Personel militer adalah kelompok yang paling percaya pada kemampuan di dunia ini. Sebag besar perwira terbiasa menggunakan kemampuan atau lebih konkretnya kekuatan fisik untuk menyelesaikan semua masalah.
Menghadapi daerah tidak stabil seperti Sungai Sanggan, sebagian besar jenderal akan mengikuti saran Tuan Delaware dengan menggunakan metode keras seperti represi, jam malam, dan larangan keluar untuk dalam waktu singkat mengeksekusi para pengacau yang berani muncul, sekaligus menanamkan rasa takut di hati lebih banyak rakyat: Hidup dalam ketakutan atau muncul dan jadi korban pembantaian!
Untungnya, Jenderal Lei Badun yang berasal dari keluarga birokrat kekaisaran bukanlah komandan berpikiran sempit itu. Lei Badun tidak pernah mengenyam pendidikan formal maupun sekolah ksatria, namun ini tidak menghalanginya meraih julukan "Raja Singa Tak Terkalahkan yang Memimpin Domba Berperang" dalam Perang Para Dewa.
Selama dua minggu setelah menjabat, kediaman resmi jenderal sama sekali tidak mengeluarkan perintah apapun. Seluruh operasional di kawah vulkanik ini hanya mengandalkan inersia birokrasi Sungai Sanggan. Earl Lei Badun yang berusia 30-an tahun hanya memandang dingin segala kejadian di kota ini.
Dua minggu kemudian, Yang Mulia Jenderal mengirim orang untuk mengevakuasi orang tua, anak-anak, dan wanita di kota-kota besar sepanjang jalan raya ke pedesaan. Alasan resminya sederhana: Yang Mulia Jenderal tidak ingin pertempuran yang akan datang menimbulkan kerusakan terlalu besar pada warga sipil. Setelah Perang Para Dewa, sebagian besar perwira terkemuka berpendapat bahwa tindakan Lei Badun ini terutama bertujuan untuk mendapatkan kelompok "sandera" dalam jumlah besar - tentu saja tentara lokal memiliki kerabat, dengan cara ini memutus kemungkinan desersi personel militer.
Segera setelah itu, Jenderal memindahkan pasukan dengan semangat juang yang sangat tidak stabil ke daerah pegunungan Meixisi secara sekaligus. Pada periode yang sama, dari wilayah kekuasaan keluarga Delaware direkrut ksatria bangsawan yang sangat loyal. Semua kelompok tentara bayaran di bawah Level C di wilayah pertahanan Sungai Sanggan dibubarkan dan direorganisasi. Dengan ksatria keluarga dan mantan pejabat tentara bayaran sebagai tulang punggung, empat formasi pasukan setara batalyon baru dibentuk. Dengan perubahan ini, jumlah pasukan reguler di Zona Pertempuran Sungai Sanggan melonjak 5000.
Dalam proses membangun kembali tatanan yang stabil, satu-satunya kali Lei Badun menggunakan pasukan militer adalah untuk menghadapi para pedagang di wilayah Sungai Sanggan. Sebagai daerah komersial paling maju di kekaisaran, para pedagang tidak hanya kaya tetapi juga memiliki pasukan bersenjata sendiri. Bahkan beberapa kelompok tentara bayaran hanyalah julukan untuk pengawal pedagang.
Lei Badun mengambil tindakan terhadap pedagang dengan dua tujuan: pertama untuk mengumpulkan dana militer, kedua untuk menghilangkan kekuatan bersenjata yang berpotensi tidak stabil di wilayah kekuasaannya.
Menurut laporan dari para penjaga kota di berbagai daerah, setelah memasuki keadaan perang, para pedagang sangat terpengaruh. Keluhan mereka tidak sedikit, tentu saja sebagian besar ditujukan pada Kekaisaran Mianyang.
100 lebih kelompok dagang menengah-besar dibubarkan secara paksa oleh jenderal dengan tuduhan "kemungkinan berkolaborasi dengan musuh". Pasukan pengawal kelompok dagang seluruhnya dibubarkan dan ditambahkan ke pasukan pengawal kota, sementara para pedagang besar dikirim ke pegunungan utara untuk melakukan kerja paksa hingga perang berakhir.
