Ah, jadi masih ada secercah harapan yang tak terduga?!
Jika bisa melibatkan Kekaisaran Gurun dalam perang ini, dengan memanfaatkan garis perbatasan panjang antara Kekaisaran Gurun dan Kekaisaran Suci untuk terus melakukan serangan, Pasukan Ekspedisi akan seperti belalang yang melahap segalanya. Yang lebih penting, pasukan yang awalnya 5000 orang ini telah berkembang menjadi 30.000. Terbiasa memimpin legiun besar, tiba-tiba harus mengendalikan unit kecil membuat semua perwira merasa terkekang.
Su Wen dan Tayang - dua bajingan tua yang sakti karena tua ini bisa berkomunikasi hanya dengan kedipan mata, menyampaikan makna yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Ajakan resmi untuk melibatkan Kekaisaran Gurun memang sulit diucapkan oleh mereka, namun dengan Yang Mulia Sang Pangeran yang terang-terangan memberi isyarat, bukankah ini saatnya mengokohkan keputusan?
Dua pria paruh baya segera menunggang kuda mendekat dan menyapa ksatria muda Gurun. Dalam beberapa kalimat singkat, entah bagaimana para perwira tamu dan tuan rumah mulai memanggil satu sama lain "saudara". Lebih mengejutkan lagi, setelah beberapa ucapan lagi, kedua pihak tiba-tiba bersatu padu melawan musuh bersama mereka Gereja Suci, seolah hanya tinggal ritual mengikrarkan sumpah dengan darah.
Tayang sama sekali tidak peduli dengan pelanggaran kewenangan. Ia langsung berjongkok menggambar peta benua di tanah. Tak disangka, Pastor tua ini cukup mahir melukis - peta yang dibuatnya terlihat cukup akurat. Dengan jari kotor menyapu tanah, wilayah utara Dataran Bunga seluas hampir seribu li persegi langsung dimasukkan ke dalam Kekaisaran Gurun. Hmm... Saat Tayang berdiri, entah bagaimana wilayah seluas itu tiba-tiba menjadi Wilayah Kekuasaan pribadi 10 lebih perwira Kekaisaran Gurun yang dipimpin Yang Mulia Pangeran Afuti.
Secara prinsip, Chi Aotian pun tidak memiliki wewenang untuk membagi-bagi wilayah musuh. Tugas Marsekal yang memimpin pasukan sama sekali berbeda dengan menteri perunding penuh yang mewakili Kanjeng Raja. Pelanggaran kewenangan seperti yang dilakukan Tayang ini, jika dipersoalkan oleh pejabat berkuasa yang licik, bisa berujung pada hukuman mati seluruh keluarga.
Membagi wilayah dan bahkan mampu menjadi adipati pendiri sebuah kadipaten, ini adalah kehormatan tertinggi yang dikejar setiap personel militer profesional sepanjang hidupnya. Para perwira Kekaisaran Gurun tentu tahu kesuburan Dataran Bunga tidak ada bandingannya dengan tanah mana pun di kekaisaran mereka. Faktanya, selama ratusan tahun sebelumnya, bangsa gurun telah membayar harga sangat mahal untuk menguasai tanah subur ini. Mendapatkan wilayah kekuasaan luas di sini adalah kabar baik yang bahkan bisa membuat unta buta membuka matanya.
Setelah pembagian hak dan kepentingan diputuskan, pengiriman pasukan menjadi kepastian. Kini ada dua hal yang harus dilakukan: pertama, mencari cukup unta untuk Pasukan Ekspedisi; kedua, memberitahukan rencana ini kepada Kanjeng Raja dan Persatuan Kepala Suku. Pangeran Afuti segera mengirim pengintai, lalu memimpin pasukan ekspedisi menuju oasis.
Dua hari dua malam kemudian, di tengah hari, pasukan lebih dari 8000 orang mendekati Turpan - salah satu oasis terbesar di gurun. Demi kehati-hatian, pasukan ekspedisi tidak mendekat dari arah jalan raya utama, melainkan mengirim lebih dari 10 perwira menengah bersama ksatria gurun untuk mengumpulkan semua unta kafilah di cekungan atas nama Kekaisaran Gurun - hal yang lumrah dalam perang.
Menurut Pangeran Afuti, unta-unta ini adalah hadiah persahabatan untuk sekutu.
