Sebenarnya, dalam pandangan perwira senior Kesatria Naga Hitam, pasukan Farnorth dari benua terpencil dan pasukan gereja yang terdiri dari petani selalu dipandang rendah - mungkin berani, tapi jika dinilai dari aspek komando, kerja sama, koordinasi dan taktik lainnya, sama sekali tidak sebanding dengan pasukan kerajaan.
Pertempuran habis-habisan antara Marsekal Da Hainuo di utara Sungai Singa melawan Legiun Singa Api adalah contoh klasik. Kekuatan tempur kedua pihak hampir setara, bahkan pihak lawan memiliki seorang Ksatria Naga. Namun hasilnya? Legiun Singa Api menang dengan keuntungan tipis yang pahit; Pasukan Bayaran Kecil jelas lebih lemah dibanding resimen elit kekaisaran, namun dalam beberapa pertempuran menentukan melawan pasukan elit Farnorth, Pasukan Bayaran Kecil justru menang dengan kondisi kritis melawan musuh superior... Hasil-hasil ini sudah cukup menjelaskan segalanya.
Pada hari-hari terakhir musim dingin Kalender Sihir tahun ke-6, serangkaian aksi kaum barbar dari benua liar Farnorth dan orang udik dari Dataran Bunga membuat para perwira Kesatria Naga Hitam terperangah.
Yang pertama keluar dari kemah besar adalah deretan kereta kuda beroda empat. Di atas setiap kereta selaku kusir, berdiri tiga prajurit manusia...
Ini mau apa? Jangan-jangan... ini... pasukan kereta perang yang legendaris?
Sebelum Perang Sihir-Senjata, formasi kereta perang dikatakan cukup populer. Manusia dan kuda sama-sama mengenakan baju besi berat, dengan empat prajurit dan dua kuda per kereta: satu sais, dua penombak tombak panjang, satu pemegang pedang pendek (atau pemanah, pelempar tombak). Dalam jarak pendek, formasi ini tak tertandingi. Skala dan tingkat negara pada masa itu dibedakan berdasarkan jumlah kereta perang: "Untuk wilayah kekaisaran seluas ribuan li, ada 10.000 kereta perang, enam pasukan bergantian menggunakan seribu kereta. Sedangkan para pangeran di dalam wilayah menggunakan sistem masing-masing: negara besar seluas ratusan li memiliki seribu kereta, tiga pasukan menggunakan 500 kereta; negara menengah tujuh puluh li memiliki tujuh ratus kereta, dua pasukan menggunakan 330 kereta; negara kecil lima puluh li memiliki lima ratus kereta, satu pasukan menggunakan 165 kereta." Pertempuran besar-besaran yang melibatkan puluhan ribu kereta perang adalah hal biasa.
Setelah kebangkitan Kekaisaran Sihir, kereta perang sebagai satuan militer cepat punah - menghadapi kilat melingkar para magician, mobilitas formasi ini relatif lambat. Kuda yang tersengat listrik menjadi tak terkendali, sering terjadi insiden injakan massal yang menimbulkan banyak korban. Ada juga versi lain bahwa munculnya kavaleri ringan dan berat, terutama kavaleri berat yang mengendarai Naga Tanah, membuat formasi kereta perang kehilangan ritme tempur sehingga tersingkir dari medan perang.
Namun sebagai salah satu dari Empat Keluarga Besar tertua, Kaisar Barat yang memiliki sejarah keluarga puluhan ribu tahun, wajar jika masih mempertahankan satuan militer kuno ini. Mayoritas perwira termasuk Chi Aotian memiliki pemikiran serupa.
……
Hampir 1000 kereta perang roda empat melesat liar ke tepi selatan Sungai Fan. Kusir menarik tali kekang untuk memutar kereta 180° di tempat, seperti seekor tawon betina cantik yang berputar dan mengeluarkan sengat hitam-kuning dari perutnya——Ah... ternyata benda tirani ini!
Setelah diputar, bagian belakang kereta perang ternyata menampakkan lengan busur sepanjang 2,5 meter!
Kusir melompat turun, mengikat tali pengikat di kaki depan kuda perang. Seorang prajurit lain memasang batang baja runcing sebesar lengan bawah melalui lubang bundar di depan kereta, memakunya ke tanah merah dengan martil besar. Dua prajurit sisanya mengangkat panah tebal sepanjang 1,5 meter, satu menginjak dan satu menarik, memasang panah busur ke busur silang!
Panah busur yang butuh dua orang untuk memasangnya? Jangkauan tembaknya pasti melebihi 500 meter! Jika benar bisa menembak sejauh itu, berarti bisa mengancam Naga Raksasa!