Sejujurnya, ini bukan berarti Tuan Lei Badun kejam. Dalam sejarah, kelas pedagang terkenal sebagai "pengejar keuntungan yang melupakan moral". Banyak contoh pedagang yang mengkhianati negara untuk mencari keuntungan besar, bahkan ada orang kaya yang memimpin pasukan pengawalnya sendiri mengeksekusi personel militer yang bertahan di kota dan menyerahkan kota. Praktek Lei Badun ini mendapat pengakuan luas dari militer serta kalangan bangsawan baru yang muncul.
Setelah memperoleh dana militer dalam jumlah besar, selain sebagian kecil dikirim ke Ibukota Skambray, Lei Badun segera mencari kesempatan untuk membagikan uang kepada prajurit: Tanggal 15 bulan pertama menonton lampion, bagikan uang; Tanggal 2 bulan kedua Naga Mengangkat Kepala, bagikan uang; Bulan ketiga... Tanggal 8 Maret adalah Hari Perempuan, bagikan uang; 1 April Hari April Mop, bagikan uang... Jika benar-benar tidak ada hari raya, Yang Mulia Jenderal akan mengadakan kompetisi kecil-kecilan di mana semua peserta menerima bonus...
Hanya dalam waktu setengah tahun lebih, dompet para prajurit muda yang sebelumnya kempes kembali mengembung seperti balon yang ditiup. Memanfaatkan kesempatan ini, Lei Badun mulai memindahkan kembali pasukan elit yang sebelumnya dipindahkan dalam skala regu, kemudian membuka jalan dengan uang. Kecuali sebagian pasukan yang benar-benar setia pada Kaisar Hongshi, cukup banyak pasukan mulai secara subjektif menerima jenderal yang penampilannya mirip farmer pegunungan ini.
Meskipun Lei Badun telah mengubah situasi ambivalen di wilayah pertahanannya dalam waktu sekitar setahun, ketika mengetahui bahwa yang datang dari jauh ternyata adalah Pasukan Bayaran Kecil yang baru saja mengalahkan Marsekal Da Hainuo, dengan pimpinan pasukan adalah Amy, Yang Mulia Jenderal sampai gemetar menjatuhkan kendi air.
Sebagai perwira senior kekaisaran, Lei Badun sangat memahami beberapa pertempuran klasik yang dipimpin oleh Tuan Aimi dalam dua tahun terakhir.
Jangan lihat Chi Aotian yang menjelajah ribuan li di Dataran Bunga, menaklukkan puluhan kota secara berturut-turut, sempat membuat Legiun Kavaleri Berdarah Kuda kalang kabut, dengan jumlah pemenggalan kepala mencapai ratusan ribu. Lei Badun sama sekali tidak menganggap penting Pasukan Ekspedisi Chi Aotian, itu sepenuhnya mengandalkan mobilitas superior pasukan ekspedisi. Tanpa berlebihan, perwira manapun yang menggunakan ksatria ringan sebagai pasukan utama sejak awal, memahami cara pengumpulan perbekalan, dan berani menggunakan strategi "menggunakan perang untuk membiayai perang" sambil memanfaatkan kesibukan Legiun Utama Farnorth di berbagai front, pasti bisa melakukan pembersihan besar-besaran ribuan li di Dataran Bunga. Keunggulan Chi Aotian hanya terletak pada kekuatan tempur yang lebih dahsyat, tidak lebih dari itu.
Sebelumnya, yang ditunjukkan Amy bukanlah sekadar keberuntungan. Pertempuran Pulau Xilin, Pertempuran Pelabuhan Duan Bing, Pertempuran Kelesit, Pertempuran Kota Hamburg - setiap operasi militer ini dilakukan dalam kondisi terburu-buru. Musuh yang dihadapi semuanya adalah jenderal-jenderal paling terkenal, lawan yang telah mempersiapkan diri bahkan sejak lama memasuki pos penyergapan. Setiap peperangan bisa disebut sebagai pertempuran sengit berdarah, namun hasil akhirnya selalu dimenangkan oleh pihak yang lebih lemah.