Hadiah persahabatan ini juga tidak sepenuhnya tanpa syarat. Di perjalanan menuju sini, Chi Aotian atas nama Adipati Besar Kekaisaran dan Jenderal Pasukan Ekspedisi berjanji, jika bisa mendapatkan dukungan tanpa pamrih dari Kekaisaran Gurun, setelah perang usai, dia akan memperjuangkan tambahan dua kuota Ksatria Binatang Legenda untuk Kekaisaran Gurun. Sebelumnya, melalui ekspor Kadal Terbang ke Kekaisaran Amy, Kekaisaran Tentara Bayaran, dan Kekaisaran Xius, Kekaisaran Gurun bisa mendapatkan total 8 kuota dalam setiap Ujian Binatang Gaib. Jika angka ini bisa ditingkatkan 20%, sedikit demi sedikit akan menjadi banyak, sehingga kemampuan keseluruhan Kekaisaran Gurun akan meningkat. Afuti yakin, dengan mengorbankan ribuan unta untuk kesepakatan ini, pasti untung besar.
Bagi Chi Aotian, ini juga bukan hal yang terlalu sulit. Tambahan satu kuota mudah didapat dari Yang Mulia Hongshi. Untuk kuota kedua, keluarga wakil perdana menteri kekaisaran yang sudah membelot memiliki terowongan rahasia, seharusnya tidak sulit ditemukan. Chi Aotian berencana memanfaatkan ini.
Tentu saja, jika akhir perang adalah kehancuran besar kekaisaran... itu sudah bukan lagi urusan Chi Aotian.
Sebagai panglima Pasukan Ekspedisi, Chi Aotian secara bertahap mulai mempertimbangkan masalah dari posisi yang relatif tinggi. Meskipun tujuan awal ekspedisi ini adalah balas dendam pribadi, setelah aksi dimulai telah berubah menjadi tombak panjang yang menembus organ vital aliansi gereja, terus-menerus menyebabkan pendarahan internal besar dalam aliansi gereja. Dalam arti tertentu, sukses atau gagalnya Pasukan Ekspedisi mulai mempengaruhi seluruh perang. Jika Pasukan Ekspedisi benar-benar bisa membanjiri Ulu dengan darah, Gereja Suci akan kehilangan jubah perlindungan Dewa Utama, rakyat yang terikat dengan gereja akan mulai meragukan bahkan berkhianat, seluruh situasi perang... setidaknya dukungan rakyat di Benua Eminoll akan cepat beralih ke berbagai kekaisaran yang ada.
Ketika Chi Aotian dan Yang Mulia Afuti mencapai kesepakatan ini, beberapa perwira senior Pasukan Ekspedisi berada di belakang mereka. "Wakil Komandan semakin menampilkan gaya Jenderal Chi Hanfeng," kata Qing Luo dengan komentar yang tidak jelas apakah pujian atau celaan.
"Yang Mulia, apakah Anda yakin bisa mendapatkan cukup unta dan persediaan makanan di oasis ini?" Melihat pasukan yang telah memasuki oasis, Chi Aotian masih merasa tidak yakin dan kembali mengonfirmasi dengan Afuti.
“Tentu, Yang Mulia tak perlu khawatir. Kafilah besar memiliki hampir seribu unta. Jika bukan masa perang, di permata Turpan bahkan bisa terdapat puluhan ribu unta berpunuk dua.” Mata sipit Pangeran Afuti menyempit, nada bicaranya santai: “Anak-anak gurun punya lagu lama: Percayalah pada sahabatmu, seperti kau mempercayai tangan kirimu dan kananmu.”
Udara panas dan kering mengalir di permukaan gurun, mencuri tetesan air dari tubuh manusia sedikit demi sedikit. Para prajurit duduk diam di tempat teduh untuk menghemat energi, menunggu dengan sabar. Pengintai Kekaisaran Gurun berdiri di bukit pasir, mengawasi kabar dari Turpan dengan mata dan indra penciuman.
Tiba-tiba, hampir semua pengintai serentak memutar leher ke timur. Dua pengintai paling timur langsung melompat dari bukit pasir pada saat yang bersamaan.
“Laporan——Yang Mulia! Tiga asap sinyal hitam muncul di timur laut!” Wajah pengintai berpengalaman itu jelas menunjukkan keterkejutan.
