Musim gugur tahun ke-6 Kalender Sihir. Ling Yun, Huerdu, dan Balbas memimpin Legiun Kerangka menyerbu markas besar pasukan sekutu Kaisar Barat. Untuk pertama kalinya, tiga jenderal paling berpengaruh di bawah komando Chi Aotian menunjukkan bakat perang mereka! Saat itu, ketiganya tidak menyadari konsekuensi yang mereka timbulkan bagi pasukan sekutu Kaisar Barat.
Makhluk abadi, pasukan arwah, spesies jahat penghisap jiwa...
Dari semua kata benda ini, setiap satunya mampu membuat orang dewasa berimajinasi liar di tengah malam... Setiap ras, memiliki ketakutan yang berasal dari kedalaman jiwa terhadap yang telah mati. Ketakutan ini tidak terpengaruh oleh keberanian, kecerdasan, atau faktor lain. Termasuk anggota suku Ork setengah darah, manusia serigala, manusia beruang yang memiliki keberanian terkuat sekalipun, ketika di siang bolong melihat pasukan kerangka tak berujung yang berdiri gemerisik dari semak-semak, tetap tidak bisa mengendalikan saraf mereka dengan efektif.
Yang Mulia Jenderal Norton, Panglima Kelompok Perang Dataran Bunga Farnorth, mendengar desisan nafas dingin dari para Komandan Legiun di depan dan belakangnya. Yang membuat perwira ulung Ork setengah darah yang sederhana ini memerah telinganya adalah keyakinannya bahwa dirinya pun tanpa sadar telah menarik nafas dingin, dan pasti juga mengeluarkan suara serupa seperti yang lain.
Secara logika, Norton dan para Komandan Legiun seharusnya tidak bereaksi berlebihan. Setelah Konfrontasi para Dewa di Kuil Langit, Yang Mulia Paus dan Yang Mulia Reynold telah menyebutkan secara implisit peristiwa di selatan Dataran Bunga, tentu juga menyebutkan kemunculan ribuan personel militer tengkorak dalam konfrontasi tersebut.
Namun, termasuk Yang Mulia Paus dan semua pejabat tinggi, dengan "baik hati" meyakini: Malaikat Maut yang berani menantang Dewa Cahaya dan Dewa Perang hingga merusak hubungan, tentu satu-satunya tujuan adalah merebut kuil megah itu. Yang Mulia Paus menghibur para rohaniwan senior: "Insiden memprovokasi Malaikat Maut ini karena kecerobohan kita. Saat membangun kuil, kita mengubur terlalu banyak mayat. Semua dekorasi di depan kuil menggunakan tulang manusia. Awalnya ingin memberikan kehidupan abadi pada pemuja melalui berkah Dewa Utama, tapi aura negatifnya terlalu kuat, wajar Malaikat Maut tertarik. Karena Dewa Cahaya dan Dewa Perang sudah bermurah hati, kita sebagai hamba tidak boleh pelit."
Sebagian besar uskup agung berbaju merah menyaksikan kejadian saat itu. Tentu mereka tahu seberapa bisa dipercaya "kemurahan hati" dalam perkataan Paus. Namun semua orang "benar-benar" yakin, demi menguasai kuil megah selamanya, Malaikat Maut pasti meninggalkan semua personel militer tengkorak di sana. Gereja bahkan mengeluarkan perintah internal: Larangan keras pasukan mana pun mendekati area 10 li sekitar kuil.
Tiga orang bisa menciptakan harimau. Secara sengaja atau tidak, termasuk perwira senior seperti Norton, Merton bahkan Staf Markas Besar Kaisar Barat menerima pandangan ini. Tak ada yang pernah membayangkan, pasukan abadi ini akan muncul di medan perang lain di Benua Eminoll.
Seberapa besar kekuatan tempur prajurit tengkorak? Tidak ada yang tahu jawaban dari pertanyaan ini.
Norton yang telah melalui ratusan pertempuran saat ini pikirannya kacau balau! Sebagai Jenderal Yang Tak Terkalahkan, mungkin tidak ada yang lebih memahami prinsip dasar strategi militer "Kenali dirimu dan musuhmu, maka kau takkan terkalahkan dalam seratus pertempuran" daripada mereka. Lalu... menghadapi prajurit tengkorak, pasukan mana dan berapa jumlah pasukan yang harus dikerahkan untuk menghancurkan lawan sekaligus? Di tahun ke-6 Kalender Sihir, pertanyaan ini tidak hanya tidak bisa dijawab oleh Norton, tapi juga oleh semua panglima perang manapun.
