"Yang Terhormat Pemimpin, bolehkah Ksatria Naga Suci melakukan gerakan kobra cepat untuk memeriksa keadaan di atas?" Amy membuat gerakan khas kobra dengan tangannya.
"Baiklah, Mendina, berhati-hatilah, dan terbanglah lebih jauh untuk mengamati." Situasi sudah mencapai titik ini, bahkan Naga Suci telah dipanggil, tentu tidak perlu lagi menutupi apapun. Ratusan kepala Naga Raksasa Ladon di atas pasti sudah mempersiapkan pertahanan balik, mungkin... 100 kepala telah tersusun rapi di tepi platform, siap membuka mulut sesuai posisi pendaki untuk memaksa mereka memanjat masuk dengan susah payah... Shui Wuhen hampir menyesal sampai ususnya menghijau.
Hmm? Da Qing Shan dan Anqiu Sheng secara bersamaan menyadari masalah. Magician cantik ini saat mengendalikan naga, tidak hanya tidak menggunakan stimulator naga wajib bagi Ksatria Naga biasa, bahkan tanpa mengucapkan sepatah katapun berhasil membuat Naga Emas Raksasa membentangkan sayap dan terbang keluar platform.
Sekalipun itu Naga Suci level lima yang bisa memahami dan menggunakan bahasa manusia... mustahil bisa membaca pikiran Ksatria Naga secara langsung... Kecuali... sang Naga Suci memiliki kemampuan psionik. Tapi Naga Suci terkenal malas, sepanjang sejarah belum pernah terdengar ada Naga Suci yang rajin belajar hingga mencapai prestasi konstruktif di jalan sihir.
Kalau bukan karena ini, aneh-aneh memang terjadi setiap tahun, tapi tahun ini lebih banyak dari biasanya. Begitu Naga Suci Sistem Emas ini terbang tinggi ke langit, terdengar teriakan gadis penyihir. Para Petualang masih belum bisa membedakan apakah teriakan itu penuh sukacita, keheranan, atau ketakutan. Singkatnya, setelah teriakan itu, Naga Suci tiba-tiba mengepakkan sayapnya dan langsung menyambar platform di puncak pohon api.
Amy dan Shui Wuhen sama-sama melihat keterkejutan di mata satu sama lain!
Reaksi pertama Amy: Jangan-jangan di platform ini ada apel sebesar mangkuk berlarian ke mana-mana, sementara Naga Raksasa berkepala seratus Ladon sudah kabur dari posnya. Shui Wuhen tentu tahu anggota sukunya tak mungkin sebodoh itu. Ia tak bisa membayangkan apa di atas sana yang bisa menarik perhatian Mendina sebesar itu—Para Petualang Pasukan Bayaran Kecil tidak tahu rahasia Naga Sistem Emas Suci ini, tapi Shui Wuhen sangat paham. Tanpa perintah Mendina, sekalipun di depan Naga Sistem Emas Suci ini dijejerkan deretan naga betina gemuk, ia takkan bergerak sedikitpun.
Jangan-jangan... Mendina benar-benar naik untuk menikmati santapan sendiri?
Hari ini untuk ketiga kalinya Shui Wuhen kehilangan kepercayaan pada penilaiannya sendiri. Kasihan sekali. Shui Wuhen adalah pemimpin besar suku Elf Gelap yang langka dalam puluhan ribu tahun terakhir. Sebelum mengenal Amy, dengan mudahnya ia mengatur bidak-bidak catur yang hampir menghancurkan Kerajaan Elf Hutan. Sekarang, baru bekerja sama dua kali dengan Amy—itupun dalam waktu singkat—kecerdasannya sudah mendekati level orang bodoh kelas berat...
"Ayo kita naik juga." Sebelum suara Shui Wuhen selesai, Lich dan Peri Laut sudah memanjat dengan gesit, sementara Amy dan tentara bayaran Xiao Bai Ban justru tertinggal di belakang.
……
Meski sudah mempersiapkan mental, pemandangan di balkon tetap membuat semua Petualang terkejut luar biasa!
Di balkon luas terbaring mayat Naga Raksasa sepanjang 50 meter, tubuhnya dipenuhi warna-warni menyala. Seratus leher naga ramping terhampar seperti ekor merak yang sedang mengembang... Setiap leher itu tanpa kepala! Darah kotor menyembur dari setiap potongan leher. Kepala-kepala itu masih ada, tapi... berserakan di tanah seperti tumpukan bola, beberapa masih utuh dengan tanduk naga yang terlihat jelas. Sebagian besar kini menjadi tengkorak putih, beberapa masih menggantung daging dan darah segar...
