Tak heran Ling Bao'er terkejut.
Di kejauhan, tiga bangunan raksasa perlahan-lahan muncul.
Bangunan di tengah setinggi 100 meter, dengan alas dari batu dasar laut biru utuh setinggi 15 meter dan berukuran 120x120 meter. Di atas alas terdapat struktur piramida dengan enam koridor selebar 4 meter yang diatur sesuai enam jenis elemen dari kiri ke kanan: merah, kuning, biru, sian, hijau, hitam. Ujung koridor bertemu di meja bundar berdiameter lebih dari 8 meter dengan permukaan sehalus cermin. Di belakangnya terdapat 27 kursi, dengan kursi utama di tengah memiliki sandaran setinggi 1.2 meter yang diukir enam naga dan dua fenghuang.
Bangunan sebelah kiri setinggi 80 meter dengan alas batu dasar laut hijau utuh berukuran 10x100x100 meter. Di atasnya terdapat lereng miring 40° dengan empat koridor yang membentang hingga lantai tertinggi. Seluruh permukaan lereng dipenuhi anak tangga selebar 3 meter yang diisi meja rendah hitam legam setengah meter, dengan deretan kursi di belakangnya.
Di sebelah kanan juga terdapat bangunan setinggi 80 meter. Basenya adalah satu bongkahan batu dasar laut putih, strukturnya sangat mirip dengan sisi kiri. Satu-satunya perbedaan adalah lima koridor membagi area kanan menjadi enam formasi kotak. Setiap formasi diisi dengan meja rendah berwarna seragam, jelas disiapkan untuk magister enam elemen. Yang menarik, di lapisan tertinggi masih ada tiga meja rendah abu-abu yang maknanya tidak diketahui sebagian besar magician.
Pada ketiga bangunan tersebut, setiap 2 meter terdapat penyangga lilin setinggi manusia dengan api emas yang berkobar. Di bagian bawah ketiga bangunan, terpasang deretan kristal sihir seukuran telur angsa. Kini setiap kristal memancarkan cahaya menyilaukan akibat gelombang energi sihir. Ketika bangunan telah melayang 20 meter di atas tanah, para magician baru menyadari bahwa di bawah setiap basis besar terukir lima Hexagram yang menyerap energi dari kristal sihir. Secara berkala, setiap lingkaran sihir melepaskan mantra pengapungan.
Magister Besar Mingya yang sudah lanjut usia mengusap hidungnya yang mancung. Dua tahun lalu, jika kota terapung seperti ini yang menyerang Kota Hamburg, pasti sudah lama direbut. Ia yakin energi sihir yang tersimpan dalam kristal sihir ini jauh melebihi kristal penjaga Skambray. Bagaimanapun, kekaisaran hanya ada selama 500 tahun, sedangkan Pulau Biru Tua sudah 20.000 tahun. Baik kuantitas maupun kualitas para magician, sama sekali tidak sebanding. Asalkan Guild Penyihir mau, tiga bangunan raksasa ini diperkirakan bisa mengapung di langit selama 10 tahun tanpa masalah. Kalau begini keadaannya, lebih baik jangan disebut kota terapung lagi, ganti saja namanya jadi buldoser. Sepuluh tahun cukup untuk menggulingkan semua kota di benua secara bergiliran.
"Mengumpulkan lama lalu meledak tiba-tiba..." Kok frasa ini terdengar seperti sindiran ya?
Sebagai seorang magister, kepala Amy sekarang dipenuhi idiom-idiom pahit seperti 'memelihara harimau jadi bencana', 'menyesal tidak bertindak sejak awal', dan 'membersihkan sampai ke akar-akarnya' yang justru menyenangkan musuh. Mungkin para pahlawan termasyhur yang dulu mengampuni sisa-sisa Kekaisaran Sihir usai Perang Sihir-Senjata, sekarang menyesal sampai ususnya menghijau di alam baka.
