Seiring kelanjutan kidungan, Mengte Kanla sudah bisa melantunkan ratusan byte Mantra Terlarang dengan 80-90% akurasi. Harga dari 80-90% akurasi ini—kabut darah seperti gelombang laut menyembur dari tubuh naga. Bahkan Chi Aotian dan yang lain harus mundur 10 meter lebih masih merasakan kabut darah seperti hujan rintik menerpa wajah.
Ling Yun tidak bergerak dari tempatnya, berdiri di bawah sayap kiri Mengte Kanla, seluruh tubuhnya sudah basah kuyup oleh darah dan keringat! Kedua kepalan tangan Kesatria Naga remaja itu menggenggam erat, suara gesekan gigi baja terdengar hingga lebih dari 10 meter, matanya berkilauan oleh air mata.
Hanya Naga Agung Mengte Kanla yang sanggup menahan ini. Jika bukan karena siksaan kilat wujud aslinya di Altar Feng Long dan hadiah dari atasan, mustahil naga lain bisa menahan rasa sakit sehebat ini!
Kidungan tiba-tiba berubah drastis... Rupanya Mengte Kanla akhirnya menyanyikan mantra dalam bahasa Naga dengan benar. Kidungan nyaring itu menembus awan, di langit, elemental api berkerumun seperti lebah mengikuti ratu mereka, bergerak liar dan perlahan menyatu bak gelombang laut yang bergelora!
Chang Qing berdiri tepat di depan Naga Api sejauh 6 meter, menjadi orang kedua paling sial setelah Ling Yun. Dari ujung kepala hingga kaki, seluruh tubuhnya sudah tercuci bersih oleh darah. Ia tak boleh meninggalkan posisi ini. Di momen genting ini, sekalipun harus mati, tak boleh gagal.
Kidungan Naga semakin meninggi, bagai rentetan guntur yang menghujani gendang telinga Chang Qing. Kepalanya terasa pusing, kidungan ini jelas mengandung aura Naga level lima yang menyerang tanpa diskriminasi!
Saat kaki Chang Qing mulai gemetaran, rasa sakit yang menusuk datang dari punggungnya. Dengan refleks, ia meraih ke belakang... Tangannya menyentuh sesuatu yang lembap...
"Apa ini?" Chang Qing yang sudah mulai linglung bertanya. Ia sedang berhadapan dengan Naga Raksasa, mustahil darah naga bisa menyembur ke punggungnya. Apakah ini darahnya sendiri?
Begitu pikiran itu muncul, ujung jarinya seolah digigit sesuatu. Kesakitan yang menusuk jantung membuatnya nyaris berteriak. Dengan cepat ia menarik kembali tangannya.
"Apa ini?!" Kali ini Chang Qing tak bisa menahan teriakannya.
Makhluk merah lunak sebesar kepalan tangan mencengkeram erat tangan Chang Qing. Paruh runcingnya sedang menggigit jari telunjuknya. Sepasang mata hitam besar berputar-putar dengan ekspresi polos, sementara sayap kecil di punggungnya berkibar-kibar.
Begitu makhluk itu muncul, spirit magis api bagai gelombang dahsyat menerjang tangan Chang Qing. Mereka terus-menerus menembus tubuh kecil itu...
Chang Qing membeku tak percaya. Ia menyaksikan makhluk itu merayap di lengan bajunya, keluar dari kerah, lalu naik ke leher. Akhirnya seperti kodok raksasa, ia bertengger di atas kepala Chang Qing. "Ini... inikah utusan peri api?" tubuhnya lunak, lembap, dan mengeluarkan hawa panas. "Mirip sekali dengan kotoran peri..."
