Tengah malam, suara jangkrik yang nyaring masuk ke telinga Amy. Terbangun dari mimpi, barulah ia sadar telah tidur di kursi selama beberapa jam.
Tiba-tiba, rasa dingin yang menusuk menyebar ke seluruh tubuh Amy—kantong perlindungan sihir di pelukannya... menghilang tanpa jejak!
Habislah! Hati Amy langsung terasa berat, keringat mengalir deras dari setiap pori-pori kulitnya...
Amy bahkan bisa membayangkan kejadian tadi: Ling Bao'er dengan kelincahan khas peri diam-diam membuka bajunya, mungkin sambil menanam dua tanaman hipnotis di ruangan, lalu mengambil kantong perlindungan sihir. Cara membuka kantong itu sendiri sudah dipelajari Ling Bao'er dengan merengek-rengek setahun yang lalu, dan dia sering mengobrak-abrik isinya untuk mencari barang kesukaannya.
Kecantikan pembawa bencana... Tangan kaki Amy terasa dingin, entah bagaimana frasa itu tiba-tiba melintas di pikirannya...
Amy tak tahu bagaimana dia keluar dari rumah almarhum Magister Besar Sihir Unsur Tanah. Yang dia ingat samar-samar hanyalah pemandangan di luar perlindungan: banyak orang menangis histeris, Sha Ruo sambil meneteskan air mata terus-menerus melepaskan sihir pemulihan Elemen Suci, sementara Ling Bao'er berdiri kaku sambil menggigit jari telunjuknya.
Saat Amy keluar dari rumah, Ling Bao'er langsung menoleh tajam. Air mata bening membanjiri wajah kecilnya. Gadis itu berlari sambil terisak: "Mengapa? Mengapa? Bagaimana ini bisa terjadi!?"
Di lapangan yang luas, banyak orang tergeletak, ada yang berbaring, ada yang tertelungkup... sebagian besar sudah tidak bernapas...
Beberapa jam sebelumnya, Ling Bao'er mengendap-endap mengeluarkan tas perlindungan dari pelukan Amy, takut Amy terbangun. Dia bahkan sengaja menumbuhkan empat batang mugwort yang memiliki efek penenang kuat.
Di lapangan, semua manusia emas tahu bahwa malam ini Sang Ratu bangsa elf yang paling baik hati akan mengeluarkan apel emas untuk meningkatkan kecerdasan seluruh ras. Manusia emas yang polos sampai ke tingkat ekstrem memandang gadis kecil yang menyelinap keluar dari rumah dengan tatapan ritual penghormatan.
Dua kuali batu besar sudah dicuci bersih, ratusan mangkuk batu tertata rapi. Saat dua apel dikeluarkan dari tas perlindungan, cahaya emas berkilau menusuk mata semua orang. Dalam kegelapan malam, semua orang bisa melihat dengan jelas kekuatan magis besar yang perlahan memancar dari apel emas... Sebelumnya, manusia emas masih ragu-ragu tentang klaim bahwa sebuah buah bisa meningkatkan kecerdasan. Kini, kekuatan bawaan apel emas langsung menaklukkan semua orang! Banyak yang mengalirkan air mata jernih melihat apel ini - ini adalah intuisi murni sejati.
Ling Bao'er tersenyum manis, jari-jarinya seperti anggrek melengkung dengan anggun, pisau perak kecilnya dengan cepat mengupas kulit apel emas. Sari buah keemasan menetes dari gagang pisau ke dalam kuali batu berisi air mendidih yang bergolak. Begitu sari buah menyentuh air, aroma mistis nan samar menyebar ke segala penjuru bersama uap putih...
Daging buah keemasan berjatuhan seiris demi seiris, hingga akhirnya biji apel pun ikut tercebur...
Aroma mistis yang samar itu kini mengental seperti madu yang telah diaduk lama. Anak-anak suku Emas yang berjongkok di barisan depan terus menelan ludah, tenggorokan mereka bergerak-gerak tak henti.
Saat pembagian kuah, setiap dua ras mendapat satu kuali besar berisi kuah keemasan berkilau. Di bawah bimbingan para Petualang, kuah ini dibagikan dengan cara yang relatif adil ke tangan setiap anggota suku. Semua proses berjalan lancar sempurna. Yang menggembirakan para Petualang, bahkan selama proses memasak kuah apel ini, mereka sudah bisa merasakan sebagian besar anggota suku Emas mulai memancarkan aura spiritual.
