara meringkuk kejang-kejang yang memekakkan telinga! Tiba-tiba, Naga Biru Raksasa melompat dari bawah tebing...
Naga itu... naga itu sedang menangis... meraung-raung kesakitan... Butiran air mata sebesar kepalan tangan menyembur dari kelopaknya. Kedua cakar depannya yang tajam mengusap-usap mata secara refleks, sambil terus menangis dan muntahkan darah dalam jumlah besar dari mulutnya!
Naga Biru Raksasa tingkat tinggi menjerit kesakitan sambil mengelilingi Kota Hamburg sebanyak 3 kali, mendongak ke langit mengeluarkan erangan yang menggema ke seluruh penjuru, mengepakkan sayap dengan pilu sebelum terbang menuju cakrawala hingga menghilang di ujung langit!
Seluruh penghuni Kota Hamburg terpaku ketakutan oleh Naga Biru itu!
Baru setelah Naga Biru itu terbang limbung menjauhi kota, orang-orang menyadari bahwa kelima Ksatria Naga Farnorth di angkasa serempak menempelkan telapak tangan kiri ke dada, jari-jemari mereka mengetuk pundak sendiri. Lima kepala mulia itu tertunduk dalam-dalam, sementara lima ekor Naga musuh mengeluulkan erangan rendah bersamaan, butiran air mata sebesar kepalan tangan mengalir deras di antara sisik-sisik kecil mereka!
"Komandan! Tuan Lin..." Naga elemen angin berwarna biru muda terbang keluar dari tebing, terjatuh keras ke tanah. An Qiu yang menempel di punggung naga terlempar, remaja berusia belum genap 20 tahun itu tak berdaya bangkit, kedua tangannya mencengkeram salju-es di tanah sambil tak bisa lagi menahan tangisannya.
"Komandan, Nona Lin, Yang Mulia Jenderal... telah gugur..." Tiga Ksatria Naga lain yang melompat dari tebing serentak meratap. Persis sama, empat ekor Naga juga mengeluarkan erangan pilu...
Pada akhir musim panas tahun ke-6 Kalender Sihir, Yang Mulia Marquis Lin He - Jenderal zona ibu kota Kekaisaran Amy, gugur di medan perang!
Kematian Yang Mulia Marquis Lin He, beratnya bagaikan Gunung Tai!
Dialah, dengan kekuatan seorang diri, menyelamatkan bintang masa depan—Pasukan Bayaran Kecil! Dialah, yang meski tahu putri tunggal tercinta berada di belakangnya, namun... memilih jalan yang pasti berujung maut. Sebagai pria paruh baya, mustahil ia tak tahu betapa pilu ini bagi putrinya. Ya, ia bisa kabur sendiri, meninggalkan Hamburg. Ia tetap bisa memimpin militer. Asalkan perang dimenangkan, siapa yang akan ingat bahwa jenderal agung pernah mengalami kekalahan? "Satu jenderal termasyhur, ribuan tulang mengering"—bukankah ini maknanya? Selain dia, adakah Kesatria Naga yang sudah menjadi Jenderal zona perang besar, bertempur hingga titik darah penghabisan demi sebuah kota dan sebagian anak buahnya?!
Para remaja Pasukan Bayaran Kecil meratap pilu, mereka kehilangan lagi seorang sesepuh yang patut dihormati. Personel militer Kota Hamburg menangis, kehilangan seorang Jenderal Kekaisaran ulung yang membela prajurit bawahan seperti mereka yang dipastikan akan gugur dalam perang ini. Kekaisaran Kuno pun kehilangan tembok kokoh yang selama ini menjadi sandaran.
Seperti Pangeran Chi Hanfeng, mantan Jenderal Ibu Kota sekaligus sahabat lama semasa hidupnya, Marquis Lin He sebenarnya bisa saja tidak mati. Sebagai Ksatria Naga air tingkat tinggi, siapapun di Kota Hamburg mungkin gugur dalam pertempuran, kecuali dirinya! Baik ketika kota terapung jatuh, menghadapi kemungkinan perang pengepungan berikutnya, bahkan... saat dua Naga Suci unsur api musuh turun ke medan perang - sebagai Naga alami tingkat tinggi, dia tidak akan kalah dalam hal kecepatan. Jika tidak bisa menang, melarikan diri sama sekali bukan masalah. Namun Marquis Lin He, seperti sahabat lamanya, memilih dengan tegas untuk gugur dalam status sebagai pusaka Departemen Militer Kekaisaran sekaligus komandan militer tertinggi zona perang, padahal sebenarnya bisa selamat! Sikapnya persis seperti sahabat lamanya, memandang kematian bagai segelas arak keras yang jernih nan pedas - pahit memang, tapi justru dalam kepahitan itu ia menemukan kebahagiaannya!