Sang Utusan Peri yang agung, lembut, basah, dan mengeluarkan uap panas itu berdiri di atas kepala Chang Qing. Kedua kaki belakangnya merangkak ke belakang, satu cakar kecil menopang bagian depan, sementara cakar lainnya mengacungkan jari telunjuk tinggi-tinggi. Kepalanya mendongak, ribuan spirit magis api berlalu-lalang di ujung jarinya, benar-benar memancarkan aura "Satu-satunya Penguasa Semesta" - meskipun sekilas terlihat sedikit seperti seekor katak kecil yang ambisius menggapai langit.
Apapun kemiripannya, aura seperti ini jelas tidak mungkin dimiliki oleh manusia biasa.
Tak lama kemudian, spirit magis api memenuhi angkasa berkumpul mengelilingi Mengte Kanla dan si katak kecil "Penguasa Semesta", membentuk dua bola api raksasa berdiameter beberapa meter.
Selama kidungan, bola api di sekitar Mengte Kanla berangsur berubah menjadi hijau kebiruan, sementara bola api di ujung jari katak "Penguasa Semesta" berubah merah menyala. Dari masing-masing bola api menjulur rantai api panjang yang membentuk busur 180° berlawanan arah jarum jam, melingkari patung Dewa Cahaya dan menyambung dengan bola api satunya. Di bawah impuls Mantra Terlarang, kedua rantai api mulai berputar cepat berlawanan arah jarum jam. Spirit magis dari kedua bola api raksasa terserap ke dalam rantai api yang semakin kencang berputar. Akhirnya, kedua jenis api itu melebur menjadi satu... berubah menjadi merah keemasan...
Braak...
"Rantai api menyemburkan nyala api emas setinggi beberapa zhang ke dalam. Cahaya suci dari patung Dewa Cahaya menyala-nyala, berusaha keras menahan erosi api."
"Su Wen, suruh sekutu menyalakan api di samping, sebesar mungkin." Qing Luo segera berpesan.
Personel Pasukan Menara mungkin tak ahli bertempur langsung, tapi urusan membakar mereka jago. Tumpukan kayu bakar dan tong-tong minyak tanah dicampur, menyentuh percikan api, nyala membumbung tinggi ke langit.
Fenomena aneh muncul: api dengan cepat tertarik ke rantai api di udara. Lebih banyak spirit magis api muncul di udara. Rantai api berputar semakin cepat, nyala api ke dalam pun semakin panjang.
Perisai cahaya suci berangsur memerah dalam panggang api. Cahaya keperakan yang semula menyala-nyala mulai menyusut ke dalam. Perlahan-lahan, di udara terbentuk empat perisai besar perak yang menyelubungi patung dewa.
Komandan Pasukan Menara Yelü Abaoji melihat celah. Dengan selang air yang diisi minyak tanah dan sedikit alkohol palsu, ia menyemprotkan langsung ke rantai api dari jarak beberapa meter. Setelah belasan tong minyak tanah disemprotkan, rantai api berubah menjadi dinding api semi-transparan setinggi 4-5 meter, berputar cepat sambil menyusut ke dalam...
Setelah lebih dari setengah jam, perisai perak berubah menjadi perisai emas. Akhirnya... perisai magis cahaya suci tak mampu bertahan. Dengan denting pecah yang nyaring, keempat perisai retak menjadi serpihan halus dalam sekejap, lalu menghilang di udara.
"Roh Api yang telah lama berkeliaran di luar meledakkan sorak-sorai gembira, langsung menerjang patung Dewa Cahaya."
Kayu cendana, jenis pohon dengan kepadatan tertinggi di antara semua spesies. Batang pohonnya hanya tumbuh 1 milimeter per tahun, langsung tenggelam saat dimasukkan ke air. Jenis kayu beraroma harum ini kaya akan minyak dan sangat rentan terhadap api. Api keemasan seketika membakar patung dari bawah ke atas, aroma cendana pekat segera menyebar ke segala penjuru...
"Kakak Ling Yun, pinjamkan pedangmu padaku." Huerdu teringat sesuatu mendadak.
