Yang ditunjuk Shui Wuhen ternyata adalah menara sihir angin.
Jari hitam legam itu kemudian beralih ke menara sihir api dan air: "Di dua menara ini pasti ada kotak giok. Ditambah menara sihir angin, ini sesuai dengan informasi yang didapat Yang Mulia Amy."
Tetua Qing Luo merasa ada yang janggal, alisnya menegang: "Jika mengikuti penjelasan Yang Mulia sebelumnya bahwa sembilan menara ini membentuk siklus tiga-tiga untuk menjaga tiga benda, maka menurut perhitungan paling sederhana, air-es-angin seharusnya satu kelompok, api-tanah-kegelapan kelompok lain, sementara tiga menara magis suci membentuk sistem sendiri. Bagaimana Yang Mulia menyimpulkan ada dua kotak giok dalam kelompok tiga elemen alam air-es-angin?"
Sebagai Elders Elf dari Elf Hutan, terpaksa bersekutu dengan Elf Gelap seperti ada kotoran yang menekan di hati, sungguh perasaan yang amat tidak nyaman. Selain itu, Qing Luo sama sekali tidak mempercayai saudara sebangsa berkulit hitam di hadapannya, bahkan menyimpan keluhan terhadap tindakan bermain api Wali Kerajaan.
Shui Wuhen mengangkat bahu dengan ekspresi santai: "Pertama, jika Anda tidak percaya, kita bisa berpisah. Kedua, saya bisa jelaskan alasanku. Sejak zaman kuno, elemen air melambangkan kelahiran, jadi di Menara Sihir Air pasti ada piring giok. Elemen api melambangkan pembaruan dan pemurnian, jadi juga harus ada. Elemen Kegelapan melambangkan kematian, pasti tidak ada. Tiga jenis magis suci sebenarnya mewakili tiga sumber kekuatan dunia dewa, sedangkan Kekaisaran Sihir selalu bermusuhan dengan dunia dewa, para magician tidak akan memilih tiga jenis magis suci. Tinggal elemen angin dan es, menurutku elemen angin paling mungkin. Ketiga, jika Yang Mulia tetap tidak percaya, kita bisa jelajahi menara air dan api dulu, lalu berpisah untuk eksplorasi. Apakah ini memuaskan?"
Sebagai pemimpin besar ras lintas zaman, Shui Wuhen tidak terlalu mempedulikan kebencian dalam ucapan Qing Luo. Dibandingkan dengannya, Elders Elf pertama Kerajaan Elf Hutan seperti pria muda yang lembut seperti krim, terlihat terlalu hijau.
“Jangan bertindak emosional.” Amy tersenyum sambil menarik Shui Wuhen, lalu menoleh ke arah Qing Luo dengan tatapan tajam: “Siapa yang berkuasa di Kerajaan Peri sekarang? Atau kau mau aku menyerahkan posisi Perdana Menteri ini untukmu?”
Menanggapi sikap Qing Luo ini, Amy merasa kesal seperti melihat besi tak bisa ditempa menjadi baja. Benar-benar terlalu lama bersama Chi Aotian, otaknya jadi kaku seperti batang besi. Baru saja memanfaatkan pertempuran melawan monster berkepala sembilan untuk memaksa Shui Wuhen menyetujui perjanjian 4-6 dengan prioritas pemilihan yang merugikan ini, apakah para Elf Gelap akan puas dengan syarat ini? Sekarang sembilan peri penjaga Menara Sihir masih hilang, monster berkepala sembilan sudah ditumpas, sekarang malah memancing keributan – bukankah ini memberi alasan bagi Shui Wuhen untuk memisahkan diri? Qing Luo, sebenarnya di pihak mana kau ini?
Yang langsung mencari-cari kesalahan saat menemukan masalah, itu bukan Sage Bijak, tapi orang bodoh kelas berat.
Qing Luo yang malang, dia selalu khawatir Shui Wuhen memanfaatkan Pasukan Bayaran Kecil, sama sekali tidak menyadari bahwa Yang Mulia Perdana Menteri juga punya rencana licik serupa di benaknya.
Qing Luo tak pernah menyadari satu hal: Dalam Pasukan Ekspedisi, Chi Aotian menempati urutan pertama sementara dirinya hanya nomor lima. Di Pasukan Bayaran Kecil, Chi Aotian cuma bisa di urutan keempat, lalu di mana posisinya sendiri? Di mana letak perbedaan itu sebenarnya!?