Semua magician yang menghadiri upacara memegang kertas kecil bertuliskan posisi duduk masing-masing. Dengan panduan petugas guild, mereka segera menempati tempat duduk.
"Hmm?" Magister Berjubah Abu-abu mengedipkan mata ke asistennya: "Mengapa aku tidak dapat kertas? Di mana aku harus duduk?"
Ning, Sang Magister Besar menunjuk ke tribun pengamat sebelah kanan yang mengambang setinggi 20 meter: "Senior, meja rendah di tengah bagian tertinggi itu milik Tuan. Silakan tunggu sebentar, kita akan naik ke tribun bersama-sama nanti."
Oh? Ternyata di sini juga bisa pakai 'pintu belakang'? Amy menghela nafas lega. Rupanya beberapa hari ini dengan pukulan, makian, dan keuntungan sampingan, cukup efektif. Harus lebih ditingkatkan lagi ke depannya.
Tepat pukul sembilan malam, empat Kesatria Naga di langit tinggi tiba-tiba menderu jatuh ke tanah seperti bintang jatuh. Ah?! Semua penyihir terkejut, ada apa ini? Jangan-jangan...
Di tengah teriakan panik orang banyak, empat Naga Raksasa jatuh bebas... Saat hanya sepuluh meter di atas Danau Biru Tua, keempat naga itu serentak membentangkan sayap, melompat bangkit sambil mengeluarkan dentuman naga penuh kemenangan. Kemudian, keempat Kesatria Naga itu duduk tegak dari punggung naga, memasang dua terompet tembaga setinggi lebih dari setengah meter di pangkal sayap naga mereka, lalu menarik drum besar berdiameter satu meter ke depan Pelana Naga.
Apa yang akan mereka lakukan? Semua penyihir tak bisa menebak sandiwara apa yang akan dimainkan para Kesatria Naga ini.
Serentak para Kesatria Naga mengangkat alat kendali, menyentuh punggung naga dengan lembut. Keempat naga itu mendengus, empat pasang sayap berdaging raksasa mengibas cepat bagai angin topan. Dengan Pulau Batas sebagai pusat, tubuh raksasa naga-naga itu berputar-putar di udara seperti kilat. Setiap kali berbelok tajam, ekor naga memecahkan udara hingga bergemuruh seperti guntur.
Berkat kecepatan seperti ini, delapan terompet ditiup keras oleh udara yang melesat cepat, wu——wu——wu——suara terompet ini seolah menembus ratusan li jauhnya!
Kemudian, empat Ksatria Naga mengangkat palu genderang mereka, sekali demi sekali, dong… dong… dong… dong… seperti empat Dewa Guntung yang bertugas di langit!
Menurut catatan setelah upacara, sejuta orang yang hadir dalam upacara ini seluruhnya mendengar suara terompet yang bergelora dan penuh semangat pertempuran!
Enam tim Ksatria Binatang Legenda di langit tiba-tiba menarik tunggangannya, setiap enam orang membentuk bidang vertikal. Dengan gemetarnya tangan, panji besar elemen merah, kuning, biru, hijau muda, hijau, dan hitam dibentangkan kaku oleh para ksatria! Dua belas Ksatria Binatang Legenda lainnya terbang dari sekeliling pulau melanjutkan patroli.
Tiba-tiba, sebuah podium batu berukuran 2 meter persegi melesat naik ke udara. Podium ini pasti telah diperkuat dengan banyak mantra pengapungan, sebelumnya terkunci di tanah oleh kekuatan eksternal.
Podium berhenti di ketinggian 30 meter. Di atasnya terdapat meja upacara hitam, di belakangnya berdiri tiga Magister Sihir muda, yang paling depan adalah Richard.
"Tuan-tuan, nyonya-nyonya, sahabat-sahabat!" Setiap gerak-gerik Richard bahkan hingga pelafalan yang jernih, sempurna merepresentasikan sikap layak keturunan bangsawan tinggi. Suara bening nan bergema itu bergaung di atas Pulau Batas bahkan hingga radius seratus kilometer di atas Pulau Biru Tua – jelas menggunakan mantra pengeras suara, namun keahlian penyihir yang melepas mantra ini jauh melampaui kemampuan Magister Sihir biasa.