Ling Yun sedang memeluk kepala naga raksasa dengan perasaan sedih, tanpa bertanya lebih dulu langsung mencabut pedang besar buatan tangan Dewa Pencipta, menyerahkannya pada Huerdu.
"Terima kasih." Huerdu memanggil naganya, melompat ke punggungnya. Naga Sistem Emas mengembangkan sayap dan menerjang masuk ke dalam kobaran api.
Ini semua berkat Pastor Jubah Hitam dan tiga pendeta api. Ujian selama beberapa hari berturut-turut tidak hanya meningkatkan level Naga Emas Raksasa, tapi juga menyatukan elemen api ke dalam tubuhnya, memberikan ketahanan api yang setara dengan naga unsur api.
Mengikuti perintah Huerdu, Naga Emas Raksasa mengelilingi patung dua kali. Huerdu yang menyipitkan mata di tengah kobaran api akhirnya menemukan celah kecil di dada patung. Dengan mengayunkan pedang besar dua tangan, dia menghujamkan tebasan dahsyat. Meski kayu cendana sekeras besi, tak mungkin menandingi pedang panjang buatan tangan Dewa Pencipta.
“Kreng...” Setelah suara logam bersahutan, dada patung dewa terbelah. Sebuah kristal yang telah memerah akibat kobaran api terlihat. Naga Emas Raksasa menggunakan cakar depannya untuk menarik keluar kristal tersebut, berputar dua kali di udara sebelum mendarat. Sayangnya, kristal itu sudah retak dan pecah menjadi belasan potongan berukuran berbeda saat menyentuh tanah.
"Bagus, Huerdu telah berjasa besar. Kualitas kristal-kristal ini sangat baik. Perkiraanku... Tuan Regu akan sangat menyukainya. Baik untuk persenjataan pribadi maupun dijual, ini benar-benar barang langka." Tetua Qing Luo dari bangsa elf sangat memahami nilai barang.
Yang Mulia Tetua menyadari bahwa naga tunggangan Huerdu diam-diam menyembunyikan dua kristal sihir terbesar di cakarnya saat semua orang lengah... Ah... Kecintaan akan harta adalah sifat alami naga. Karena tak ada yang bisa melawan hukum alam, lebih baik maafkan saja anak nakal ini...
"Paman Qing Luo, jangan buru-buru memujinya. Bagaimana dengan masalahku ini?" Memberi hormat tiba-tiba pasti ada maksudnya. Chang Qing tiba-tiba mengubah panggilan.
Tumpukan benda di atas kepalanya tadi tiba-tiba menghilang lagi! Apakah... Kembali ke dunia peri? Sekarang Chang Qing mulai gelisah dan ragu-ragu.
"Aku juga tak bisa berbuat apa-apa." Qing Luo tersenyum getir: "Utusan peri menempati posisi sangat terhormat di antara bangsa kami. Jangankan aku tak mampu, sekalipun ada cara, aku tak boleh menentang kehendak utusan peri."
"Apakah dia kembali ke dunia peri?"
"Tentu tidak. Lihatlah, masih banyak spirit magis yang mengelilingimu."
“Lalu bagaimana? Apakah aku bisa membuat perjanjian tuan-hamba dengannya?” Chang Qing merasakan gumpalan itu bergerak liar dalam tubuhnya, menghisap darah dan memakan dagingnya. Demam tinggi membuat pikirannya kacau.
“Maaf, ras elf takkan pernah memperbudak makhluk rendah.” Qing Luo tertegun, tak memahami maksudnya.
“Maksudku, bisakah aku menjadi tuannya? Memanggilnya kapan saja untuk menghangatkan diri atau membantu berkelahi?”
Untuk kedua kalinya hari ini, Qing Luo kehilangan kesabaran. Bagian putih matanya menatap tajam Chang Qing selama 10 menit, membuat keringat dingin mengucur di sekujur tubuh pria itu. Akhirnya, desisnya keluar dari sela gigi: “Manusia bisa memperlakukan anjing sebagai alat karena lebih pintar. Jika kau rela menjadi alat seekor anjing... bicaralah dengan utusan peri. Jika tidak, lupakan saja niatmu ini.”