Para Petualang langsung menemukan alasan puluhan kepala Ladon berubah menjadi tengkorak saat pandangan kedua - Ling Bao'er menjerit ketakutan, menutup mata dan buru-buru menyembunyikan wajah di pelukan Amy.
Di atas tubuh Ladon yang sebesar bukit, bersandar seekor naga lain yang jauh lebih kecil, bahkan belum mencapai separuh sayap Ladon. Seluruh tubuh naga kecil ini merah menyala, mengingatkan pada kesan Ksatria Pertama Klan Naga Hong Ye. Tapi naga kecil ini terlihat jauh lebih garang - di tubuhnya tumbuh tujuh kepala secara acak-acakan...
Amy dan Da Qing Shan saat ini sama-sama bingung harus berkata apa. Mereka bahkan meragukan apakah diri mereka sendiri juga memiliki tujuh delapan kepala, kalau tidak... sejak memasuki Kota Langit ini, semua monster yang diliat... oh... tepatnya, semua anggota Klan Naga, semakin banyak kepalanya. Sama sekali tidak bisa ditemukan satu pun naga normal.
Tujuh anak naga kecil di depan mata ini memiliki tujuh kaki yang berkelok-kelok di perutnya. Tiga kaki depan ramping dan tajam, sementara empat cakar belakang terlihat kokoh dan bertenaga. Tujuh kepala itu masing-masing memiliki satu hingga dua tanduk naga yang ramping berbeda. Mata tajam Amy langsung menghitung dalam sekejap: total ada 10 tanduk naga.
Di tujuh kepala naga merah kecil ini, masing-masing memancarkan lingkaran cahaya dengan tujuh warna pelangi: merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu. Ekor merah menyala terkulai di samping, sisik naga di ekornya berkilauan seperti bintang-bintang gemerlap di langit merah tua.
Anak naga ini tidak menghiraukan para petualang. Tiga cakar depannya sedang memeluk dua kepala naga sebesar meja makan (jelas milik Ladon), tujuh mulutnya memperlihatkan taring berkilau yang asyik mengunyah. Darah pekat mengalir deras dari mulut dan lehernya.
Di depan anak naga itu berserakan apel emas - ada yang masih utuh, ada juga yang sudah digigit-gigit sembarangan.
"Saudara Air, bukankah kau bilang Ladon mustahil dikalahkan di dunia yang diketahui..." Kalimat Amy belum selesai diucapkan, separuh perkataannya langsung tertelan melihat pemandangan di depannya!
Dua langkah di belakang Amy, empat Elf Gelap berlutut rapi seperti empat kura-kura kecil yang mengangkut prasasti. Empat kepala paling mulia di dunia penciptaan itu menempel erat di tanah. Elf Laut bingung antara harus berlutut atau tidak, akhirnya hanya berdiri kaku di posisi paling belakang.
Apa maksud gerombolan ini? Gumam Amy dalam hati. Matanya menangkap bayangan pakaian empat Elf Gelap yang bergetar halus... Apakah tujuh monster ini benar-benar sebegitu menakutkan?
Saat menoleh kembali, Amy baru menyadari Naga Suci Sistem Emas itu berdiri patuh di belakang naga merah kecil bagai budak paling setia - Padahal sama-sama naga, aura mereka bagai langit dan bumi. Naga Suci yang tadi masih penuh kesombongan itu, kini terlihat jauh kalah level dibanding naga merah kecil dan Ladon yang sudah menjadi mayat. Pantas saja semua orang mengabaikan makhluk raksasa ini.
"Gou... gou... gou... gou" Naga merah kecil itu mengeluarkan suara aneh dari hidungnya sambil mengunyah kepala Ladon. Busa darah dari tengkorak Ladon menyembur seperti ombak ke segala penjuru, menghujani wajah para petualang di sekitarnya. Darah naga yang mendidih itu mengeluarkan bau amis menyengat yang menusuk lubang hidung.