Pasukan Ekspedisi tak memahami situasi, namun bisa melihat jelas kepanikan di wajah para perwira senior Kekaisaran Gurun. Beberapa Ksatria Kadal Pasir Binatang Gaib langsung memanggil tunggangan mereka, menerobos ke puncak bukit pasir tanpa aba-aba.
Kini, dari bawah bukit pasir pun terlihat benda hitam mengambang di kejauhan, kontras dengan langit biru.
Setelah mendapat konfirmasi kembali, Pangeran Afuti segera mengatur pasukan unta di bawah pimpinan perwira untuk bergerak ke timur. Kemudian, dia mengirim ksatria ke Turpan untuk memanggil semua perwira dan pejabat tentara bayaran. Akhirnya, dengan wajah yang sangat serius, Yang Mulia Sang Pangeran menjelaskan kepada perwira termasuk Chi Aotian: "Mohon maaf, Yang Mulia Jenderal Chi. Tiga asap sinyal hitam hanya memiliki satu arti... Ehm... Terjadi pergolakan besar di ibu kota Mumbai. Anda mungkin tidak tahu, sebelumnya Gereja Suci bajingan itu terus menyusup ke dalam Kekaisaran Gurun. Sudah ada pengkhianat yang ingin mengganti kesetiaan, jadi saya sangat khawatir..."
Setelah jeda, mata sipit Afuti memancarkan aura pembunuhan: "Kali ini saya ingin melihat berapa kepala yang dimiliki pengkhianat Yang Mulia Dewa Api ini. Namun karena ini, saya harus segera kembali ke ibu kota Mumbai. Saya akan meninggalkan beberapa perwira untuk memastikan Yang Mulia dan pasukan keluar dari gurun pasir besar. Tenang saja."
"Ha ha, Yang Mulia. Sebagai personel militer elit kekaisaran, bagaimana mungkin kami membiarkan sekutu kami dalam kesulitan? Kami bersedia kembali ke Mumbai bersama Yang Mulia untuk membantu menumpas pemberontakan! Meski tidak bisa membantu banyak, setidaknya kami bisa memberi dukungan moral." Tayang berdiri dengan tegas, wajahnya dipenuhi senyum lebar.
Yang lebih tak terduga, segera setelahnya Tuan Qing Luo juga berdiri menyatakan kesediaannya membantu Kekaisaran Gurun menumpas pemberontakan. Kurang dari satu detik kemudian, Tuan Su Wen mengangguk perlahan ke arah Chi Aotian.
Tiga kakek dari sistem yang sama sekali berbeda dengan total usia diperkirakan mencapai 1000 tahun ini, jika bersatu pasti mampu mengambil alih kendali Pasukan Ekspedisi.
"Untuk mendapatkan, harus memberi terlebih dahulu." Chi Aotian sepenuhnya memahami tujuan sebenarnya Tayang, Qing Luo, dan Su Wen.
Pasukan Ekspedisi saat ini dalam keadaan sangat kelelahan. Tanpa bantuan eksternal dan langsung kembali ke Dataran Bunga, jika gereja berhasil mengkonsentrasikan pasukan cukup besar, mereka tetap harus menghindari pertempuran habis-habisan dengan mengambil jalan memutar. Daripada mencari cara di padang rumput, lebih baik membantu Kekaisaran Gurun menumpas pemberontakan sekarang. Jika Pasukan Ekspedisi memainkan peran krusial, sebagai rasa terima kasih, Kekaisaran Gurun pasti akan mengirim pasukan elit.
Bahkan dalam skenario terburuk sekalipun, dengan membantu keluarga kerajaan menumpas pemberontakan berdasarkan prinsip moral, meski Kekaisaran Gurun akhirnya tidak mengirim pasukan, mereka pasti akan memberikan pasokan logistik yang cukup. Waktu ini juga bisa digunakan Pasukan Ekspedisi untuk memulihkan kekuatan guna pertempuran berikutnya.
Ekspresi terkejut di wajah Yang Mulia Pangeran Afuti segera berubah menjadi senyuman cerah.
Orang-orang di padang pasir paling menghargai kemampuan. Monster seperti Kadal Pasir di gurun jelas bernilai seratus lawan satu. Namun pasukan yang terlihat sudah di ujung tanduk ini ternyata mampu membunuh puluhan Kadal Pasir dengan korban tidak terlalu besar. Kekuatan tempur seperti ini pasti menjadi aset terbesar dalam menghadapi pemberontakan yang mungkin terjadi.