Memenangkan satu pertempuran dengan jumlah pasukan lebih sedikit mungkin bisa disebut keberuntungan. Tapi berhasil memenangkan 4 pertempuran berturut-turut jelas bukan lagi soal keberuntungan. Jenderal seperti ini telah melampaui kategori jenderal pemberani, jenderal bijaksana, jenderal harimau, atau jenderal perkasa. Menurut informasi Lei Badun, dalam 1000 tahun terakhir, tidak ada jenderal kedua yang menunjukkan kekuatan tempur begitu mengerikan bahkan menakutkan seperti ini.
Yang lebih menyiksa Lei Badun adalah, menurut intelijen terbaru dari Skambray, kekuatan yang kini bisa dikomandoi Amy telah melampaui pasukan elit yang terkonsentrasi di Wilayah Pertempuran Sungai Sanggan. Terutama dengan adanya beberapa ekor Naga Raksasa... Ah... Intelijen terbaru ini sayangnya datang terlalu terlambat. Tentang kemampuan beberapa Ksatria Naga ini, mungkin Wilayah Pertempuran Sungai Sangganlah yang sekarang paling memahami. Angka-angka berdarah itu jelas terpampang di sana. Setiap teringat hal ini, Lei Badun hanya bisa tersenyum getir.
Memikirkan seorang perwira hebat seperti itu yang terus mengawasi wilayah pertahanannya, Lei Badun selalu merasa gelisah. Dengan wilayah pertahanan yang begitu luas, di kota mana Amy akan melancarkan serangan pertama? Beberapa hari terakhir ini, Lei Badun kerap berdiri di depan peta militer skala 1:50.000 sambil menatapnya selama satu sore penuh.
Kota-kota di utara Sungai Sanggan umumnya berjajar membentuk garis lurus sepanjang sungai, dengan 3 jalan raya utama yang saling bersilangan menghubungkan mereka seperti rantai. Untuk mencegah musuh memanfaatkan jalan raya untuk pergerakan cepat, selama dua minggu terakhir Lei Badun membangun benteng setiap 10.000 meter di sepanjang jalan raya. Setiap benteng ditempati ratusan personel militer dan dilengkapi katapul, busur silang, serta peralatan perang lainnya. Menurut perkiraan paling konservatif, dalam serangan konvensional, setiap benteng bisa bertahan setidaknya satu hari. Waktu satu hari itu cukup untuk memungkinkan pasukan penjaga dari minimal dua kota memberikan bala bantuan.
Dengan kemampuan Pasukan Bayaran Kecil saat ini, mustahil bagi mereka untuk menaklukkan kota demi kota. Jika memaksakan diri menyerang tiga kota beserta benteng sekitarnya, pasukan ini akan kehabisan tenaga untuk melanjutkan pertempuran. Kekhawatiran terbesar Lei Badun adalah kemungkinan Pasukan Bayaran Kecil menggunakan beberapa Kesatria Naga untuk menyerang mendadak suatu kota, menghancurkan pasukan penjaga, merusak pertahanan kota, lalu mundur cepat. Atau, Amy mungkin mengerahkan pasukan yang ada untuk mengepung suatu kota sambil menyiapkan penyergapan terhadap bala bantuan - taktik khas gaya tentara bayaran Amy.
Dalam keadaan terpaksa, Lei Badun mengerahkan semua pengintai yang bisa dikirim serta beberapa Ksatria Binatang Legenda dari pasukannya. Mereka diperintahkan untuk mengawasi setiap gerak-gerik Pasukan Bayaran Kecil siang dan malam tanpa henti. Untuk mencegah serangan mendadak Ksatria Naga, setiap kota dipersenjatai dengan asap sinyal dalam jumlah besar. Begitu ada serangan udara, asap beracun ini akan segera dinyalakan - satu-satunya cara efektif untuk mengusir Naga Raksasa menjauh dari perkotaan. Selain itu, wilayah pertempuran Sungai Sanggan juga memanfaatkan busur silang besar dan ketapel perang kecil yang sebelumnya sudah terpasang. Meski panah busur berat belum tentu mematikan bagi Naga, namun jika mengenai sang Ksatria Naga secara kebetulan, akibatnya sudah bisa dipastikan. Setiap kota dilengkapi dengan persediaan panah busur dalam jumlah tertentu.