Masalah lain yang membuat Norton tidak leluasa adalah - saat mengatur kemah besar, sama seperti Merton, dia menempatkan semua pasukan elit di sisi utara, sedangkan wilayah selatan sepenuhnya diisi oleh prajurit manusia dengan kekuatan tempur relatif lemah. Kini, di bawah pengawasan langsung Norton, tentu saja dia menyadari bahwa para prajurit manusia ini berkulit pucat pasi, dengan sebagian besar di antaranya gemetar di bagian paha.
Jika masalah rumit ini muncul dalam latihan militer Farnorth, bahkan dengan pemberitahuan sebelumnya, Norton setidaknya perlu memeras otak selama lebih dari satu shichen untuk menemukan solusi yang relatif aman.
Untunglah, Ksatria Naga yang masih muda tidak terlalu menyusahkan otak Norton—Tombak Ksatria Naga berwarna emas-merah teracung tinggi, Naga Raksasa menerima perintah baru. Dari mulut naganya yang besar, terdengar suara tawa gembira. Tiga bola Naga Api beruntun melesat... Dengan raungan mengerikan, bola Naga Api terus-menerus menghujam tembok tanah di sisi selatan Kemah Besar Norton. Tembok setinggi 2 meter itu bergoyang sejenak, lalu dengan tegas runtuh berdebum!
Di balik semak-semak, prajurit tengkorak putih salju mengeluarkan bunyi gesekan gigi yang penuh semangat antara rahang atas dan bawah. Mengayunkan pedang panjang di tangan, satu per satu mereka menerobos parit selebar 5 meter...
"Tembak!" Suara komandan resimen yang sedang bertugas di sisi selatan Kemah Norton berubah aneh.
Prajurit yang panik hanya sedikit yang menuruti perintah ini. Anak panah yang tersebar melesat di udara dengan desiran angin. Dari jarak kurang dari 100 meter, anak panah hampir seketika menancap di tengah gelombang prajurit tengkorak. Dengan mudah, anak panah menembus tubuh kerangka, tergantung goyah di badan prajurit tengkorak...
Tengkorak yang tertembus sama sekali tidak terpengaruh. Dengan masih menancap anak panah, mereka melompati parit segesit Serigala Salju.
Apakah... para tengkorak ini tak bisa mati ditembak? Pikiran frustrasi mengambang di benak prajurit manusia.
“Tembak! Cepat tembak!” Komandan resimen ksatria yang berada di punggung kuda menyadari keanehan pada prajurit di bawahnya. Apakah serangan efektif atau tidak, tidak menyerang pasti tidak ada hasil. Sebagai perwira senior tentu memahami logika ini. Dada komandan resimen membara amarahnya, tangannya mengerahkan kekuatan penuh. Cambuk kuda hijau kebiruan diayunkan tinggi lalu dihempaskan keras, plak... plak... Dua prajurit yang terdiam di depan kepala kuda langsung terpelanting oleh cambukan ksatria.
Swoosh... swoosh... Panah berbulu putih dan abu-abu dengan cepat menenun jaring di udara. Setelah beberapa tarikan napas, resimen 1000 centaurus ditarik dari tengah kemah besar. Busur panjang besar 1,6 meter～1,8 meter mengeluarkan suara khas tali busur yang meredam. Dari jarak kurang 100 meter, anak panah ditembakkan secara horizontal bagai hujan badai yang menghantam tubuh prajurit tengkorak.
Prajurit tengkorak yang paling depan dipenuhi panah seperti landak. Anak panah panjang pemanah centaurus bahkan menembus dua prajurit tengkorak sekaligus. Namun meski demikian, tengkorak yang telah berubah abu-abu ini masih terus maju dengan gigih. Tengkorak yang tertembus bersama-sama memotong tangkai panah dengan pedang, tengkorak yang tengkoraknya tertembus mematahkan bulu panah dengan tangan...
"Tuan Norton, biar kami yang menangani." Komandan Pasukan Ksatria Kuil, Ksatria Suci John, melambaikan tangan membuka status bisu dirinya sendiri, berkata dengan nada sangat tenang.
Norton melihat beberapa perwira senior Pasukan Ksatria Kuil di depannya, terkejut sejenak.
"Apa yang dilakukan orang-orang ini?" Gumam Norton dalam hati tanpa mengucapkannya.
Ksatria Suci, Ksatria Saint, Jenderal Perang Suci, Pendekar Pedang... dan Saint. Di Pasukan Ksatria Kuil, memang ada beberapa perwira senior dengan gelar "Santo" dalam nama jabatan mereka. Norton tak pernah benar-benar memahami asal-usul mereka, dan gereja juga sepertinya tak ingin orang lain mengetahuinya. Konon, para perwira senior ini adalah orang-orang yang diberkati dewa, mereka bisa mendapatkan kekuatan ilahi tanpa perlu melakukan kidungan.