Kapan Qing Luo belajar berbicara sarkasme tanpa mengucapkan kata kasar?
Menyaksikan kobaran api, para perwira mundur. Personel Batalion Menara sambil mundur menyalakan ratusan titik api di kota. Minyak tanah dituangkan di keempat gerbang kota dan sudut tembok, lalu dibakar habis – mencegah upaya pemanfaatan kembali struktur pertahanan ini.
Setengah jam kemudian, kota Ulu berubah menjadi tungku raksasa. Burung Gagak Api berterbangan liar, ular emas menjilat-jilat. Besarnya kobaran api ini tak kalah dengan kebakaran di tepi Sungai Fan beberapa hari lalu.
Chi Aotian menemukan Hosea di antara perwira gurun: "Yang Mulia Jenderal, sesuai perjanjian, sekarang saatnya berpisah." Setelah diam sejenak, Chi Aotian menambahkan: "Tugas Pasukan Ekspedisi telah selesai, kami akan kembali ke markas."
Mewarisi kualitas unggul leluhur, Kekaisaran Gurun kali ini mengerahkan strategi perhitungan matang. Lebih dari 10.000 personel militer yang dikirim untuk mendukung Chi Aotian hanya punya satu tujuan: menjarah kota Ulu. Peperangan dalam proses ini hanyalah langkah yang harus diambil untuk mencapai tujuan akhir. Dalam rencana awal, setelah penjarahan Ulu, jika tidak melanjutkan serangan ke kota-kota besar gereja, pasukan bantuan harus kembali ke formasi asal.
Warga Kekaisaran Gurun meyakini satu prinsip: Berperang demi peperangan itu sendiri adalah tindakan paling bodoh.
"Yang Mulia Jenderal, sebagai perwakilan Kanjeng Raja, Baginda Raja ingin menegaskan kembali: Kapan pun, di mana pun, dalam keadaan apa pun antara kedua negara, sampai tahap perang mana pun, patung kadal pasir di depan istana Kekaisaran Gurun bersedia menjadi tiang penambat kuda terakhir Tuan. Pendeta Kepala juga menyampaikan pesan serupa." Suara Hosea tidak hanya mengandung kesantunan diplomatis, tapi lebih mencerminkan kelugasan khas pria gurun.
“Selain itu. Yang Mulia Jenderal, sebenarnya ada sekelompok kecil kadal pasir yang sangat ingin pergi bersama Anda untuk melihat dunia luar, tidak tahu apakah Anda bisa memberi mereka kesempatan ini?” Hosea berbicara sambil menunjuk ke belakang, dari barisan Ksatria Kekaisaran Gurun muncul sekitar dua ratus ksatria. Sekilas terlihat, yang tidak memiliki lambang bangsawan di dada adalah minoritas, dan di antaranya tidak sedikit Ksatria Binatang Legenda dan Ksatria Kadal Pasir yang termasuk ksatria senior.
Tanpa menunggu jawaban Chi Aotian, Hosea melanjutkan: “Tentu, ada satu syarat. Mereka tidak akan bergabung dengan pasukan reguler negara Anda—faktanya, peraturan rekrutmen negara Anda juga tidak akan memberi kelonggaran untuk merekrut pasukan asing. Saya harap mereka bisa bergabung dengan Pasukan Bayaran Kecil pimpinan Tuan Aimi, menggunakan nyali rakyat gurun untuk menulis legenda baru bersama tokoh legendaris.”
Pembicaraan sudah sampai di titik ini, Jenderal Husein juga telah mempertimbangkan semua aspek yang mungkin. Chi Aotian hanya bisa mengangguk diam-diam sebagai persetujuan.