Ketika Amy masih berjarak 200 li lebih dari Wilayah Pertempuran Sungai Sanggan, para pengintai Sungai Sanggan hampir tidak percaya dengan apa yang mereka lihat - apa maksud pasukan bayaran berbaju putih ini? Legiun yang bergerak dengan kecepatan 80 li per hari ini tiba-tiba berhenti total selama 5 hari setelah mendirikan kemah. Apakah mereka berencana berlibur di tepi utara Sungai Sanggan?
Yang lebih membuat para pengintai terkejut adalah, para prajurit bayaran muda ini bahkan mendirikan pos pemeriksaan di jalan raya. Setiap rombongan pedagang yang melintas wajib membayar berbagai biaya seperti: biaya tol jalan nasional, biaya pemeliharaan jalan, biaya penggunaan kendaraan, biaya penyusutan pos tol, pajak bahan bakar, hingga biaya pembuatan lisensi pemeliharaan anjing. Tingginya tarif yang dipatok sungguh mencengangkan - biaya untuk melintaskan seekor keledai saja bisa setara harga seekor kuda perang, sementara pajak untuk sebuah kereta kuda bahkan setara harga seekor gajah. Setiap hari terjadi keributan di pos-pos ini akibat tingginya pajak, baik dari pedagang maupun tentara bayaran, namun hal ini tidak menghentikan Pasukan Bayaran Kecil dari praktik pemerasan mereka.
Menurut kesaksian rombongan pedagang yang akhirnya membayar mahal untuk melintas, petugas pajak di pos-pos ini lebih kejam daripada petugas kebersihan kota (petugas pengelola kebersihan dan ketertiban jalan di kota-kota kekaisaran). Mereka merampas barang bagus apa pun yang terlihat. Dalam percakapan antar prajurit bayaran kecil, tersirat pemikiran berikut:
"Selama masih menjadi biksu, kita harus membunyikan lonceng setiap hari. Kini ketika pasukan bayaran menjadi kekuatan pertahanan utama di utara kekaisaran, kewajiban kita hanya dua: berperang dan mencari uang. Berperang dan menang sekarang tampak sulit, jadi lebih baik kita fokus pada kewajiban kedua agar setelah perang tidak dituduh menganggur."
"Komandan Resimen Amy berkata, untuk memenangkan pertempuran kita harus punya pasokan logistik yang memadai. Untuk punya pasokan memadai, kita harus punya uang... Kalau tidak memasang pos pajak, dari mana uang datang? Tak ada uang bagaimana menang perang? Kalau tak bisa menang, buat apa berperang? Komandan bilang ini namanya materialisme dialektis, nah... nah... istilah ini, sungguh mendalam."
"Karena tak bisa menghancurkan total wilayah pertempuran Sungai Sanggan dari depan, Tuan Regu dengan visi jauh ke depan membuat keputusan bijak - kita akan mengeringkan kolam, menguras air sampai habis agar bajingan-bajingan di wilayah Sungai Sanggan kelaparan, baru kita kalahkan mereka. Kalian kafilah dagang ini membawa banyak barang bagus, jelas-jelas mencurigakan membantu musuh. Lebih baik sumbangkan untuk Kekaisaran, nanti kami beri medali penghargaan besar."
Beberapa kelompok pengintai mencoba menyelidiki aktivitas para tentara bayaran ini dengan menyamar sebagai pedagang masuk ke pos pemeriksaan. Hasilnya... entah bagaimana, baru masuk pos dan bicara beberapa kalimat langsung ketahuan identitas. Mereka langsung dijebloskan ke penjara narapidana hukuman mati. Untung beberapa ahli pengintai berhasil kabur, sejak itu tak ada lagi pengintai yang berani mendekati pasukan tentara bayaran serakah ini.
Berita serupa sampai ke tingkat perwira menengah-tinggi pemberontak, langsung mendapat pemahaman yang relatif konsisten: Komandan Resimen Amy adalah murid langsung Jenderal Chi Hanfeng, dulu pernah mencuri rumput di kepala Yang Mulia Hongshi. Orang seperti ini sampai di Sungai Sanggan jika tidak menggasak habis-habisan justru bertentangan dengan logika.