Suasana seketika hening, hanya suara Richard yang terdengar:
Terima kasih pada Dewa Ayah, yang menciptakan dunia sempurna ini;
Terima kasih pada Dewa Ayah, yang menciptakan bentangan bintang gemerlap ini;
Terima kasih pada Dewa Ayah, yang menganugerahkan tanah paling subur di bawah bentangan bintang kepada kita manusia;
Terima kasih pada Dewa Ayah, yang memberikan kekuatan teragung di dunia kepada kita manusia;
Mari kita panjatkan rasa syukur tulus kepada Dewa Ayah.
Suara bening Richard mengalir bagai berasal dari langit ketujuh, menyapu seluruh pulau. Di saat yang sama, di setiap pulau yang dikuasai Pulau Biru Tua, seorang Magister Sihir muda berdiri di panggung tinggi serupa, dengan segenap jiwa raga membacakan teks yang sama secara khidmat. Di bawah panggung, semua yang mendengar teks ini, hati mereka bergejolak...
Selama puluhan juta tahun, di tanah subur nan indah ini, nenek moyang kita bertahan hidup dan melanjutkan keturunan, mendirikan negara demi negara, menciptakan peradaban demi peradaban; selama puluhan juta tahun, dengan bantuan kekuatan teragung, nenek moyang kita berkembang pesat, menaklukkan kesulitan demi kesulitan, menciptakan keajaiban demi keajaiban. Manusia, telah menjadi ras paling kreatif dan penuh nyawa di kolong langit!
Lalu, tolong beri tahu saya, kekuatan terhebat apakah ini?
Suara Richard tiba-tiba menggelegar, bergema mengguncang langit. Mungkin hanya remaja yang sejak kecil tampil di bawah ribuan lampu panggung seperti dirinya yang bisa menguasai atmosfer acara sebaik ini.
Sihir!
Sihir yang agung!
Di bawah podium upacara, puluhan ribu magician meneriakkan jawaban itu dengan suara serak!
Di seluruh Pulau Biru Tua, ratusan ribu magician memekik dengan muka memerah!
Di kepulauan yang bertabur bagai bintang di Laut Tenang, jutaan magician dan calon magician mengerahkan seluruh tenaga untuk berseru!
Ribuan liter air mata membara mengalir di pipi semua orang pada detik ini...
Amy awalnya cuma penonton, Ling Bao'er sejak awal tak punya kesan baik pada Kekaisaran Sihir, Fu Xing bahkan tak paham bahasa mereka. Tapi di momen ini, semua sekat dan rintangan lenyap, air mata pun mengalir di wajah mereka - siapapun boleh membenci Kekaisaran Sihir, boleh bermusuhan turun-temurun, tapi tak seorangpun boleh menyangkal sihir yang memberi mimpi, keajaiban, dan hak hidup bagi manusia!
Dalam riuh rendah suara, di atas panggung upacara, Richard menunduk sebentar, cepat-cepat mengusap air mata dengan jari. Di hadapan pesona abadi sihir, tak ada air mata yang kebal!
Ya, sihir, sihir yang agung, sihir yang mahakuasa, sihir yang memungkinkan manusia untuk menyaingi para dewa!
Mari kita kagumi kembali kemurahan hati dan kedermawanan Dewa Ayah...
Para dewa menguasai langit, bangsa kerdil memiliki gua-gua, manusia memperoleh daratan.
Selama ratusan ribu tahun, tak terhitung negara lahir di bawah taburan bintang. Namun, sebagian besar waktu nenek moyang kita harus menghadapi berbagai tantangan: banjir, kekeringan, monster, epidemi, perang dengan ras asing... bahkan kemarahan para dewa... Setiap kali tantangan datang, puluhan ribu nenek moyang jatuh tanpa suara, lenyap tanpa bekas...
