Amy terlalu meremehkan kecerdasan pria Suku Angin.
Garand mengamati Amy dari ujung kepala hingga kaki. Lehernya sedikit lebih tebal daripada kepalanya, seperti pinguin raksasa yang gagah. Diam-diam ia mengangguk, memperkirakan Amy tidak berbahaya - paha Amy bahkan lebih kecil dari lengannya. Sambil tersenyum lebar, Garand memperhatikan pedang super besar di punggung Amy... Semakin dilihat semakin terlihat palsu. Dengan postur kecil begini bisa pakai pedang sebesar itu?
Dengan kecerdasan normal pria Suku Angin, kemampuan menilai banyak hal dalam waktu singkat ini sangat luar biasa. Tapi kecerdasan Garand lebih dari itu. Ia menunjuk hidung Amy sambil berteriak: "Dari wajah licikmu sudah kelihatan bukan orang baik! Suruh aku masuk, berani tidak ikut masuk bersama?!"
Waduh... Anak malang ini bodoh sekali? Da Qing Shan dan Sha Ruo saling pandang. Ada orang yang sengaja cari mati? Memandangi Ling Bao'er dengan tatapan ingin menculik, malah berusaha menjebak Amy ke bidang kekuasaannya sendiri - ini seperti anak domba mengikat sendiri serbet di leher serigala. Ya Tuhan, lindungilah anak domba malang ini... Sha Ruo kembali membuat tanda salib di dadanya.
Tanpa perlu Amy menjelaskan lebih lanjut, Da Qing Shan, Sha Ruo, dan Qing Luo sudah menyadari bahwa ini adalah Bidang Kekuasaan yang hanya bisa dikeluarkan oleh magister. Lebih lagi, ini adalah jenis Bidang Kekuasaan yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.
Sebelum memasuki Kota Langit, tingkat kemampuan Amy sudah berada di puncak Magister Sihir selama lebih dari dua tahun. Kadang-kadang dia bisa merasakan kekuatan Bidang Kekuasaan, namun masih jauh dari tingkat magister yang bisa mengontrolnya dengan bebas. Ditambah dengan terjadinya Perang Para Dewa, mustahil baginya untuk masuk ke Menara Permohonan guna memahami kekuatan bidang. Dia hanya bisa menunggu hingga perang berakhir sebelum menantang Menara Permohonan atribut es.
Setelah pertempuran sengit di Kota Langit, entah bagaimana setelah sembilan Roh Atas tingkat tinggi itu menghilang, Amy jelas merasakan peningkatan kekuatan sihirnya. Dia bisa merasakan kekuatan Bidang Kekuasaan yang kuat di sekitarnya, membuatnya menduga dirinya sudah naik level menjadi magister. Namun Amy tidak yakin kapan dia mendapat nasib sebaik ini.
Amy adalah penyihir semua elemen. Beberapa buku sihir yang diberikan oleh tiga Tetua Besar saat perpisahan berisi metode untuk melepaskan Bidang Kekuasaan multi-unsur.
Dalam sejarah manusia pernah ada empat penemuan legendaris yang sangat terkenal: Lingkaran Sihir, Mantra, Rempah-Rempah, dan Tongkat Sihir. Fungsi utama keempat penemuan ini adalah meningkatkan level pelepasan sihir para Magician. Saat Kekaisaran Sihir runtuh, Aliansi Anti-Sihir menghancurkan semua catatan tentang rempah-rempah dan mantra untuk mencegah sisa-sisa Kekaisaran Sihir bangkit kembali, sekaligus melarang para Magician mengajarkan pengetahuan terkait dua bidang ini. Jika dilanggar, akan dianggap sebagai deklarasi perang. Dengan demikian, metode penggunaan rempah-rempah kuno dan teknik menggambar mantra kuno menjadi tumbal yang terkubur bersama Kekaisaran Sihir. Kemudian, Guild Penyihir memulai penelitian ulang kedua penemuan besar ini dari nol, namun perkembangannya sangat lambat.
Da Qing Shan, Sha Ruo, dan Qing Luo tentu tidak mengetahui sejarah ini, namun hal itu tidak mengurangi ketajaman penilaian mereka.