Baru terpikir ini, setelah mengikat kuda, kusir langsung datang di bawah panah busur. Membungkuk dan menggendong lengan busur di punggungnya, langsung memberikan sudut elevasi tembakan hingga 90°... Sial, benar-benar sekejam ini!
"Jika desain ketapel perang ini sejak awal tidak mempertimbangkan penindasan Ksatria Naga, saya rela memotong kelingkingku untuknya." Mata Pastor Tayang sangat tajam.
Namun, untungnya, jangkauan ketapel perang masih cukup jauh dari pasukan ksatria Qu Jianhong. Sekarang Qu Jianhong hanya bisa menunggu, menunggu sampai pasukan manusia beruang musuh naik ke tepi dalam kekacauan, lalu melakukan serangan mendadak sambil melawan busur silang musuh untuk memberikan kerusakan maksimal - begitu dua pasukan bertempur berbaur, panah busur sekuat apapun akan kehilangan efektivitasnya.
Hehe, tapi kemudian terjadi hal yang membuat para perwira senior Pasukan Ekspedisi semakin bingung. Pasukan yang dikirim dari Kemah besar Fanos kali ini bukan pasukan manusia beruang, melainkan... tidak kurang dari 200 unit katapul berbagai jenis!
Katapul? Untuk apa mengirim katapul? Ini tidak masuk akal! Selain katapul super ekstrim di Kota Hamburg yang tak tertandingi, belum pernah ada katapul yang bisa melontarkan batu sejauh 300 meter. Sementara jarak Kota Fan Gang dengan Sungai Fan mencapai 1.200 meter! Bahkan jika katapul Hamburg dibongkar dan dipindahkan ke sini, tetap tidak mungkin melemparkan batu ke Kota Fan Gang. Kecuali... jika mereka bisa menemukan ras legendaris yang hilang di Benua Fanos - bangsa kerdil.
Dalam legenda, bangsa kerdil sangat ahli dalam membuat berbagai mesin. Mereka pernah menciptakan mesin yang bisa terbang di langit, mesin yang bisa berlayar di bawah laut... Konon karena terus-menerus ada kerdil yang mengendarai mesin masuk ke dunia dewa di sembilan langit, para dewa terpaksa menyegel dunia ilahi. Namun para kurcaci ini cepat-cepat membuat mesin penghancur segel dewa... Jika bukan karena Kerajaan Kerdil tiba-tiba menghilang, mungkin dunia dewa sudah berganti penguasa sekarang.
Dibandingkan dengan itu, membuat mesin pelontar batu yang bisa melempar hingga ribuan meter bagi bangsa kerdil, pasti semudah makan nasi.
Jika benar demikian... Bagaimana mungkin kita melawan Farnorth nanti...
Saat para perwira di atas tembok kota masih berkhayal, lengan katapul di seberang Sungai Fan tiba-tiba melenting... Batu-batu raksasa melesat tinggi ke angkasa... Semua perwira kembali salah menebak jawaban! Lebih dari dua ratus proyektil sama sekali tidak terbang jauh, berjatuhan kembali dari langit dengan suara gemerincing. Yang terjauh bahkan tidak melewati Sungai Fan!
Ini... Sungguh konyol! Apakah batu-batu yang dilontarkan katapul ini malah akan menghancurkan prajurit penyerang kita sendiri menjadi bubur?
Senyum yang baru saja merekah di wajah para perwira di Kota Fan Gang membeku dalam waktu kurang dari semenit! Saat benda-benda yang dilempar itu jatuh, masing-masing terbelah menjadi dua bagian - bagian bawah runcing dan bagian atas persegi. Bagian atas yang jatuh ke air segera berjuang mengapung ke permukaan, setiap objek akhirnya menampakkan sekitar 10 sentimeter di atas permukaan air.
Setelah tiga kali lemparan berturut-turut, perairan Fan dipenuhi oleh lebih dari 500 benda apung berbagai ukuran! Kemudian, kelompok-kelompok pasukan zeni membawa papan tebal berlarian ke sungai, mengikat dan memaku papan-papan tersebut dengan kuat ke benda apung. Kurang dari satu jam, dua jembatan apung selebar 10 meter dengan jarak 20 meter telah berdiri di perairan Fan.
Ribuan pekerja kemudian berteriak-teriak sambil mendorong gerobak keluar dari kemah besar, menuangkan tanah merah dan kerikil dari kedua sisi jembatan apung ke dalam sungai Fan. Sebelum pukul 10:30 pagi, dua tanggul selebar 30 meter telah berdiri di sungai, dilengkapi 6 lubang drainase berlebar 4 meter!