Sepanjang proses ini, Da Qing Shan tetap diam. Tentu saja dia juga tidak ikut bergerak kompak. Dia hanya duduk di sudut, memandangi segala yang terjadi dengan tenang. Di satu sisi ada sahabat seperjalanan sejak kecil yang kini berhati sekeras besi; di sisi lain ada sang kekasih, seorang Pastor yang rela mengorbankan seluruh dirinya. Seperti Amy, dia hanya samar-samar merasakan sesuatu yang tidak beres, tapi tidak tahu pasti di mana letak masalahnya. Maka dia hanya bisa terus memandang... Pupil hitamnya berkedip penuh kepasrahan dalam gelapnya malam.
Dalam Perang Para Dewa, Da Qing Shan dalam banyak kesempatan, karena kebaikan hati dan komitmen pada janji, terpaksa tetap netral.
Manusia Emas menikmati cairan manis dalam mangkuk dengan perlahan-lahan. Anak-anak yang belum pernah merasakan kelezatan seperti ini bahkan menjulurkan lidah untuk menjilati dasar mangkuk hingga bersih.
Efek Apel Emas benar-benar instan!
Saat cairan emas masih menggelinding di tenggorokan, para wanita dari Empat Suku Emas yang sebelumnya tak bisa berbicara tiba-tiba merasakan kelegaan di kerongkongan. Suara merdu seperti nyanyian surgawi mulai terdengar dari mereka. Enam Utusan Peri saat menciptakan manusia dulu malas mengerjakan bagian tulang hyoid di kerongkongan wanita, sehingga mereka tak bisa bicara. Sedangkan para pria... Setelah meminum jus Apel Emas, semua yang sebelumnya tak mereka pahami menjadi jelas dalam sekejap...
Anggota Suku Emas yang gembira tak bisa menahan sukacita. Mereka membentuk lingkaran-lingkaran dan menari tarian tradisional. Nyanyian yang biasanya hanya dinyanyikan saat upacara ritual bergema silih berganti. Sayap-sayap berwarna emas, merah menyala, biru langit, dan putih susu mekar seperti kelopak bunga raksasa di alun-alun...
Tapi... Pada saat itulah Para Petualang menyadari... Benar-benar muncul masalah!
Di antara tawa riang, obrolan keras para pria, dan bisikan-bisikan para wanita... Seluruh anggota Suku Emas mulai menua dengan cepat dalam waktu singkat - dengan kecepatan yang dapat dilihat mata telanjang.
Hampir pada saat yang sama, seseorang dalam kerumunan yang riuh jatuh, terbaring diam di tanah seperti tertidur. Tapi, tak peduli bagaimana sahabat di sekitarnya mendorong, tak bisa bangun lagi.
Sampai saat ini, Da Qing Shan mungkin baru menyadari sumber masalahnya. Sambil berteriak ke Sha Ruo "Suruh mereka semua diam, jangan ucapkan apapun!", dia berlari menuju empat pemimpin suku. Untungnya, empat pemimpin besar masih memegang teguh ajaran leluhur dan tidak ikut dalam canda tawa anggota suku.
Tapi tindakan ini sudah terlambat. Ketika sebagian besar lingkaran pertemuan berhenti, setidaknya ratusan orang telah memasuki tidur abadi, dan sebagian besar adalah pria. Anggota suku di sekitarnya meratap sambil memukul-mukul tubuh kerabat yang semakin dingin, tangisan terputus-putus ini justru membuat lebih banyak orang cepat menua... bahkan jatuh...
Saat itulah, Amy keluar dari rumah.
Penyebab tragedi ini sebenarnya sederhana.
Setiap kata dalam bahasa manusia kuno mengikis energi dalam tubuh manusia. Leluhur Orang-orang Emas mungkin sudah mengetahuinya, karena itu empat suku kuno melarang pemimpinnya berbicara kecuali saat harus menggunakan sihir, agar ras mereka bisa bertahan.
Berbicara dan bernyanyi terus-menerus, setiap kata bahasa manusia kuno bagai pipa yang tertancap di tubuh Orang-orang Emas, tanpa henti menarik darah, jiwa, dan kehidupan mereka...