Kabar baik berikutnya segera menyusul. Di Turpan, mereka bertemu tiga suku gurun yang sedang menggiring unta. Para perwira menyita semua unta dewasa atas nama Raja Kekaisaran Gurun - total mencapai 5.000 ekor. Jumlah ini cukup untuk dialokasikan ke Pasukan Ekspedisi.
Setelah redistribusi tunggangan, dipandu oleh Pangeran Afuti, Pasukan Ekspedisi menghindari jalan raya utama dan bergerak diam-diam menuju ibu kota Kekaisaran Gurun, Mumbai.
……
Situasi berkembang lebih buruk dari perkiraan. Dari jarak 40 li di luar Mumbai, kota perahu gurun, para prajurit sudah bisa melihat kepulan asap hitam membubung tinggi, menyelimuti separuh langit bagai tirai kelam!
Berdasarkan pengalaman, hanya kebakaran kota besar yang bisa menciptakan pemandangan "megah" seperti ini. Wajah para perwira Kekaisaran Gurun pucat bagai pasir, sementara Tayang menjilat bibirnya penuh semangat seolah melihat tumpukan emas, sambil terus mengeluarkan suara decak kagum.
Setelah menempuh perjalanan hampir 10.000 li di Dataran Bunga, Chi Aotian telah mengembangkan ketenangan yang jarang dimiliki remaja sebayanya. Pemuda Berbaju Hitam itu menahan bahu Pangeran Afuti yang sedang menggoyang tali kekang: "Yang Mulia, apakah Anda berniat memimpin seluruh pasukan untuk 'menerobos masuk' ke Kota Mumbai?"
"Ada masalah?" Sorot mata sempit Afuti berkedip penuh kecurigaan.
"Dengan membawa ksatria berbaju besi masuk ke Mumbai, tidakkah Yang Mulia khawatir memicu kesalahpahaman? Lagipula, apakah Yang Mulia yakin pasukan kavaleri bisa mengalahkan infanteri di wilayah perkotaan?"
Para perwira Pasukan Ekspedisi saling pandang, beberapa mulai menggeleng pelan. Jelas, kata-kata yang awalnya terdengar menusuk justru menyembunyikan niat baik.
Ancaman terbesar bagi seorang kaisar adalah penguasa daerah yang terlalu kuat, bahkan jika itu adalah keluarga sendiri. Membawa 10.000 ksatria - separuhnya dari kekaisaran lain - bisa menjadi tuduhan berat. Sekali tersandung skandal, semua jenderal pengirim pasukan bisa dipenggal. Yang lebih masuk akal bagi para perwira: di gang sempit berasap, efektivitas kavaleri sangat terbatas. Musuh dengan separuh pasukan infanteri atau pemanah saja cukup untuk menghabisi 10.000 ksatria ini.
Keringat dingin mengucur di tubuh Afuti yang segera menyadari kesalahan: "Jenderal Chi, apa saran Anda?"
“Saran yang bagus?” Chi Aotian ragu sejenak, lalu dingin menolak tanggung jawab yang seharusnya bukan bagiannya: “Yang Mulia, kami adalah pasukan tamu. Tidak pantas bagi kami untuk banyak bicara. Tapi jika Anda membutuhkan bantuan kami, jangan sungkan.”
Beberapa perwira paruh baya saling bertukar pandang dengan mata sipit mereka, akhirnya salah seorang maju: “Yang Mulia Da, pertimbangan Jenderal Chi memang sangat komprehensif. Kita harus menempatkan pasukan di pinggiran kota, lalu mengirim orang ke dalam untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi? Mungkin Baginda Raja sedang mengirim pasukan untuk meredakan kerusuhan.”
Perkataan ini mengandung unsur hiburan. Melihat kekacauan yang terjadi, skala kerusuhan Mumbai kali ini jelas tidak kecil.
“Ah—” Afuti tahu harus berhati-hati. Tidak membuat kesalahan adalah pilihan terbaik saat ini. Tapi sebagian besar keluarganya pasti berada di Mumbai, di momen genting ini dia tidak bisa diminta untuk tetap tenang. “Begini saja, aku akan memimpin pasukan pengawal langsung ke istana untuk menemui ayahanda. Kalian tunggu di sini. Jika ada masalah, akan kukirim Ksatria Kadal Pasir untuk memberi kabar.”