Mendengar undangan tersebut, Amy awalnya pura-pura menolak beberapa kali, sampai akhirnya terlihat seperti dipaksa oleh Galand dengan penuh kepahitan: "Baiklah, baiklah. Kalau kau bersemangat seperti ini, aku pun harus ikut menemani pria terhormat." Setelah berkata demikian, ia bahkan menepuk dada dengan keras. Seolah-olah membuktikan pepatah: Hidup itu seperti pemerkosaan, jika tak bisa melawan, tutuplah mata seperti Amy dan nikmatilah dengan baik.
Qing Luo dulunya selalu merasakan semangat berkobar-kobar saat mendengar ungkapan heroik seperti "mengorbankan nyawa menemani pria terhormat". Tapi baru sekarang ia sadar, jika yang "mengorbankan nyawa menemani" itu adalah orang picik... Rasa darah mendidih itu lenyap, digantikan kedinginan yang merasuk hingga ke tulang sumsum.
Tanpa memberi kesempatan Galand berbicara, Amy bergegas melangkah dan menabrak masuk ke dalam lingkaran mantra sihir. Pada detik itu juga, wajahnya merekah senyum. Sebenarnya, sebagai pertama kalinya melepaskan Bidang Kekuasaan - apalagi Bidang Kekuasaan Magis multi-unsur - hatinya sempat cemas. Tapi begitu masuk menjadi bagian dari lingkaran sihir, kekurangan apapun dalam Bidang Kekuasaan itu akan mudah dikendalikan.
Bidang Kekuasaan itu membesar beberapa jengkal saat Amy masuk. Berdiri di dalam lingkaran sihir, ia melambaikan kelingking ke Galand. Senyumnya memancarkan campuran ambigu, ejekan, dan penghinaan. Entah bagaimana, senyuman itu memicu amarah Galand. Pria berempat lengan itu menghentakkan kaki, melakukan dua putaran udara sebelum menerjang masuk ke dalam Bidang Kekuasaan.
Qing Luo diam-diam maju selangkah saat Amy menoleh, menghalangi pandangan Yang Mulia Ratu Ling Bao - Begitu seorang Magician masuk ke Bidang Kekuasaannya sendiri, energinya akan diperkuat tak terhingga. Di wilayah kekuasaan seluas satu mu tiga fen itu, ia bagaikan Dewa Pencipta. Sekadar senyuman sambil menoleh pun bisa melukai jiwa. Kalau tidak, tak mungkin pria Suku Angin itu begitu gegabah.
Saat Galander menabrak masuk ke dalam Bidang Kekuasaan Magis, pemandangan di seluruh bidang tiba-tiba berubah. Kubah langit menampakkan matahari merah yang terbit, awan putih bergulung-gulung melayang di dalam bidang. Tubuh Galander menyusut hingga hanya sebesar kepalan tangan, terpelanting puluhan kali di padang rumput tak berujung. Kawanan domba putih salju dan kuda merah menyala menghiasi padang hijau zamrud, beberapa sungai besar berkelok-kelok memantulkan cahaya emas mentari mengalir dengan tenang.
Galander di dalam bidang jelas terkejut, dua busur besar langsung diambilnya, waspada mengamati sekeliling. Amy berada tepat di sampingnya seperti raksasa yang menjulang ke langit, namun jelas Galander tidak melihat atau sama sekali tak bisa melihat Amy. Awan putih di kubah langit bidang tiba-tiba berubah hitam, kilat-kilat menyambar di langit akhirnya menghujam tanah. Kawanan kuda yang tersambar kilat menjadi panik, mengalir seperti banjir bandang di padang rumput. Sambaran kilat terus-menerus mengoreksi arah pelarian kuda. Akhirnya, ribuan kuda yang meringkik itu benar-benar menerjang ke arah Galander untuk membunuhnya.
Pria Suku Angin Langsung berbalik dan lari dengan kecepatan luar biasa, bagai kuda yang ketakutan. Namun stamina manusia tak mungkin menyaingi kuda perang - perlahan ia tertangkap. Garand tiba-tiba berputar, dua busur besar dibentangkan bersamaan. Empat tempat panah kosong dalam sekejap. Tarikan busurnya luar biasa kuat dan akurat. Semua kuda sedang berlari kencang, tapi setiap panah menembus kepala kuda dari depan ke belakang. Kawanan kuda perang berubah menjadi bubur daging yang terinjak-injak.
Kawanan kuda di belakang tetap menderu menyerbu. Garand segera mengambil tongkat dari punggungnya dan menaruhnya di mulut. Dengan tiupan kuat, sebatang anak panah berbulu sepanjang dua chi terbang BRAKK! Tepat menembus dahi kuda merah di barisan depan, menusuk otaknya. Kuda merah itu terjatuh ke tanah.