Amy tersenyum lebar, dengan mesra menggandeng lengan Shui Wuhen—hampir saja berpelukan dan mengadakan "pertemuan kepala": "Jangan dengarkan anak kecil. Kita sudah mencapai kesepakatan, pria sejati bicara pasti ditepati, mana mungkin kita mengingkari..."
Dengan halus, Amy menstabilkan Shui Wuhen.
"Hm, hm... Kau benar." Shui Wuhen tersenyum cerah sama seperti Amy.
"Kita pergi ke menara sihir mana dulu? Aku ikutmu." tanya Amy.
"Atribut angin ditunda. Atribut air untuk perlindungan, api untuk serangan. Pertama ke Menara Sihir Api. Jika tidak salah, di Menara Sihir Air seharusnya ada barang terkait pertahanan, sedangkan di Menara Sihir Api kemungkinan besar ada tongkat sihir untuk magician..." Perkataan Shui Wuhen terpotong ketika Qing Luo tak tahan lagi dan melompat keluar.
"Ini lelucon ya? Semua magician menggunakan tongkat sihir yang bahannya dari batang pohon. Menaruh tongkat sihir di Menara Sihir Api sama sekali tidak masuk akal!" Kali ini Qing Luo bahkan tidak menggunakan kata hormat.
"Hehe..." Shui Wuhen menggeleng pasrah, antara ingin tertawa dan menangis: "Yang Mulia benar. Tapi apakah Yang Mulia tidak tahu legenda 'Naga-Phoenix Membawa Keberuntungan'?"
“Oh? Aku juga tidak tahu kisah ini, Saudara Shui tolong jelaskan lebih detail.” Amy tersenyum lebar mengambil alih pembicaraan, dalam hati menyesal setengah mati, andai saja dari awal membawa tetua petarung elf yang lebih penurut.
“Mari kita bicara sambil berjalan.” Shui Wuhen menunjuk ke Menara Sihir Api: "'Lóng Fèng Chéng Xiáng' milik dua tetua pendiri Kekaisaran Sihir. Yang disebut Naga, merujuk pada Naga Xi Rang Kaisar Sihir. Konon Kaisar Sihir - mungkin juga muridmu - demi memperoleh kekuatan magis, pernah membunuh seekor Naga Suci level lima jenis air sendirian. Jiwa naga ini tidak menghilang setelah mati, terus mengikuti Kaisar Sihir untuk balas dendam. Akhirnya Kaisar Sihir terpaksa menghidupkannya kembali dengan Xi Rang. Sebagai syarat, naga yang berterima kasih ini menjadi naga tunggangan Kaisar Sihir. Jadi, kurangi di piring giok Menara Sihir Air yang terkurung pasti Naga Suci air ini."
Amy, Da Qing Shan, Sha Ruo yang mengetahui versi asli kisah Naga Xi Rang tetap poker face, terus mendengarkan. Xiao Bai yang melihat momen krusial segera bertanya: "Lalu Fenghuangnya? Apakah phoenix cantik itu?"
"Tetua pendiri lainnya Tian Xingzhe, mungkin juga murid Tuan Aimi, pernah menemukan sebutir telur phoenix saat mengeksplorasi lava bawah tanah..."
"Ah..." Xiao Bai Ban berteriak kaget: "Pasti dia berhasil menetaskan telur phoenix itu, sampai punya burung phoenix kecil! Imut sekali ya."
Senyum aneh muncul di wajah Shui Wuhen: "Sekarang aku semakin yakin, setidaknya si Pengembara Langit ini benar-benar murid seseorang. Saat itu dia tidak tahu asal-usul telur itu, malah... malah menggoreng telur sebesar kepalan tangan itu sampai matang lalu memakannya... Seingatku, Tuan Aimi sejak lama ingin merebus telur angsa pemberian Yang Mulia Dewa Naga Pirot untuk dimakan."
Para Elf Gelap lainnya jelas pertama kali mendengar ada orang yang begitu rakus, termasuk penyihir cantik Cao Mozhe, serentak memandangi si "seseorang". Pria itu mengorek-korek telinganya, memberi isyarat pada Shui Wuhen agar tidak membuang waktu dan lanjut bercerita.
"Kasihan hati orang tua mana pun. Induk telur phoenix ini adalah phoenix yang telah menempuh seribu perjalanan. Begitu mendengar kabar, dia langsung buru-buru kembali, tapi... terlambat. Di atas lahar hanya tersisa cangkang-cangkang telur yang hangus legam."