Rusa yang selama ini mengikuti Xiao Bai di belakang, mendengar suara aneh itu, tubuhnya langsung menegang kaku. Braak... Braak... Dua pasang sayap putih di punggungnya terbentang bersamaan. Tanpa peduli lagi pada peri Xiao Bai, ia mengepakkan sayap dan melesat ke udara. Kemudian, tanduk rusa di kepalanya menyemburkan kilau hijau kebiruan yang berdesir, membentuk pintu perlindungan oval di udara. Dengan kepakan empat sayap yang cepat, sang rusa menerjang ke arah pintu dimensi itu...
Pintu Dimensi Lain!
Ini adalah kemampuan khusus binatang suci seperti rusa yang mengembara di ruang paralel. Melalui pintu ini, mereka bisa bebas memasuki berbagai ruang paralel. Begitu masuk, bahkan jika Dewa Ayah dan Dewa Naga dipanggil sekalipun, takkan bisa menangkap rusa itu lagi.
Sayangnya, tepat saat rusa hendak masuk ke Pintu Dimensi Lain, tubuhnya tiba-tiba terikat oleh kekuatan tak kasat mata di udara, tak bisa bergerak sama sekali.
Makhluk apa gerangan ini? Amy mengutuk dalam hati.
"Hm, tak disangka masih ada reptil kecil yang mengenaliku. Baiklah, setidaknya kalian tidak akan mati sebagai hantu kebingungan. Aku berbelas kasih - sampaikan semua yang kalian ketahui ke reptil-reptil kecil lainnya." Naga Merah Kecil melempar kepala naga yang sudah terkoyak menjadi bubur daging ke samping, lalu mengeluarkan tongkat kecil berbulu merah dari punggungnya. Ia mengusap darah kotor di mulut, leher, dan tubuhnya dengan kasar. Bulu-bulu di tongkat itu tiba-tiba berpendar saat terkontaminasi darah kotor, lalu kembali bersih seketika.
"Amy, cepat berlutut!" Bisik Shui Wuhen dengan nada penuh kepasrahan dan kekecewaan. "Kau tahu, dunia penciptaan dan dunia naga terus berputar dalam siklus abadi digerakkan oleh Sumber Roh Penciptaan. Yang berdiam tak berubah hanyalah dunia Malaikat Maut. Yang Mulia di hadapan kita ini adalah penyeimbang dunia Malaikat Maut dari dimensi naga. Di alam ini hanya ada satu kehidupan - yaitu Yang Mulia ini." Suara Shui Wuhen kini dipenuhi sikap hormat yang sempurna.
"Apa?!" Rahang Amy hampir terjatuh karena terkejut. Dewa Naga Pirot pernah menceritakan tentang dunia Malaikat Maut, tapi sama sekali tidak menyebutkan adanya dunia naga yang menjadi penyeimbangnya.
"Apakah dia Dewa Naga yang menguasai arwah tak bersalah, atau dewa yang menguasai kematian naga?" Amy sendiri bingung bagaimana merumuskan pertanyaannya.
“Tidak... Dialah satu-satunya kandidat yang melepaskan sihir pemusnah 'langit runtuh bumi terbelah'.” Kalimat Shui Wuhen ini menimbulkan dampak besar di kalangan petualang, bahkan peri laut yang berdiri paling belakang juga bertekuk lutut dengan suara "gudong".
“Kau... kau... maksudmu... Tuan Klan Naga ini adalah Penghancur Dunia?” Nada bicara Amy jelas gemetar saat bertanya.
“Benar.” Shui Wuhen menarik napas dalam: “Dalam dunia Dewa Pencipta dua generasi sebelumnya, ada kitab ramalan agung berjudul 《Perjanjian Lama》, pada bab kedua belas
disebutkan bahwa saat akhir zaman tiba, semua makhluk hidup termasuk para dewa harus menerima Pengadilan Akhir, yang dipimpin oleh tiga dewa besar yaitu Dewa Ayah, Malaikat Maut, dan dewa terakhir yaitu Yang Mulia Dewa Kuno Dai Fu ini. Ia memiliki tujuh kepala sepuluh tanduk, dengan ekor naganya memikul sepertiga bintang-bintang di langit. Faktanya, akurasi ramalan besar ini adalah seratus persen. Setelah pengadilan, Dewa Besar Dai Fu melepaskan 'langit runtuh bumi terbelah', dunia itu pun hancur, dan segalanya kembali ke kehampaan...”
Ucapan Shui Wuhen memicu rangkaian panjang suara hembusan napas di platform.