Tidak ada yang tahu apakah Marquis Lin He tersenyum saat meninggal seperti Jenderal Chi Hanfeng! Namun semua orang, bahkan seluruh Klan Naga, mengetahui satu hal: Saat kota terapung terjun cepat ke lembah, Yang Mulia Marquis yang hampir tak sadarkan diri itu merangkak turun dari tubuh sang Naga Raksasa mitra setianya. Dengan satu tangan menggenggam kabel baja sebesar lengan anak, tangan lainnya mencabut pedang panjang pemberian Yang Mulia Hong Shi. Dalam terpaan angin dingin yang menusuk tulang, di hadapan kematian yang akan tiba dalam beberapa tarikan napas, Yang Mulia Jenderal mengeratkan gigi sambil mengayunkan pedangnya. Tujuh kali tebasan! Di ambang maut, tak ada yang bisa setenang Yang Mulia Marquis Lin He. Tujuh kali tebasan terkonsentrasi di satu titik yang sama! Tujuh kali tebasan memutuskan kabel baja! Dua kabel baja itu seketika terbelah menjadi tiga bagian!
Sang Naga Biru Raksasa mengira Kesatria Naga ini akan menyeretnya mati bersama. Ras mulia ini tak pernah menyangka bahwa di antara ras rendah manusia, ada sosok yang justru berpikir untuk menyelamatkan mitra Naganya alih-alih menyelamatkan diri sendiri di detik-detik akhir!
Naga air level 5 bernama Swo, selama ribuan tahun setelahnya hingga kematiannya, selalu bisa mengingat dengan jelas: Pada saat kota terapung seberat puluhan juta kilogram menarik mereka menuju jurang kematian, ksatria naga yang seluruh tubuh dan wajahnya berlumuran darah kotor itu bangkit dengan susah payah. Ia mencengkeram kabel baja dengan sekuat tenaga - sebenarnya bisa memegang tali kekang di leher naga, tapi tidak melakukannya. Swo melihat jelas di matanya alasan penolakan itu! Karena tubuhnya akan terhempas angin ganas di tebing, mustahil menebaskan setiap pedang ke titik yang sama!
Dengan memilih mencengkeram kabel, setiap tebasan pedangnya jatuh tepat di titik identik! Padahal dalam kondisi jatuh bebas, menarget titik sama sangat sulit, tapi ia melakukannya dengan mudah. Karena... Setiap kali bangsawan klan naga Swo teringat ini, air matanya selalu tak terbendung... Karena... Ksatria naga bodoh namun agung ini... Setiap tebasan pedangnya menghujam pangkal jari telunjuk kirinya sendiri...
Kapan pun, siapa pun, tidak akan tidak tahu posisi jari telunjuknya. Sang pemimpin departemen militer yang sedang berada di puncak usia, baru saja menjadi Kesatria Naga, dan sangat dipercaya Kaisar Kekaisaran sehingga dipercaya memimpin 4 Kesatria Naga ini, tentu lebih tahu posisi jari telunjuknya sendiri! Oleh karena itu, setiap tebasan pedangnya mendarat di posisi dan sudut yang sama persis. Untuk memastikan setiap tebasan tepat sasaran, tangan kirinya - meski sedang ditebas habis-habisan oleh tangan kanannya sendiri - tidak ikut mengkhianati tangan kanan... Saat menerima luka parah, tetap mencengkeram erat... seolah menyatu dengan kabel baja, menggenggam kuat kabel baja itu demi memudahkan saudara seperjuangannya menebaskan pedang berikutnya di titik yang sama... Hingga... detik kematian tiba!
Swo yang berhasil lolos dari maut, berlari tergesa-gesa ke bawah untuk mencari rekan manusianya... Namun... yang ia temui hanyalah balok es putih salju dan kepingan salju yang melayang tinggi ke langit. Hamparan putih itu bagaikan langit dan bumi yang sedang berkabung untuk sang sahabat!
Swo menangis tersedu-sedu sambil berlari, dia tidak percaya bahwa rekan seperjuangannya akan pergi seperti ini. Dia menangis, dia menangis dengan suara keras! Bahkan dia tidak merasa malu menangis di hadapan sembilan anggota Klan Naga - ras yang sejak lahir sudah memiliki harga diri tinggi, kapan pernah mereka menangis?! Apalagi, di antara sesama klan di depannya ada beberapa Naga muda level empat! Peristiwa memalukan ini diungkapkan Swo secara terang-terangan, bahkan dia tidak menyadari bahwa 9 anggota Klan Naga lainnya di depannya juga sama-sama tenggelam dalam kesedihan atas kematian Kesatria Naga yang agung...