Panah tiup?! Tak disangka pria ini bisa menembus tengkorak keras kuda dengan panah tiup. Berapa besar kapasitas paru-parunya? Pantas suaranya bergema seperti gong saat bicara.
Qing Luo tak sengaja meremas panah pendeknya. Jika tadi pria itu menembakkan dua busur sekaligus sambil menyelipkan beberapa panah tiup di sela-selanya, Elder Elf pasti tak bisa menghadang semua Bulu Panah dengan teknik memanah biasa.
Sayangnya, kecepatan tembakan blowpipe terlalu lambat. Baru menjatuhkan kuda ketiga, teriakan menyayat hati terdengar. Ratusan kuku kuda telah menginjak-injak Galand ke tanah. Kuku-kuda sebesar mangkuk itu menghujani tubuh Galand tanpa ampun, mengincar titik vital dan organ reproduksinya. Setelah beberapa kali menginjak, kuda-kuda itu mengeluarkan dengus gembira, lalu dengan riang mengangkat kaki belakang membentuk angka 8 besar di padang rumput sebelum kembali mengantri rapi di belakang. Tidak ada satupun yang menyerobot antrian, menunjukkan keahlian luar biasa sang penyelenggara pertunjukan tap dance ini...
Pemandangan di dalam Bidang Kekuasaan tiba-tiba berubah. Awan hitam di langit tersibak, kawanan kuda yang menderu lenyap tanpa jejak.
Galand yang tadi berguling-guling di tanah kini kembali bersinar bahkan bulu panah di tempat panahnya utuh kembali. Kali ini dia terlempar ke sebuah kota metropolitan. Menara kayu setinggi belasan lantai, restoran tiga lantai, tembok kota megah, di mana-mana kerumunan orang dan benda-benda asing yang belum pernah dilihat suku Fushui. Kota ini memadukan keunggulan Kota Salju, Skambray, dan Hamburg.
Galand pun terpana. Terdorong kerumunan, ia melewati beberapa persimpangan hingga melihat gerbang kota. Di sana pasukan militer berjejal mulai dari batalion pendekar biasa hingga kesatria naga tanah tingkat tinggi, bagai hutan besi.
Jialande memandang dari gerbang kota ke hutan di lembah, dengan berbagai hewan yang belum pernah dilihatnya. Cahaya matahari lembut menyinari dari langit...
"Jika aku menjadi dia, pasti juga akan terpesona." Qing Luo bergumam pelan.
Da Qing Shan menatap Qing Luo, keraguan berkilau di matanya: "Siapa tahu ini baik atau buruk."
Amy menepuk tangan di tempat, semua pemandangan seketika berubah menjadi simbol-simbol sihir yang akhirnya menghilang di udara.
"Ini hanya sebagian kecil dari dunia luar." Sha Ruo memberi isyarat tangan untuk diterjemahkan oleh anggota Suku Fushui.
Pemuda empat lengan tampan itu langsung terkesima. Pemandangan gua kapur bawah tanah tak ada artinya dibanding ini. Semua orang di masa muda pasti ingin menjelajah keluar. Jelas Jialande juga berpikir demikian.
Selain itu, pemuda empat lengan itu gemetar ketakutan saat melihat Amy kembali. Niat menculik tadi sudah lenyap ke Di Luar Sembilan Langit, malah muncul sedikit keinginan menjaga perdamaian dunia melawan teror.
Kemampuan akhirnya menjadi modal utama negosiasi. Jialande melipat empat lengannya dengan hormat: "Aku akan antar kalian menemui ayahku."
Ternyata ayah Jialande adalah tetua Suku Angin, sedangkan Jialande sendiri adalah Prajurit Utama suku tersebut.
Di jalan setapak gua kapur yang terus-menerus mengembunkan tetesan air, berjalan harus sangat hati-hati. Amy sambil berjalan menyuruh Sha Ruo bertanya pada Galande: "Apakah setelah ayah Tuan menjadi kepala suku, beliau juga hanya bisa menggunakan bahasa isyarat?"
Galande terkejut: "Menurut aturan suku, untuk menjaga rahasia, kepala suku hanya boleh menggunakan bahasa isyarat."