Pasukan ketapel secara simbolis melepaskan tiga barisan panah busur dengan jangkauan efektif mencapai 400 meter. Ini jelas demonstrasi ala "menaklukkan musuh tanpa pertempuran", ancaman terbuka bagi pasukan ksatria yang mengintai di seberang.
Pasukan beruang dan ork setengah darah mengangkat perisai tinggi-tinggi menyusuri tanggul menuju posisi pertahanan utara. Kemudian pasukan centaur, formasi 1000 manusia serigala, ketapel perang, infanteri manusia, ksatria manusia, katapul... berbagai jenis pasukan seperti air bah membanjiri wilayah utara.
Qu Jianhong tersenyum getir dan berdiskusi sebentar dengan dua komandan batalyon di sampingnya, mengangkat lengan membuat lingkaran di udara sebagai isyarat membatalkan serangan. Dengan wajah kesal, dia memimpin pasukan ksatria yang telah menikmati mandi matahari pagi sepanjang pagi kembali ke Kota Fan Gang. Kekuatan tembus ketapel perang sudah terkenal, pada jarak sekitar 300 meter, satu panah bisa menembus dua ksatria berat sekaligus - menyerang musuh yang sudah memasang Perisai Menara dalam kondisi seperti ini sama saja dengan bunuh diri.
Sebenarnya, keberhasilan Legiun Farnorth membangun tanggul semi-permanen untuk menyeberang dalam waktu singkat ini juga berkat jasa Pasukan Ekspedisi.
Setelah Pertempuran Sungai Mississippi, para perwira senior Farnorth menunjukkan minat besar terhadap metode penyeberangan sederhana Pasukan Ekspedisi. Mereka bahkan membentuk departemen khusus untuk meneliti peralatan ini, dan alat penyeberangan yang digunakan kali ini adalah salah satu hasil penelitian tersebut.
Setiap kali katapul melontarkan tong kayu ke udara, bagian bawah tong yang berlubang berisi gulungan tali tebal dan jangkar besi. Bagian atas tong juga berlubang, dengan lapisan besi mengelilinginya. Saat dilontarkan, jangkar otomatis terjatuh memanfaatkan energi potensial untuk menancap kuat di lumpur dasar sungai. Tong di permukaan air yang memiliki massa dan volume tetap, ditambah sistem tali yang dapat disesuaikan, membuat ketinggian rata-rata tong yang muncul di permukaan air hampir seragam, sehingga memudahkan pembangunan jembatan apung.
Demikianlah, pasukan Fanos seakan-akan memberikan pelajaran demonstrasi dengan efisiensi latihan dan kualitas teladan kepada Pasukan Ekspedisi Chi Aotian.
Pukul 11:30 siang, di bawah tembok Kota Fan Gang terpapar rapi delapan formasi kotak, setiap formasi berisi sepuluh ribu pasukan.
Manusia bagaikan harimau, kuda laksana naga; harimau membungkuk, naga melingkar;
Tombak serupa gunung, pedang bak lautan; gemuruh seperti ombak menggema.
Menghadapi pasukan berdarah-besi yang gagah perkasa ini, bahkan jenderal berpengalaman sekalipun pasti akan basah keringat di lapisan baju zirah belakangnya.
Berdasarkan pembagian tugas, pertahanan Kota Fan Gang sepenuhnya menjadi tanggung jawab Su Wen.
Awalnya, si veteran logistik memperkirakan dengan kekuatan tempur Qu Jianhong, setidaknya bisa memanfaatkan keuntungan geografis Sungai Fan untuk menghadang pasukan Fanos selama lima hari lebih. Bahkan mungkin perlu Tuan Norton kembali menunjukkan pengabdiannya dengan melakukan serangan mendadak ratusan li dari hulu atau hilir untuk mengkonsolidasi posisi pesisir. Karena itu, hingga pagi tadi Su Wen masih memerintahkan personel dan buruh untuk terus memperkuat tembok kota.
"Aduh, anak buah lama, sepertinya keberuntungan berpihak padamu. Si wajah boneka Qu selama ini menggembar-gemborkan pertempuran berdarah, lihatlah... Kini dia pulang dengan muka tertunduk lesu. Sekarang kau tak perlu khawatir ada yang merebut jasa perangmu," kata Tayang sambil mengunyah akar rumput dengan lahap, menatap ke atas dan menyipitkan mata mengamati reaksi Su Wen.