Dalam rentang waktu ratusan ribu tahun, hanya selama 20.000 tahun singkat dalam sejarah, hanya di satu kekaisaran, manusia sebagai penguasa daratan, dengan kekuatan yang diberikan Dewa Ayah, benar-benar menguasai tanah subur ini, mampu menghadapi Naga Raksasa dan binatang buas lainnya dengan tenang, bahkan... bisa duduk sejajar dengan penguasa langit.
Pertanyaan ini tidak perlu dijawab oleh hadirin.
Karena sampai hari ini, bahkan di antara para penyihir sekalipun, masih ada yang tidak berani mempercayai fakta ini, apalagi membayangkan bagaimana manusia bisa setara dengan para dewa.
Syukurlah, meskipun kekaisaran agung ini pernah menghilang dalam kabut sejarah, kekuatan sihir masih ada di antara kita. Kekaisaran ini masih memiliki keturunan yang paling gigih. Setelah melalui 20.000 tahun, para keturunan ini dengan sabar menanggung penghinaan tetap tekun mencari kesempatan untuk membangun kembali kecemerlangan kekaisaran. Mereka, adalah Guild Penyihir kita yang agung!
"Di bawah ini, kami mengundang enam tetua Guild Penyihir untuk mengambil tempat duduk."
Setelah kilatan cahaya, di atas podium upacara tengah, enam tetua terakhir Guild Penyihir muncul secara bertahap dari bayangan menjadi nyata. Jelas mereka telah menyiapkan formasi teleportasi di podium sebelumnya. Diiringi tepuk tangan, enam magister berjalan perlahan menaiki anak tangga dan duduk satu per satu.
Sementara itu, di berbagai benua, keagungan sihir terus berlanjut. Ratusan rekan mengorbankan istri idaman dan putra bungsu, meninggalkan kemewahan, dengan tekad pantang menyerah memasuki Menara Permohonan, menyelami rahasia tertinggi sihir dalam kesepian. Mari sambut para pejuang agung ini.
"Senior, saatnya Anda masuk." Ning segera mengusap air mata di wajahnya: "Ikuti saya, kedua rekan Anda juga boleh ikut."
Di tepi Danau Biru Tua, tujuh lingkaran sihir kecil telah diaktifkan. Semua penyihir yang akan diundang memasuki formasi teleportasi sesuai jenis elemen mereka. Setelah duduk, Amy baru menyadari ada dua meja rendah lain yang telah diduduki tamu.
Selama 20.000 tahun, keturunan Kekaisaran Sihir yang agung terus mengumpulkan kekuatan; selama 20.000 tahun, para penyihir terus menyempurnakan keahlian. Maka di hari ini, 20.000 tahun kemudian, dengan penuh kehormatan kami umumkan: Kekaisaran Sihir yang Agung pada hari ini,
Di saat ini,
Pada detik ini,
Bangkit kembali!
Suara Richard baru saja mereda, deng...deng...deng...deng... Ratusan ribu kembang api meluncur ke langit bersamaan, mengubah langit menjadi lautan cahaya pelangi. Bintang-bintang lenyap tanpa bekas. Topi-topi sihir beterbangan, ribuan tenggorokan bersorak...
Silakan delegasi diplomatik berikut masuk ke podium untuk menyaksikan momen bersejarah ini.