Apakah... sekarang kita sedang menghadapi Pengadilan Akhir Zaman? Apakah kepergian Dewa Pencipta Yang Mulia terlalu lama, menyebabkan dunia ini mengalami keruntuhan total?
“Jawaban bagus, sangat komprehensif. Nanti saat aku memakanmu, kau boleh memilih bagian mana yang akan kumakan duluan.” Dewa Kuno Dai Fu tersenyum menggoda.
“Kalian makhluk kecil ini bahkan bisa menyegel Naga Emas Suci setelah mati, berarti di antara kalian ada yang mampu membantai Naga Suci. Tak heran kalian berani, meski tahu pasti ada naga ilusi yang menjaga di samping Apel Emas, tetap nekat mencoba.” Dewa Kuno Dai Fu kemudian menggerakkan tongkat kecil berbulu di tangannya: “Ini yang kalian cari kan?”
Saat Dewa Kuno Pemusnah berkata-kata, mata Amy berkilau dua kali. Akhirnya ia ingat asal-usul Naga Emas Suci ini. Sebelumnya di Hutan Peri, Shui Wuhen pernah menyebutkan tentang Pedang Dariblood yang digunakan untuk memenggal kepala Modora - Naga Suci lainnya yang setara dengan Naga Jahat Yin Feng. Jadi tak heran gadis pemanggil naga itu bisa mengendalikan naga dengan pikiran, itu memang keahlian utama para pemanggil naga.
Sedangkan tongkat kecil berbulu di tangan Dewa Kuno Dai Fu itu, pastilah tongkat sihir api yang paling terkenal.
“Benar, Tuan Dai Fu. Tujuan perjalanan kami memang tongkat besar Apollo Phoenix yang terbuat dari bulu dan tulang phoenix seribu derajat ini.” Sikap Shui Wuhen masih sangat hormat, seolah sama sekali tidak mendengar perkataan anakan naga merah itu yang ingin memakannya tadi.
“Hmph... Phoenix seribu derajat? Tongkat besar pula...” Naga merah itu memasukkan tiga cakar depannya ke dalam dua mulutnya untuk mengorek gigi, dengan nada merendahkan mengeluarkan beberapa kata dari mulutnya.
"Hehe." Amy tertawa di samping, suaranya cukup keras. Saat Sha Ruo kembali ke Kota Hamburg, dia khusus menceritakan asal-usul phoenix. Phoenix adalah spesies super yang mampu melintasi berbagai dunia penciptaan. Selain itu, mereka menggunakan siklus reinkarnasi untuk mendapatkan kehidupan baru secara terus-menerus, sehingga mencapai keabadian. Dalam arti ini, ras phoenix justru berkebalikan dengan makhluk tua Daifu di depan mata ini. Jadi, jika perkiraan Amy tidak salah, Daifu yang mewakili kematian pasti tidak akan punya sedikit pun simpati pada phoenix. Setelah menyadari hal ini, Amy segera mengubah posisi dan melontarkan pujian beruntun: "Aku juga merasa benda ini disebut tongkat sihir besar cukup konyol. Jika benar terbuat dari bulu phoenix, berarti phoenix itu telah dibantai. Seperti pepatah, phoenix yang tercabut bulunya tak lebih dari ayam. Menurut peribahasa ini, kurasa benda ini bahkan tidak layak disebut tongkat sihir. Mungkin 'kemoceng bulu ayam' lebih cocok untuknya."
"Hahaha... Kemoceng bulu ayam? Aku suka nama ini!" Naga Merah Kecil menepuk-nepuk perutnya dengan tujuh delapan cakar sambil tergelak-gelak: "Kau siput kecil ini cukup lucu. Aku akan berbelas kasih, akan memakanmu yang terakhir."
"Sudah bertahun-tahun tidak melihat serangga kecil seperti kalian, juga sudah lama tidak menyantap kalian. Bagus. Kali ini jenisnya cukup lengkap - yang muda cocok ditumis, yang tua enak digoreng, yang gemuk untuk shabu-shabu, yang kurus jadi isian dumpling, sisanya bisa dikeringkan dengan garam untuk dikenang di hari mendung..." Naga Merah Kecil menjulurkan tujuh lidah panjangnya yang meneteskan air liur sambil terus menjilati bibir.
Rupanya ini makhluk naga gourmet lainnya.
Tentara bayaran pemula Xiao Bai menggenggam tangan Amy ketakutan, berbisik: "Suami, bisakah kita kalahkan dia?"