"Lalu... apakah induk phoenix itu memakan si penjahat itu?" Tentara bayaran Xiao Bai Ban kembali larut dalam cerita, lupa posisinya sendiri - toh si penjahat itu harus memanggilnya 'nyonya guru'.
“Ah…” Shui Wuhen menghela napas panjang dengan pasrah: "Keadilan tidak selalu mengalahkan kejahatan. Setelah memakan telur Phoenix, Skywalker merasakan perutnya seperti terbakar api, segera menggunakan Lingkaran Sihir untuk kembali ke Kekaisaran Sihir. Dengan bantuan Kaisar Sihir dan beberapa magister besar, mereka memancing induk Phoenix Api yang sedang berduka ke tepi Danau Persik. Akhirnya memanfaatkan lingkungan air danau untuk membunuh Phoenix berusia ribuan tahun ini. Hal lebih kejam terjadi, Skywalker mengambil tulang kaki, tulang suara, serta bulu terpanjang Phoenix untuk membuat Tongkat Sihir Api - Tongkat Agung Apollo. Saat menggunakan tongkat ini untuk melepaskan sihir api, suara Phoenix dari langit kedengaran jelas. Bahkan murid sihir pemula yang memegang tongkat ini akan tak terkalahkan. Tongkat ini seharusnya disimpan di Menara Sihir Api."
Qing Luo mendengus dingin.
Sembari berbicara, para Petualang telah tiba di bawah Menara Sihir Api.
Perjalanannya cukup sepi, "satu gunung tak bisa menampung dua harimau". Setelah 20.000 tahun, monster lain di Kota Langit mungkin sudah dimakan oleh sembilan monster berkepala itu.
Menara sihir di depan mata terlihat hampir sama persis dengan menara-menara sihir yang bertebaran seperti hutan di kedalaman Gunung Meixisi. Satu-satunya perbedaan adalah di sisi kanan menara sihir terdapat meriam berwarna merah menyala. Meski meriam ini jauh lebih kecil dari menara sihir, di mata semua Petualang, meriam magis misterius ini memiliki bobot yang setara dengan menara sihir yang menjulang tinggi.
Panjang meriam 1,5 meter, diameter mulut meriam 0,4 meter, diameter ekor meriam 0,6 meter. Di bawah meriam terdapat penyangga sebesar lengan. Seluruh bagian meriam berbentuk bulat sempurna dengan gaya khas zaman kuno.
Badan meriam beserta penyangganya dicor utuh dari tembaga merah muda. Seluruh permukaan meriam dipenuhi tulisan tembaga persegi sebesar 1 cun - semuanya menggunakan aksara dunia dewa. Penyangga meriam juga dihiasi tulisan suci - di antara huruf-huruf ini, spirit magis melompat-lompat. Saat disentuh tangan manusia, riak-riak berlapis muncul di permukaan meriam.
Di bagian depan mulut meriam tertanam tiga mutiara sebesar telur berwarna ungu, hijau kebiruan, dan merah marun. Di bawah mutiara terdapat prasasti. Berdasarkan warnanya, ketiga mutiara ini kemungkinan mewakili tiga dewa utama dari Istana Bintang Api Huode.
Meriam ini memiliki dua lengan putar 180°, di mana kedua lengan tersebut dipasangi bola baja seragam — teknologi bola baja hanya tercatat dalam literatur kuno. Sejak Kerajaan Kerdil disegel, teknologi buatan ini satu per satu menghilang. Menurut catatan, dengan teknologi bola baja, bahkan bangsa kerdil pun bisa menggeser benda seberat ribuan kilogram. Jelas, dengan lengan putar berbola baja, para penyihir yang lemah dapat mengoperasikan meriam sihir ini dengan mudah.
"Kelihatannya berat sekali!" Amy mengelilingi meriam sihir dua kali, lalu berjongkok di belakang rangka meriam sambil mengamati lama. Ia cepat memahami cara mengoperasikan meriam Mantra Terlarang tingkat dewa ini, lalu mencoba memainkan beberapa kontrol — seperti semua mesin buatan kerdil, sangat mudah digunakan!
Tak perlu heran, seluruh teknologi meriam ini mulai dari badan hingga rangka berasal dari bangsa kerdil. Saat meriam ini dibuat, mungkin belum ada permusuhan antara Kerajaan Kerdil dan Kekaisaran Sihir — atau mungkin para penyihir memaksa kerdil untuk membuatnya.