Sialan nenek moyang... Su Wen mengumpat dalam hati, Tayang ini, perwira macam apa sih? Personel militer Federasi Utara paling memperhatikan penampilan militer, mulai dari Gubernur hingga prajurit biasa batalion pendekar garis dua paling rendah, semuanya bisa dijadikan pasukan upacara kekaisaran. Bahkan almarhum Jenderal Chi Hanfeng yang tidak terlalu memperhatikan penampilan, selama di militer tidak ada satu pun cela di seluruh penampilannya.
Sedangkan perilaku penasihat militer Tayang yang ikut dengan pasukan ini menunjukkan ekstrem sebaliknya: jubah sihir hitam kumal. Anehnya, berapa pun warna jubah sihir yang diberikan pada Tayang, begitu dipakai pasti berubah menjadi hitam, dan dalam waktu singkat jubah itu akan penuh dengan kotoran. Ini sebenarnya masalah preferensi pribadi, jadi tidak bisa terlalu dikomentari.
Tapi tindakan Pastor Agung Tayang di bawah terang matahari membuat pipi Su Wen memerah karena malu: perwira senior dari kuartet pimpinan Pasukan Ekspedisi ini duduk mengangkang di merlon tembok kota, satu kaki di dalam kota satu kaki di luar, memeluk merlon sambil berseru "dug, dug!" sambil berpura-puta mencambuk, tubuh gemuknya bergoyang-goyang di atas tembok, wajah kemerahan di bawah kepala plontosnya bersinar bahagia.
“Batuk... Orang yang tahu situasi, mengerti bahwa Pastor Agung Tayang sedang berlatih dasar berkuda di merlon tembok kota yang cukup lebar karena kemampuannya yang buruk. Yang tidak tahu... mungkin mengira bagian tubuh tertentu Yang Mulia Pastor Tayang sedang bermasalah, dan beliau mencoba pengobatan tradisional. Bisa dibilang, kuda tua di kandang tetap berambisi, wasirnya mencapai ribuan li…”
Setelah “Skandal Unta Jantan”, Su Wen memiliki persepsi baru tentang Tayang. Kecuali dalam situasi terdesak, bahkan jika Tayang bilang matahari terbit dari barat, Su Wen akan langsung membenarkan. Lebih baik menghadapi sepuluh pria terhormat daripada satu Tayang. Itulah pikiran asli Su Wen, sehingga ia berusaha menjaga ekspresi wajahnya tidak mengungkapkan isi hati.
“Jenderal Su, bukankah sudah saatnya memanggil prajurit berani kita untuk bertahan?” Tetua Luo La dari Pemuja Api mengingatkan dengan baik hati.
“Hmm? Kenapa harus ganti orang?” Su Wen terkejut.
“Ini... Musuh di bawah sana begitu banyak, setidaknya puluhan ribu. Apa warga sipil di tembok ini mampu?” Luo La juga bingung, masak Jenderal Su Wen mau bertahan hanya dengan mereka?
Sekarang di atas tembok kota hanya ada lebih dari 400 pasukan reguler, sisanya semuanya warga sipil - Saat Pasukan Ekspedisi melakukan lompatan besar-besaran dari kota kecil Niǔyāo ke Kota Fan Gang, semua pria yang lebih tinggi dari poros kereta yang bertemu dengan pasukan di sepanjang jalan langsung direkrut paksa di tempat. Warga kota Fan Gang yang tidak pergi juga dikelompokkan dan direkrut. Menurut statistik tidak lengkap, total warga sipil yang direkrut paksa mencapai 25.732 orang, di mana 60% adalah orang dewasa berusia 15-50 tahun.
"Ini tidak boleh? Tentu saja boleh!" Pikir Su Wen dalam hati, tapi tidak diucapkannya.
Menurutmu 3.000 pasukan penjaga yang menghadapi 20.000 musuh kuat bertahan di kota terisolasi selama 30 hari, apakah yang melempar batu dan menyiram air mendidih dari atas tembok itu pasukan militer? Saat perang mencapai momen paling genting, semua orang yang masih bisa bergerak di kota harus naik ke tembok untuk bertaruh nyawa. Dalam pertempuran pertahanan besar-besaran, rasio korban terbesar pasti berasal dari warga sipil, bukan pasukan reguler yang mengawasi sambil memegang pedang di belakang. "Yang Mulia Tetua, pasukan pertama musuh yang menyerang kota pasti adalah pasukan gereja dari Gereja Suci. Kita juga tidak perlu mengerahkan pasukan reguler. Baja berkualitas harus digunakan untuk mata pedang."