Akhirnya, dari pria yang pertama kali berbicara, setidaknya seperempat telah tewas, sementara jumlah wanita yang meninggal sekitar seperenam. Yang lebih parah, banyak anak kecil yang terus bercanda dan tertawa. Tubuh mereka tidak bertumbuh, tetapi wajah sudah menyerupai orang dewasa bahkan orang tua, seperti bangsa kerdil yang terhambat pertumbuhannya.
Hanya dalam setengah jam singkat ini, Empat Klan Emas kehilangan setidaknya dua generasi!
Diam adalah emas! Baru saat ini keempat tetua benar-benar memahami makna sejati dari pepatah warisan leluhur.
Sementara itu, Amy dan Da Qing Shan juga mulai menyadari upaya keras Kekaisaran Sihir terhadap Empat Klan Emas.
Burung yang hendak mati berkicau pilu; manusia yang hendak wafat berucap bijak. Buku harian magister besar sihir unsur tanah yang tersisa seharusnya tidak dipalsukan, dan tidak ada alasan baginya untuk berbohong. Selain dalam Perisai Sihir raksasa yang abnormal di kaki Gunung Meixisi, tak ada ras selain Naga Suci yang bisa hidup melebihi 20.000 tahun. Artinya... Dewan Tetua Besar Kekaisaran Sihir tidak sepenuhnya mengungkapkan tujuan mereka kepada para magician yang menjaga Empat Klan Emas.
Salah satu tujuan mencuri Pohon Apel Emas dari Taman Eden mungkin untuk Klan Emas, tapi yang lebih utama tetap untuk Kekaisaran Sihir. Para Tetua Besar telah merencanakan ini bukan hanya sehari. Setiap dewan tetua terdiri dari 27 magister besar sihir. Dengan kebijaksanaan kolektif, mustahil mereka tidak menyadari efek negatif besar dari bahasa manusia kuno, namun mereka acuh tak acuh.
Amy sekarang sudah memiliki kemampuan setara magister. Dari perasaannya, jika magician di atas level magister mempelajari dan menggunakan bahasa manusia kuno, mereka tidak akan menerima kerusakan sekuat ini - setiap magician wajib menguasai meditasi dan pemanfaatan enam jenis elemen peri antara langit dan bumi. Oleh karena itu, para magician akan dengan lihai menggerakkan kekuatan elemen sihir di sekitar mereka. Selama penggunaan bahasa manusia kuno tidak terlalu sering, kerusakan pada diri sendiri bisa dikurangi. Dengan demikian, rencana Dewan Tetua Besar seharusnya adalah menggunakan Manusia Emas sebagai bahan percobaan secara bertahap, hingga sepenuhnya menguasai bahasa manusia kuno dan menjadikannya mata pelajaran wajib bagi magister untuk naik level, sehingga Kekaisaran Sihir akan memiliki senjata paling ampuh untuk menyaingi para dewa.
Sebenarnya, dengan kecerdasan Amy dan Da Qing Shan, berbagai kejanggalan selama perjalanan ini seharusnya bisa mengungkap masalah sebenarnya. Sayangnya... keuntungan besar Apel Emas bagaikan matahari terbit di siang bolong, ditambah performa empat ras utama yang saling adu kekuatan. Meskipun Da Qing Shan dan Amy memeras otak, mereka tak menyangka masalahnya justru terletak pada "banyak bicara" setelah kecerdasan mereka ditingkatkan secara drastis oleh Apel Emas.
Penyakit masuk dari mulut, bencana datang dari ucapan. Sekarang, Da Qing Shan dan Amy baru menyadari makna sebenarnya dari pepatah bijak ini.
Para tetua, dukun, dan pemimpin Empat Klan Emas juga melihat Amy. Mereka berjalan tertatih-tatih mendekat, menempelkan diri di penghalang sihir sambil menangis histeris ke arah Amy di dalam. Keempat tetua ini juga telah menerima pencerahan kebijaksanaan. Tingkat kecerdasan mereka saat ini bahkan melebihi manusia biasa. Ketika mengingat keputusan Amy setengah hari lalu, barulah mereka menyadari bahwa bocah lelaki yang tampak egois ini sebenarnya bermaksud baik. Bahkan jika kebijaksanaan tidak ditingkatkan, biarlah tetap bodoh. Sekalipun lebih bodoh dari babi, coba tanyakan pada seekor babi: memilih tetap bodoh atau meningkatkan kecerdasan sampai 250 lalu berubah menjadi babi guling? Babi pun pasti memilih tetap bodoh...