Delegasi Kaisar Barat
Delegasi Raja Bajak Laut
Delegasi Adipati Perbatasan Selatan
Delegasi Utusan Peri Gelap
Delegasi Pulau Iblis
Delegasi Farnorth
Delegasi Guild Mercenary
Delegasi Guild Pencuri
Delegasi Guild Pembunuh
Delegasi Yang Mulia Hongshi dari Kekaisaran Amy
Delegasi Kaisar Militer dari Kekaisaran Amy
Delegasi Kerajaan Hami
Delegasi Kerajaan Hami Utara
Delegasi Kekaisaran Tentara Bayaran
Delegasi Kekaisaran Gurun Suci
Delegasi Gereja Suci
Delegasi Kekaisaran Xius
Delegasi Kerajaan Druid
Delegasi Kerajaan Kurcaci Hutan
Delegasi Kerajaan Kurcaci Pegunungan
Terkejut! Amy duduk kaku di tribun seraya mendengar satu per satu delegasi yang disebut. Sepertinya...selain Kerajaan Elf Hutan dan Raja Kabupaten Timur yang jarang muncul, semua kekuatan penting telah hadir. Bahkan Yang Mulia Hongshi dan Pangeran Tiedu mengirim delegasi, seolah tak mau ketinggalan sesaat pun.
Selanjutnya, Amy segera menyadari bahwa hampir semua yang masuk adalah orang-orang yang dikenalnya. Selain yang terlihat di bar Tanda Seru dan Tanda Tanya, utusan Kerajaan Druid ternyata adalah orang yang sama yang berunding di Hutan Perbatasan; Utusan Gereja Suci pernah sekali bertemu di Ibukota; Pemimpin delegasi Peri Hitam ternyata... Shui Wuhen yang berwajah datar, ternyata pria ini juga turun dari Kota Langit, sepertinya hasilnya di Kota Langit tidak terlalu memuaskan; Utusan Farnorth ternyata adalah jenderal terbaik Norton, di belakangnya berdiri seorang manusia beruang dan manusia rubah yang juga pernah didengar Amy; Utusan Raja Bajak Laut bahkan lebih mengejutkan, ternyata Adipati Tieshou Lanjiang. Amy tentu tidak mengenalnya, tetapi ada yang mengenalinya di tribun upacara. Pantas saja... pria ini bisa cepat membawa Legiun Kavaleri Berdarah Kuda ke tingkat A, pantas julukannya "Tangan Besi Penghalang Sungai", selain keluarga Raja Bajak Laut mungkin tidak ada yang berani menggunakan julukan seangkuh itu.
Semua ini masih terbilang normal, yang paling mengejutkan Amy adalah dua delegasi. Utusan utama yang dikirim Yang Mulia Hongshi ternyata adalah Long - salah satu pejabat utama pasukan bayaran kecil. Baju utusan baru yang dikenakannya entah mengapa terlihat sangat tidak pas. Saat ini Amy belum tahu serangkaian perubahan terbaru di Benua Eminoll.
Orang lain membuat mata Amy hampir copot, di antara duta besar Kerajaan Kurcaci Pegunungan ternyata ada bocah lelaki berusia tujuh delapan tahun. Bocah periang ini tak lain adalah Yang Mulia Lü'er yang selama ini bersembunyi di dunia naga bermalas-malasan. Lü'er jelas belum melihat Amy, sambil berjalan matanya masih mengamati para penyihir di bawah. Dia pasti tak menyangka Amy sudah menyelinap ke tribun upacara. Kenapa Lü'er bisa datang ke sini?
Awalnya Amy ingin menyiapkan acara hiburan untuk Guild Penyihir, tapi melihat para duta ini, niat itu langsung pupus: Duta macam apa ini? Jika bertemu di tempat lain, mungkin... mereka sudah saling menghunus pedang dan bertarung. Guild Penyihir benar-benar tak punya mata, bagaimana bisa mengundang orang-orang yang suka membuat onar di dunia masuk ke sini?
Amy benar dalam satu hal: memang ada yang ingin membuat onar. Tapi dia juga salah dalam hal lain: pelaku onar bukanlah orang-orang yang suka mengacau itu.
Kekaisaran Kuno yang agung memilih bangkit kembali saat ini hanya karena satu alasan: Pewaris tunggal Dewan Tetua Besar 27, lembaga penegak hukum tertinggi Kekaisaran Sihir kuno, yakni Yang Mulia Sang Raja telah tiba di Pulau Biru Tua. Di jarinya tersemat simbol kekuasaan kekaisaran agung - Cincin Kerajaan.