"Oh, begitu rupanya." Tetua Luo La tampak lega, bahkan wajahnya menunjukkan ekspresi kagum: Tampaknya musuh jahat pasti telah merencanakan ini lama, ingin menggunakan pasukan gereja yang baru dibentuk untuk menggerogoti kekuatan warga setia Yang Mulia Dewa Api, lalu mengerahkan musuh setengah manusia setengah binatang untuk merebut kota. Jenderal Su Wen memang bijaksana, langsung melihat melalui konspirasi licik musuh.
Berkat Tetua Luola tidak mengungkapkan pikiran seperti itu, jika tidak, Su Wen pasti tidak bisa mengendalikan warna wajahnya... Sebenarnya semua pihak sama saja, tidak perlu saling memandang rendah. Jenderal paling welas asih sekalipun, menghadapi musuh yang jumlahnya sepuluh kali lipat, tidak mungkin mengerahkan pasukan reguler elit terlebih dahulu dalam pertahanan tembok kota.
"Yang Mulia Tayang, musuh akan segera mengepung kota. Mohon Yang Mulia mendekati merlon ini." Melihat gerakan musuh di bawah, Su Wen tiba-tiba dilanda rasa ibadah yang tak jelas.
Bola mata putih khas Tayang menatap tajam ke arah Su Wen: "Apakah pastor agung sepertiku akan bersembunyi seperti kura-kura seperti dirimu? Tidakkah kau tahu sihir perlindungan elemen suci adalah keahlian pastor?" Sambil berkata, Tayang memutar lima jarinya, dalam sekejap memberi diri empat perlindungan: Pertahanan Suci, Samar, Penguatan, dan Petrifikasi: "Kau kira aku ini magician lemah? Kira pertahanan sihir dari pastor terhebat bisa ditembus? Bahkan Naga Raksasa tingkat tinggi pun tak mampu merusaknya dalam tiga tarikan nafas..."
Sebelum kalimat Tayang selesai, bayangan hitam melesat dari bawah Kota Fan Gang, menghantam keras pinggangnya. Pastor Jubah Hitam itu terlempar seperti gagak raksasa, terjatuh lebih dari lima meter... Baru kemudian terdengar suara melengking panah yang menembus udara!
Pada saat yang sama, ratusan panah busur dan batu raksasa menderu melesat ke udara...
Pertempuran Pertahanan Kota Fan Gang yang dijuluki "Mesin Pengganda Daging dalam Perang Mesin Ganda" resmi dimulai!
Perang antar Kesatria Naga sebenarnya sangat langka dalam sejarah nyata - meskipun kedua belah pihak memiliki beberapa Kesatria Naga yang bertempur secara bersamaan.
Dibandingkan dengan tubuh naga yang perkasa, fisik manusia terlalu rapuh; sementara kecepatan reaksi manusia mungkin tak jauh beda dengan siput bila dibandingkan kecepatan Naga Raksasa. Oleh karena itu, dalam perang antar Kesatria Naga, seringkali Naga Raksasa belum terluka sama sekali sementara ksatria manusia sudah tercabik-cabik menjadi bagian-bagian kecil.
Sebaliknya, jika Kesatria Naga tidak terlibat dalam perang sesama Kesatria Naga, tetapi menggunakan Naga Raksasa sebagai senjata strategis - baik melancarkan SERANGAN KILAT RIBUAN LI ke kota musuh maupun menumpahkan aura Naga yang agung serta bola Naga Api penghancur ke pasukan musuh - semuanya bisa mengubah jalannya pertempuran secara fundamental.
Seorang Kesatria Naga legendaris pernah berkata: "Peran terbesar Kesatria Naga di medan perang adalah mencegah Kesatria Naga lawan bertindak semena-mena. Nilai tertinggi eksistensi Kesatria Naga justru terletak pada periode sebelum Ksatria Naga Raksasa benar-benar terjun ke medan perang." Ucapan klasik ini sangat tepat, karena Ksatria Naga Raksasa = dalam waktu 24 jam, mampu melancarkan serangan semi-penghancuran terhadap kota atau pasukan mana pun dalam radius 1000 li. Serangan mengerikan seperti ini cukup membuat para pencetus perang berpikir ulang berkali-kali.
Berdasarkan tiga poin di atas, bahkan dalam perang besar yang hanya terjadi sekali dalam puluhan ribu tahun seperti Perang Para Dewa, meskipun ada empat atau lima Kesatria Naga yang terbang di medan perang secara bersamaan, perang langsung antara Kesatria Naga yang meletus masih sangat jarang terjadi.
——《Klub Non-Proliferasi Naga*Anggaran Dasar》