Keempat pemimpin besar sekarang ingin mati saja, tapi bahkan mati pun tak berani. Takut bertemu leluhur di alam bawah tanah dengan dosa memusnahkan suku dan menghapus keturunan!
Ling Bao'er juga menangis. Tangisannya begitu menyayat hati hingga tenaga dan jiwanya terkuras habis.
Tanpa perlu penjelasan siapa pun, setelah mata Amy menyapu lapangan, dia sudah menebak tujuh puluh persen kebenaran. Dengan desahan panjang, Amy keluar dari penghalang sihir. Kini, hati Amy juga dipenuhi penyesalan: Mengapa sejak awal tak terpikir bahwa masalah mungkin muncul di sini?
Amy berjalan sambil memandang sekeliling. Nenek tua yang meneriakinya paling keras mungkin adalah Fu Xing, penampilannya bahkan lebih tua dari kakeknya. Lelaki dengan lengan kering seperti kulit kayu tua itu mungkin adalah Galande, Prajurit Pertama suku Tingfeng. Perempuan kecil dengan bulu emas yang hampir habis itu mirip dengan Azhe, gadis muda dari suku Houtu yang selalu manja bersama Ling Bao'er.
Amy refleks menggigit erat bibir bawahnya.
Sekarang Amy menyesal, andai tahu akan terjadi hal seperti ini, kenapa dulu... harus membawa mereka pergi dari pulau itu?! Untuk apa dia bermurah hati secara sembrono?! Apakah benar-benar mengira dirinya juru selamat?! Tidak tahukah ada pepatah di dunia ini: niat baik justru mendatangkan malapetaka?!
Setiap beberapa langkah, Amy berjongkok menggenggam tangan-tangan kecil yang kurus, menyeka air mata di wajah anak-anak, kemudian berjalan lagi, berjongkok lagi...
Cairan kemerahan merembes dari sudut bibir Amy. Tanpa disadarinya, bibir bawahnya tergigit sampai pecah.
Mengelilingi alun-alun sebanyak satu putaran besar, kembali ke depan penghalang sihir, semburan darah telah menodai baju putih salju Amy. Empat Pemimpin Besar terhuyung-huyung mengikuti Amy dengan penuh harap, mereka baru tahu remaja ini adalah pemimpin tujuh petualang, bahkan di dunia manusia dijuluki "Otak Emas". Bahkan apel emas pun didapatkannya dari monster kuno melalui kecerdasannya. Kini, para pemimpin baru tersadar betapa gegabahnya anggota suku mereka yang sering menggoda pahlawan manusia ini dengan gelar "Empat Pria Tampan".
"Beri tahu mereka, jangan terburu-buru. Masih mungkin ada yang bisa diselamatkan." Amy duduk di anak tangga, suara jernihnya yang tadi kini menjadi serak seperti manusia emas, bekas gigitan berdarah terlihat di bibir bawah, sedangkan bibir atas dipenuhi lepuh darah merah.
Benarkah? Petualang Pasukan Bayaran Kecil membelalakkan mata memandang Amy, semua tak percaya dengan apa yang didengar!
"Suruh mereka mengumpulkan semua anggota suku yang masih muda sebelum menjadi tua, yaitu yang masih mampu bereproduksi..." Amy ragu sejenak: "Cepat... Aku tak bisa selamatkan semua, hanya akan berusaha. Berharap bisa menyisakan sedikit benih untuk mereka."
Sha Ruo mengusap air mata di wajahnya, sambil memberi isyarat tangan menarik keempat pemimpin berlari menuju alun-alun.
Da Qing Shan khawatir, berjongkok di samping Amy dan bertanya pelan: "Bagaimana mungkin kau..."
“Apakah kamu masih ingat Putri Bi?” Amy batuk-batuk menerima sapu tangan dari Anqiu Sheng, menekannya kuat-kuat di bibir. Sapu tangan itu seketika basah oleh darah panas.