Mereka memang memiliki kekuatan tempur yang melebihi pahlawan biasa. Bahkan... Norton tak yakin apakah 4-5 prajurit manusia beruang yang gagah berani bisa mengalahkan seorang perwira senior berjuluk 'Santo'. Norton pernah menyaksikan sendiri seorang berserk bergelar Santo merobohkan 15 prajurit manusia hanya dalam satu tarikan napas, mengayunkan kapak perangnya bagai angin topan meski tak dalam kondisi mengamuk.
Selain itu, yang cukup langka adalah para perwira ini berasal dari perwira tingkat bawah Gereja Suci. Mereka memiliki pikiran jernih, penilaian tajam, dan penguasaan situasi pertempuran yang jauh melampaui rekan sejawat.
Sebagai contoh, Tuan Regu John Wales sang Ksatria Suci, dikabarkan pria yang terlihat sekitar 30 tahun ini sebenarnya telah berusia lebih dari 50 tahun. Sebelum menerima anugerah Dewa Cahaya, ia pernah bertempur di berbagai wilayah Gereja Suci. Sebelum usia 40 tahun, ia telah ditunjuk sebagai komandan tertinggi militer Gereja Utara. Contoh lain adalah Ksatria Pedang Kuoda Hua, seorang figur unik yang memilih jalur ksatria meski berlatarbelakang Magician. Lima tahun lalu, Kuoda Hua yang baru berusia 30 tahun bertanding ilmu bela diri dengan Baiyi A Feng yang legendaris di dunia tentara bayaran. Dua ksatria yang sama-sama mengintegrasikan sihir ke dalam ilmu pedang itu masing-masing melepaskan delapan semburan pedang. Setelah bertarung selama setengah hari, Kuoda Hua akhirnya kalah oleh semburan pedang merah terakhir Baiyi A Feng. Kabar ini tidak pernah diungkapkan Baiyi A Feng kepada pihak luar, hanya beberapa rohaniwan senior Gereja yang mengetahuinya. Adapun dua Ksatria Suci tersebut, awalnya adalah Ksatria Binatang Legenda yang kemampuannya jauh melampaui Ksatria Binatang Legenda biasa setelah mendapat restu Yang Mulia Dewa Perang...
Sayangnya, karena kekhawatiran Yang Mulia Paus akan pertahanan ibu kota Ulu, Pasukan Ksatria Kuil dan para perwira senior ini tidak dikerahkan untuk mendukung perang pertahanan kota selatan di awal konflik.
"Yang Mulia harap berhati-hati," ujar Norton dengan sopan sambil menyingkir memberikan jalan bagi perwira sekutu.
"Tuan Regu Pasukan Ksatria Kuil melangkah maju dua langkah, mengeluarkan pedang lurus lebar setinggi hampir satu orang dari punggungnya, lalu berlutut satu kaki. Helm peraknya menunduk, suara doa lembut terdengar: 'Dewa Cahaya yang agung, Dewa Suci yang mulia, anugerahilah aku hak untuk memimpin umat! Anugerahilah aku hak untuk memberantas kejahatan!'"
Semburan cahaya keperakan seketika memancar dari pedang lurus yang dipegang erat Tuan John, menembus baju zirahnya dan menyinari para perwira senior yang juga berlutut di belakangnya. Di setiap tubuh mereka seketika muncul perisai cahaya keperakan.
"Astaga, ini... jangan-jangan... Perlindungan Suci Pemimpin!" Komandan Legiun manusia di belakang Norton ternyata tidak seburuk yang dibayangkannya, masih memiliki kemampuan analisis yang baik.
"Dewa yang agung, anugerahilah hamba Makhluk Suci!" Ksatria suci yang memegang tombak ksatria memanggil tunggangannya melalui doa - seekor kuda terbang bersayap! Spesies langka yang hanya ada dalam legenda. Konon, di taman belakang Yang Mulia Dewa Perang (tentu saja di dunia dewa) terdapat makhluk suci seperti kuda terbang, unicorn, dan griffin. Hanya ksatria suci pemuja Dewa Perang yang berhak memanggil mereka.
Semburan pedang biru, perpanjangan diri keperakan, pengawal keemasan...
## Teks ContohA-1 Teks ContohA-2
Seorang Saint Dua Saint Knight Seorang Sword Saint Seorang Saint War General ditambah Saint di belakang enam perwira senior mengayunkan pedang panjang pisau lurus tombak ksatria tongkat sihir dan tangan telanjang yang memancarkan cahaya emas menyerbu Legiun Kerangka yang baru saja melompati parit.
Prajurit kerangka yang berada di barisan depan langsung merasakan tekanan dari hujan emas yang jatuh di tulang putih salju meninggalkan bekas dalam di kerangka. Asap putih segera mengepul dari tulang belulang. Dua prajurit kerangka terdepan tubuhnya dipenuhi lubang oleh tetesan emas dan terjatuh terpecah berkeping-keping setelah beberapa langkah!