“Yang Mulia, ini sangat tidak tepat. Anda adalah penerus pertama suku, sekaligus pewaris takhta. Pria terhormat tidak duduk di bawah atap yang hampir runtuh. Bagaimana Yang Mulia bisa memasuki tempat berbahaya?”
“Benar, Yang Mulia. Hamba bersedia masuk ke Mumbai untuk mencari informasi.”
“Yang Mulia, mohon pertimbangkan kembali...”
"Untuk usulan Afuti ini, hampir semua perwira menentangnya. Alasan utama mempertahankan kekuatan tempur pasukan ini adalah status Pangeran sebagai ahli waris pertama. Di sisi lain, bahkan jika seluruh keluarga kerajaan gugur, selama Pangeran masih hidup, panji pemberontakan masih bisa dikibarkan dan suku-suku setia tetap akan mengabdi padanya. Jika pemberontak di kota benar-benar unggul, tindakan ini sama saja dengan menjerumuskan Pangeran ke telapak tangan harimau. Lagipula, kekuatan tempur Afuti memang tidak sebanding dengan Pangeran Raman. Jika benar ada pahlawan super di pihak musuh, meski dengan bantuan Kadal Pasir, belum tentu Afuti bisa keluar dari kota dengan selamat."
Meski para jenderal malu mengatakannya, ekspresi wajah mereka telah mengungkap rahasia.
"Sebagai tamu, tidak sopan jika tidak menghadap tuan rumah di wilayahnya. Yang Mulia Pangeran, mohon antarkan hamba menghadap Baginda Raja. Tetua Qing Luo, apakah Anda bersedia masuk bersama saya?" Chi Aotian menyela dengan nada dingin dari luar kerumunan.
"Kalau begitu tambahkan aku juga." Tayang merobek ikat kepala hingga memperlihatkan kepala botaknya yang bulat, dengan senyum penuh kelicikan.
Oh? Ternyata bisa seperti ini? Para perwira Kekaisaran Gurun menunjukkan ekspresi aneh antara gembira dan khawatir.
Kemampuan tempur Chi Aotian dan Qing Luo memang menjadi perhatian umum. Ditambah dengan seorang pastor aneh yang bisa memanggil monster kuno, secara kekuatan, jangankan Kota Mumbai, bahkan Skambray pun takkan bisa menghentikan mereka. Namun situasi dalam kota saat ini belum jelas. Kekuatan sebesar ini jika sampai... akhirnya digunakan terhadap Yang Mulia dan keluarga raja... bahkan tak akan ada kesempatan untuk menyesal.
Pada dasarnya, hubungan dengan Pasukan Ekspedisi Chi Aotian masih terlalu dangkal. Siapa yang bisa menjamin bahwa pemberontak di dalam kota sama sekali tidak berhubungan dengan mereka? Pandangan tidak percaya beredar di antara perwira senior Kekaisaran Gurun.
Kebanyakan manusia yang pertama kali melihat Kota Mumbai yakin bahwa yang mereka lihat hanyalah "fatamorgana" langka. Bagaimana mungkin ada kota setinggi ini di tengah gurun pasir besar yang luas?
Keliling Kota Mumbai mencapai 20 li. Tembok kota rata-rata setinggi 13 meter, dengan bagian tersempit selebar 6 meter. Terdapat 9 gerbang kota utama, di mana Gerbang Jiuyang di utara setinggi 46 meter dan Gerbang Shaoyang di selatan 43 meter. Kedua gerbang ini masing-masing memiliki 201 lubang panah besar-kecil.
Kota Mumbai memiliki julukan paling terkenal - Kota Tak Pernah Malam!
Kota Mumbai adalah kediaman Yang Mulia Dewa Api di bumi - sejarahnya telah ribuan tahun. Kuil Pemuja Api seluruhnya terendam dalam lautan elemental api merah. Di seluruh kota, termasuk sepanjang 20 li tembok kota, setiap puluhan meter terdapat pilar api tinggi. Kobaran api membubung dari pilar-pilar ini, tak pernah padam sepanjang tahun.
Dalam sejarah, satu-satunya kota Ulu lain yang dipilih Dewa Utama sebagai tempat kediaman-Nya sebenarnya adalah peristiwa yang baru terjadi belakangan ini.
——《Kota Bersejarah di Dunia*Mumbai》