“Bahasa kuno mengkonsumsi energi manusia. Orang zaman dulu selalu mengatakan: jing (esensi), qi (energi vital), dan shen (semangat). Mereka menempatkan jing di urutan pertama karena jika energi habis terkikis, napas dan kesadaran akan punah. Menurut pengalaman saya selama bertahun-tahun, energi ini sebenarnya berasal dari sumber yang sama dengan kekuatan sihir yang diperoleh penyihir melalui meditasi. Itulah mengapa Kekaisaran Sihir Kuno berani mengambil risiko besar mencuri Pohon Apel Emas untuk mencerahkan manusia emas dan mempelajari bahasa manusia purba. Selama penyihir tidak menghabiskan energinya secara berlebihan, bahasa manusia kuno bisa benar-benar diterapkan dalam Bidang Kekuasaan Magis. Sebaliknya, jika kita menambah pasokan energi yang cukup - dengan kata lain kekuatan sihir - pada suku emas, proses penuaan mereka mungkin bisa dibalikkan... Tentu saja, saya tidak sepenuhnya yakin...”
“Apakah itu berbahaya?” Ling Bao'er menggenggam tangan Amy.
Amy menggelengkan kepala, menghibur gadis kecil itu.
Da Qing Shan pun duduk lesu. Mungkinkah tidak ada bahaya? Meski Ratu Ling Bao'er cerdas seperti es dan salju, bahkan telah memakan apel emas... tapi... mentalnya masih seperti gadis kecil... Bagi seorang penyihir, kehabisan kekuatan sihir dalam perang berarti akhir kehidupan. Kini, menghadapi dua tiga ribu manusia emas, sekeras besi pun Amy sendirian, berapa paku yang bisa ditempa?
Dan, Da Qing Shan dan Amy hampir merupakan murid dari guru yang sama. Meskipun karena keterbatasan fisik tidak bisa menekuni jalan sihir, pengetahuan sistematis tetap dipelajari dengan mendalam: Magician melalui meditasi dapat terus mengumpulkan kekuatan sihir. Setiap Magician saat melepas mantra, tidak berani menyedot habis semua kekuatan magis. Tubuh Magician terlalu rapuh, hal itu sangat mungkin memicu keruntuhan balik kekuatan sihir. Selain itu, konsekuensi lain dari menghabiskan semua kekuatan sihir sekaligus adalah Magician mungkin membutuhkan waktu sangat lama untuk kembali merasakan kekuatan sihir - seperti saat di Hutan Perbatasan, Amy terus-menerus melepas mantra hingga menyebabkan elemen spirit magis dalam tubuhnya benar-benar menghilang, akhirnya hampir kehilangan kendali atas sihir.
Lagipula, hampir setiap manusia Emas ini langsung menguras habis semua energi dalam tubuh mereka sekaligus. Dalam kondisi seperti ini, ingin mengisi kembali energi satu per satu... betapa sulitnya!
Sekarang, hanya bisa berharap kristal sihir yang dipegang Amy masih bisa berguna.
Seperti yang dipikirkan Da Qing Shan, Amy mengeluarkan kristal dari dalam jubah - faktanya, setelah beberapa transmisi besar-besaran ini, kristal sihir yang dulunya berwarna Biru Tua ini warnanya sudah jauh memudar. Kekuatan sihir di dalamnya jelas terasa berkurang.
Amy berjalan sambil menggali dua belas lubang kecil di lantai batu dengan pedang panjangnya, menaruh kristal-kristal itu ke dalamnya hingga hanya menyisakan sedikit warna biru di permukaan.
Saat itu, Empat Tetua Besar telah kembali membawa anggota suku pertama sekaligus yang terbaik dari empat ras utama.
“Suku Angin, Suku Air, dan Suku Tanah, setiap ras mengirim tiga orang. Harus satu pria dua wanita.” Aimi tidak tahu apakah ini benar, tapi mengingat puncak sihir adalah konstelasi sembilan bintang, maka sembilan orang mungkin sudah batas maksimal. Kepala Suku Api sempat terkejut, tapi segera sadar bahwa giliran sukunya akan tiba.
Aimi duduk di tengah lingkaran kristal, mengeluarkan piring berisi bubuk sihir berwarna merah, kuning, putih, hitam, biru, dan hijau muda yang telah dihaluskan. Setelah berpikir sejenak, ia menaruh piring itu di tanah dan keluar dari lingkaran kristal.