Oh... Amy mengangguk, tidak bertanya lagi. Beberapa petualang lain tidak mengerti maksud komandan resimen, saling pandang tapi tidak bertanya.
Perkemahan Suku Tingfeng terletak di lereng bukit kecil dengan area yang luas. Semua rumah dibangun di atas batu pecah untuk menghindari kelembapan. Melihat kerumunan besar Suku Fushui yang tiba-tiba muncul di luar perkemahan, anggota Suku Tingfeng berhamburan keluar rumah dengan terkejut, ratusan busur besar diarahkan ke Suku Fushui. Galande segera melompat ke depan dan berteriak pada sukunya, busur-busur pun segera ditarik kembali.
Yang mengejutkan Pasukan Bayaran Kecil, penampilan pria Suku Fushui dan Suku Tingfeng sangat berbeda. Namun wanita dari kedua suku seperti dicetak dari cetakan yang sama - tidak hanya tinggi badan dan ciri wajah, tapi juga memiliki sepasang sayap di punggung. Satu-satunya perbedaan adalah bulu sayap wanita Suku Tingfeng berwarna biru.
Dalam komunikasi antara Galan dan ayahnya, ia menekankan semua yang dialaminya. Namun sebenarnya ini tidak penting. Setelah berkomunikasi dengan bahasa isyarat, kepala suku Suku Angin dan dukun Suku Air segera memutuskan untuk bermigrasi. Manusia memiliki sifat konformitas, termasuk kepala suku. Selain itu, menurut Suku Angin, kemampuan Suku Air pasti lebih rendah dari mereka. Jika mereka berani bermigrasi, mengapa kami tidak?
Untuk kehati-hatian, Tuan kepala suku menggunakan cangkang kerang untuk meramal. Hasilnya... Jawabannya ternyata sama persis dengan ramalan dukun Suku Air.
Waktu tersisa digunakan untuk memberitahu penduduk di beberapa desa lainnya.
Dalam beberapa hari ini, petualang Pasukan Bayaran Kecil menjelajahi seluruh gua kapur. Luas gua cukup besar dan sebenarnya tidak sepenuhnya gelap. Banyak bagian atap gua yang bisa menembuskan cahaya matahari, sehingga ada tanaman biru di dalamnya. Hasil alam gua lebih kaya daripada rawa-rawa. Danau memiliki beberapa jenis ikan dan udang, di dalam gua terdapat hewan pengerat mirip tikus, dan di atap gua tinggal beberapa jenis burung. Sebagian burung hanya hidup di dalam gua, sebagian lain berburu melalui lubang di langit.
Burung-burung menjadi sumber makanan utama dan sumber kehidupan Suku Angin. Karena masalah pencahayaan, para petualang belum bisa melihat jelas bentuk burung-burung ini, namun dari rasanya cukup enak.
Busur dan panah yang dimiliki Suku Pendengar Angin sebagian besar bahannya berasal dari burung. Badan busur terbuat dari logam sedimen alami berdaya lentur tinggi yang ditemukan di gua. Tali busur dibuat dari bulu burung sebesar kepalan tangan yang dipilin berulang kali. Tangkai panah disusun dari tulang kaki Albatros baru. Karena tulang tersebut mengandung fosfor, di kegelapan akan terlihat warna hijau samar.
Yang membuat Qing Luo terkejut bukan main adalah, seluruh anggota Suku Pendengar Angin sama sekali tidak mengandalkan mata saat memanah, melainkan telinga! Di dalam gua hitam legam, pria terbaik mereka bisa melacak lebih dari 10 burung terbang secara bersamaan hanya dengan pendengaran. Yang paling biasa pun bisa melacak dua burung sekaligus. Dan selama mereka mau, semua burung yang dilacak itu akan terjatuh oleh panah mereka. Inilah warisan terbesar setelah puluhan ribu tahun tinggal di gua kapur ini.
Ini benar-benar di luar bayangan!
Menggunakan telinga untuk mendeteksi target, bisa melepaskan dua panah sekaligus ke dua sasaran berbeda... Qing Luo yakin: Tanpa mantra angin dari elf padang rumput untuk panahnya, tanpa panah pelacak atau anak panah beruntun dari elf hutan, dalam perang dengan jumlah pasukan seimbang, pertempuran akan langsung timpang... Bahkan dengan kemampuan khusus pun, mampukah para elf mengalahkan Suku Pendengar Angin? Qing Luo tidak tahu jawabannya.