“Su Wen, sesuai target yang sudah ditetapkan Tayang, lewat Hutan Perbatasan, menuju Sungai Sanggan, bergabung dengan komandan resimen. Mari berangkat.” Chi Aotian memutar kepala naganya mencari Su Wen.
Wajah Su Wen terlihat ragu sejenak, akhirnya dia berkata pelan dengan satu kata: “Siap.”
Rencana tidak bisa mengimbangi perubahan.
Mengenai masalah Pangeran Tiedu, Marsekal Chi Datong, dan Zona Perang Hutan Perbatasan, Pasukan Ekspedisi saat ini telah menutup rapat semua informasi. Yang tahu tentang hal ini hanya tiga orang: Chi Aotian, Qu Jianhong, dan Su Wen. Rencana Tayang untuk mendekat dan bergabung dengan Legiun Amy adalah keputusan yang dibuat sebelum insiden Hutan Perbatasan.
"Masih mau melanjutkan melalui jalan ini? Lalu... Bagaimana jika bertemu Marsekal Chi Datong? Bagaimana jika Hutan Perbatasan meminta Pasukan Ekspedisi bergabung? Bagaimana jika Hutan Perbatasan menyerang Pasukan Ekspedisi..."
Su Wen tidak tahu harus berkata apa.
Perintah segera disebarkan melalui sistem yang sudah mapan. Dalam kegelapan malam, puluhan peri mengendarai Burung Ganas terbang ke langit, membentuk garis pengawasan pergerakan pasukan. Batalyon Ksatria Ringan Kesatria Naga Hitam berangkat pertama kali, diikuti sekutu yang menuntun unta, kemudian skuadron ksatria berat Naga Tanah dan sistem Pasukan Bayaran Kecil menyusul di barisan belakang.
Chi Aotian, Su Wen, Qu Jianhong dan lainnya berpamitan dengan Hosea terakhir kali sebelum menunggang kuda menuju barat laut.
"Tunggu! Tunggu! Yang Mulia Jenderal Chi Aotian, tunggu!" Suara tua terdengar dari perkemahan para sarjana, lalu seseorang menarik tunggangan Chi Aotian: "Jenderal, tadi saya meramal nasib Anda. Ramalannya kacau balau. Di tengah ketidakpastian ini, apakah Yang Mulia bersedia membawa orang tua tak berguna seperti saya yang hanya bisa makan tapi tidak bekerja?"
Pasukan Ekspedisi Chi Aotian kembali menginjakkan kaki di wilayah suci kekaisaran yang tak boleh dilanggar pada Kalender Sihir tahun ke-7, Bulan 2 Musim Semi tanggal 21. Ekspedisi ini berlangsung selama satu tahun tiga bulan tiga hari.
Saat berangkat, jumlah total prajurit dan perwira yang tergabung dalam Kesatria Naga Hitam adalah 5.170 orang, sedangkan pasukan bayaran dari Pasukan Bayaran Kecil berjumlah 598 orang. Pada saat ini, gabungan kedua pasukan ini berjumlah 3.015 orang. Jika hanya melihat dari angka ini, tingkat korban pertempuran tidak terlalu tinggi. Namun, pada periode yang sama, setidaknya 120.000 warga padang rumput telah bergabung dengan pasukan sekutu. Dari 120.000 warga padang rumput yang membentuk pasukan sekutu ini, hanya 1.205 orang yang berhasil tiba di Kekaisaran Amy dengan selamat - tingkat korban mencapai 99%.
Pasukan Ekspedisi Chi Aotian meninggalkan catatan yang sangat mencolok dalam Perang Para Dewa - goresan merah darah. Setidaknya 3 juta orang tewas langsung dalam perang terkait, sementara lebih dari 1,2 juta warga Gereja Suci meninggal karena kelaparan dan pengungsian akibat perang. Seluruh Gereja Suci kehilangan sepertiga populasi negaranya karena perang ini.
——《Raja Segala Raja*Raja Naga Bermuka Hitam》