"Tong Chui, menurutmu berapa berat benda ini?" Amy bertanya sambil tersenyum pada sang ahli pengecoran bawaan lahir.
"Tergantung ketebalan dinding di bagian belakang meriam. Paling ringan 200 kilogram, paling berat tidak lebih dari 350 kilogram. Jika ada bahan tambahan dalam tembaga merah ini, beratnya sulit diperkirakan." Bukan buatannya sendiri, Tong Chui menepuk badan meriam sambil ragu-ragu.
“Sudah lama dengar Ksatria Kurcaci memiliki kekuatan yang luar biasa besar, Yang Mulia Perapian memang lebih kuat dariku. Aku lihat apakah kamu bisa mengangkat benda ini?” Amy berpura-pura santai, sengaja menyeret Baginda Raja baru Kurcaci Pegunungan ke dalam percakapan.
“Aku coba!” Tong Chui meludah keras dua kali ke telapak tangannya, lalu berjongkok di tanah dan mengusapkan tanah ke telapak tangan.
Dua tangan sebesar kipas menjangkau depan belakang penyangga meriam. Bokong besar itu berjongkok ke bawah, pembuluh darah hitam kebiruan di lengan langsung menonjol bersamaan: “Yah... yah... yah... angkat!” Meriam tembaga ungu setinggi dan sebesar manusia terangkat dengan gemuruh!
“Sini, sini, Da Qing Shan bantu.” Amy menarik Da Qing Shan. Satu orang memegang kepala meriam, satu lagi mengangkat ekor meriam, memaksa meriam ratusan kilogram ini berputar 360° dua kali dari pelukan Tong Chui hingga ke pundaknya.
Tong Chui masih mengerenyit kesakitan belum paham situasi, Amy menepuk bahu Tong Chui dengan tinju: “Bagus, pantas jadi elit Kurcaci Pegunungan kita, kamu bawa saja ini!”
Ha? Tong Chui membuka mulut lebar, terpana... Membawa meriam sihir ini? Lebih dari 500 kilogram, buat apa membawanya?
Shui Wuhen juga tak mengerti maksudnya: “Saudara Amy, ini... Meskipun kau turunkan meriam ini, tetap tak berguna. Tanpa menara sihir di belakangnya yang mengisi kekuatan sihir, ini sama sekali tak berguna. Mengandalkan Magister Sihir biasa untuk mengisi energinya, terus-menerus diisi selama setengah tahun pun tak bisa melepaskan sekali tembakan.”
"Hah…" Amy mengeluh dengan wajah memelas, menjawab di luar konteks, "Ini kan menara sihir yang dibangun muridku. Sepanjang hidup cuma punya dua murid. Melihat benda ini jadi teringat mereka… Kami saling bergantung sejak kecil. Tak ingin yang tua mengantar yang muda… Kasihan kedua muridku, cuma tinggalkan kenangan sedikit ini."
"Oh ya, Tong Chui." Amy menoleh ke ksatria kurcaci malang itu, "Kau harus tahu, kurcaci dan bangsa kerdil itu kerabat dekat, benar kan?"
Ini fakta. Tong Chui mengangguk susah payah.
"Dulu banyak senior kurcaci tewas oleh meriam sihir tirani ini di Aliansi Anti-Sihir. Seharusnya kau pernah dengar juga."
Sepertinya memang ada kejadian seperti itu. Tong Chui terpaksa mengangguk lagi.
"Jadi, angkatlah! Dengan seluruh kekuatanmu. Ini takdir!" Amy berbicara penuh kebijaksanaan, berpura-pura tulus.
Kali ini, ksatria kurcasi yang lugu itu benar-benar bengong.
Pernyataan pertama benar, dan terkait meriam sihir. Kedua juga benar, masih terkait. Ketiga masih berhubungan, tentu… harusnya benar! Gaya berpikir inersia memang begitu.
……
Beberapa anggota Pasukan Bayaran Kecil masih sadar. Tapi mereka bingung: di sebelah ada menara sihir yang katanya menyimpan lambang kemakmuran naga dan phoenix. Kenapa Amy tidak buru-buru masuk, malah tertarik pada meriam sihir besar dan tidak praktis ini?
Masih Shui Wuhen yang bereaksi cepat: "Saudara Amy, apakah ada cara untuk langsung menggunakan meriam sihir ini?"