Swo terbang mengelilingi Kota Hamburg sambil terus menangis, dia tidak percaya bagaimana mungkin Kesatria Naga sehebat ini bisa mati. Dia pasti belum mati, tokoh besar seperti ini yang setara dengan pahlawan terhebat dalam sejarah manusia mustahil mati dengan cara yang tidak terhormat. Berdasarkan pemahaman Naga tingkat tinggi terhadap kemampuan rata-rata manusia, pria agung seperti ini pasti akan menjadi kaisar terhebat di dunia, namanya akan dikenang sepanjang masa, bahkan akan menjadi tokoh besar yang mendekati dewa. Bagaimana mungkin dia mati?!
Apakah Naga unsur air benar-benar terbuat dari air? Swo merasakan hatinya sakit, darah dalam hatinya menyembur dan mengalir keluar, kelopak matanya sama sekali tidak bisa menahan air mata ini!
Ketika dia terbang 3 putaran namun tidak dapat menemukan rekan manusia yang agung ini, dia tidak percaya bahwa orang ini benar-benar telah mati... Seseorang yang baru dikenal selama puluhan hari... Puluhan hari, apa artinya dibandingkan umur panjang klan naga? Hanya sekejap mata, namun pria yang dikenal dalam sekejap mata ini benar-benar telah tiada...
Naga unsur air yang pergi sambil meratap bahkan tidak menyadari telah meninggalkan kata-kata heroik terhebat dalam sejarah klan naga: "Sebelumnya, kukira... Engkau bisa menjadi Ksatria Naga... Seorang manusia rendahan... Ternyata melalui ritual Feng Long bisa menjadi Ksatria Naga... Menjadi partner ras naga makhluk teragung... Mendapatkan hak kontrak setara dengan klan naga... Pasti manusia rendahan ini sangat bangga! Tapi... Hari ini, barulah kusadari, aku perlu merasa bangga seumur hidup karena bisa menjadi pengikat perjanjianmu..."
Sembilan naga musuh menyaksikan momen paling gemilang dalam sejarah klan naga ini... Mereka juga mendengar sumpah abadi yang ditinggalkan saudara sejenis tingkat tinggi yang meratap pergi! Sumpah ini bergema di antara jajaran gunung Meixi berjumlah satu juta... Bahkan... Menembus dunia naga, bergema di antara ribuan Naga Suci!
Setelah mengalami pencucian sumpah ini, Klan Naga yang angkuh akhirnya harus mengakui bahwa ada beberapa manusia yang begitu agung, sejak hari kelahiran mereka telah menjadi Ksatria Naga terbaik dengan segala kebajikan, terlepas apakah mereka mengalirkan darah ras dewa atau tidak. Manusia, mungkin menjadi lebih mulia karena memiliki darah ras dewa, tetapi manusia paling mulia justru seringkali tidak selalu memiliki darah ras dewa yang paling tinggi!
Di antara Klan Naga, jarang ada orangtua yang menceritakan dongeng untuk anak-anak mereka. Namun setelah Perang Para Dewa, banyak naga mulai membiasakan diri bercerita kepada anak-anak mereka. Ras mulia ini menceritakan sambil menangis, sementara ras yang sama mulianya mendengarkan sambil menangis. Kisah-kisah yang mengguncang langit dan menyentuh dewa-dewa ini telah menyedot begitu banyak air mata Klan Naga... Berapa banyak naga muda yang, setelah mendengar kisah seperti ini, seperti gadis yang merindukan Pangeran Kuda Putih, mulai berharap bisa bertemu dengan Ksatria Naga agung seperti dalam cerita yang bisa membuat mereka meneteskan air mata!
Justru setelah kisah-kisah inilah, makna tiga karakter "Ksatria Naga" semakin menguat dalam pandangan Klan Naga! Seluruh Klan Naga mulai percaya bahwa Ksatria Naga unggul, dalam hal karakter, sama sekali tidak kalah dari Klan Naga! Meski usia mereka hanya puluhan tahun, namun kecemerlangan yang mereka ciptakan sangat mungkin melampaui Klan Naga yang berumur puluhan ribu tahun, bahkan dewa-dewa abadi yang memiliki tubuh tak termusnahkan!
Kapan pun dan siapa pun yang menyebutkan Tuan Lin Heshang di hadapan Klan Naga, semua anggota Klan Naga akan mengeluarkan ingus sambil menangis seraya berkata: "Tuan Lin Heshang adalah monumen Kesatria Naga manusia terhebat dalam sejarah Klan Naga yang melampaui ruang-waktu dan segala sesuatu! Keberadaan Tuan Lin Heshang membuktikan bahwa Kesatria Naga manusia mampu mengungguli Kesatria Naga mana pun dari dunia dewa!"