Earl Lei Badun juga tidak mengerti apa yang ingin dilakukan Amy. Namun, mengingat kehati-hatian Tuan Earl, semakin tidak dimengerti, semakin khawatir ada jebakan, lebih takut terjebak strategi "mengelabui harimau meninggalkan gunung" musuh. Hanya berpegang pada satu keyakinan: Kau punya seribu trik licik, aku tetap bertahan mati-matian. Tuan Earl harus benar-benar memahami taktik Amy sebelum berani merespons. Meski pasif, cara ini menghindari kerugian besar.
Pikiran Earl... selalu tidak pernah salah. Sayangnya, orang seperti Amy... yang biasa tidak mengikuti aturan main ini akan bertindak bagaimana?
Memasuki musim gugur, di malam sejuk, wilayah Sungai Sanggan sudah mulai merasakan hawa dingin kering musim dingin yang menderu mendekat dari kejauhan. Pagi hari, di hulu sungai kerap terlihat embun beku.
Di luar Kota Hanyang, prajurit yang sedang bertugas berdiri gemetaran di tanah beku, menghentakkan kaki yang sudah mati rasa. Menjadi prajurit paling takut tugas jaga. Sekarang masih lumayan, beberapa hari lagi saat salju turun dengan desisan keras, tangan yang memegang gagang tombak baja mungkin akan membeku melekat.
Matahari telah naik setinggi satu tiang, semakin banyak pejalan kaki dan pedagang di jalan raya.
Mendekati tengah hari, debu beterbangan di kejauhan jalan raya. Prajurit yang sedang bertugas mulai siaga, menyipitkan mata untuk melihat lebih jelas. Dari balik debu yang beterbangan, muncul...
"Bahaya——Laporkan ke komandan batalyon——" Komandan kompi menggeser antrian pemeriksaan, bersama 40 lebih personel militer segera menutup gerbang kota. Pasukan ini merupakan gabungan dari batalion pendekar Wilayah Pertempuran Sungai Sanggan dan pasukan elit, kewaspadaan mereka sangat tinggi. Dalam sekejap, tembok kota dipenuhi prajurit lengkap bersenjata.
Para pedagang berhamburan ke samping. Senjata tak pandang bulu, jika perang pecah, ribuan prajurit di kota akan melesatkan ratusan ribu Bulu Panah. Mustahil selamat jika tetap di dekat kota, bahkan nyaris pasti meregang nyawa. Pedagang mengamati dari jarak aman, menyipitkan mata memandang para ksatria yang melesat tak terkendali dari kejauhan jalan raya dengan sikap arogan.
Seragam mereka... seperti... pakaian tradisional Legiun Farnorth sekutu dari Wilayah Pertempuran Sungai Sanggan? Pedagang menghela nafas lega. Beberapa tentara bayaran berani mengendalikan tunggangannya mendekati pasukan dari samping, ingin memastikan.
Ternyata benar, itu adalah personel militer Farnorth. Di barisan terdepan ada seorang perwira ksatria bertubuh tinggi besar, berhidung besar seperti bawang, rambut dan janggut seperti singa, anggota badan sangat kekar. Sekilas terlihat, perwira ini pasti perwira ork dari Legiun Farnorth. Di belakang tunggangannya, berkibar-kibar sehelai bendera yang tertiup angin.
Mengapa regu kecil yang hanya berisi ratusan orang ini memiliki bendera? Dalam ingatan prajurit penjaga kota, hanya pasukan dengan resimen 1000 ke atas yang memiliki bendera khusus. Di peta Sekolah Ksatria Kekaisaran, semua kota dan posisi strategis ditandai dengan dua huruf. Huruf pertama berwarna biru menunjukkan tingkat kekokohan tembok kota, sedangkan huruf merah di belakang menunjukkan pentingnya tempat tersebut secara strategis.
Tingkat penilaiannya sama, tertinggi Level S dan terendah Level E.
Sebagai contoh beberapa kota penting di Benua Eminoll: Skambray SS, Kota Hamburg SA, Ulu CA, Pulau Xilin ED, Pelabuhan Duan Bing DC, Kota Hanyang BA.
Setiap kota atau kastil yang memiliki salah satu kriteria di atas Level B disebut posisi strategis regional. Sedangkan kota yang memiliki kedua kriteria di atas Level B disebut 'tanah empat perang'.
——《Shan Hai Jing * Diskusi Kota》