Mari kita sambut dengan tepuk tangan meriah dan hati penuh khidmat, Yang Mulia kami, Putri Bi yang memiliki garis keturunan mulia!
Kembang api dan mercon kembali mewarnai langit Pulau Biru Tua...
Di tengah Danau Biru Tua, tiba-tiba muncul nyala api di pulau kecil. Seorang gadis menyendiri duduk di tepi api, lalu bangkit dengan anggun di tengah sorak-sorakan "Yang Mulia! Yang Mulia!". Rambut emasnya mekar bagaikan peoni ratu bunga di tengah malam. Telapak tangannya melintasi api, menyisakan nyala di genggaman. Jari telunjuknya yang lain menggulirkan percik api merah membentuk garis lengkung, akhirnya mendarap lembut di podium upacara. Kedua tangannya mengangkat api, jemari mulai melukis mantra demi mantra merah yang berpendar terang, lalu ratusan mantra tiba-tiba menyatu membentuk jembatan pelangi merah yang menghubungkan pulau utama dengan podium.
Semua Magician menahan napas. Tak seorang pun mengenal sihir ini, bahkan dalam kitab-kitab kuno tak ada teknik serupa.
Siluet merah gadis itu melangkah ringan di jembatan pelangi, setapak demi setapak menuju podium. Melalui koridor panjang, ia berjalan ke meja bundar di puncak. Enam Tetua di podium serentak membungkuk hormat...
"Sebagai penerus Baginda Raja, tunjukkanlah Cincin Raja. Setelah prosedur selesai, kami akan turun tahta dengan terhormat. Anda akan membentuk Dewan Tetua Besar ke-27 yang mulia." Magister Ao Guang masih bisa bersikap tenang.
Dalam gemerlap cahaya lilin tak terhingga, Bi tersenyum manis membuat gemintang meredup.
Gadis itu mengangkat tangan kanannya, melepas sebuah cincin dari jari tengah dan menelungkupkannya di telapak tangan. Lalu ia mulai melantunkan kidungan rendah. Saat kidungan terdengar, cincin itu perlahan mengambang. Seberkas cahaya keemasan berputar mengelilingi cincin, kemudian meninggalkannya dan melukis lingkaran emas di udara. Di atas lingkaran itu, sembilan titik cahaya berwarna-warni bermunculan secara berurutan—sembilan warna ini melambangkan kilau sihir dari konstelasi sembilan bintang. Cincin dan lingkaran emas itu berputar perlahan bersamaan.
Yang Mulia Bi mengenakan kembali cincin itu di jari tengahnya. Ajaibnya, lingkaran cahaya di udara itu perlahan melayang ke atas kepala Bi, bagaikan dewa yang turun di malam hari.
"Verifikasi selesai, mohon Yang Mulia naik takhta." Enam Tetua itu kembali membungkuk sampai menyentuh tanah.
Amy kini hanya bisa tersenyum getir. Akhir terburuk yang ia duga telah menjadi kenyataan.
Kurasa... di tribun upacara, bukan hanya dia yang tersenyum getir. Setidaknya lebih dari separuh duta besar pasti sedang meremas-remas tangan. Raja baru Kekaisaran Sihir ternyata adalah Putri Keluarga Kaisar Barat. Lantas, masih perlukah ditebak posisi politik Kekaisaran Sihir?
Amy sungguh mengagumi Bi. Perempuan ini berani tinggal di kedalaman bumi, bisa meyakinkan Tetua Jedi, membuat para Tetua Jedi mengubur dendam lama pada Dewa Perang, bahkan diangkat sebagai penerus ilmu mereka. Ia benar-benar memulihkan kecantikannya yang legendaris, bahkan... memperoleh kekuatan yang hampir setara magister besar sihir. Masa depan... situasi perang di Eminoll... akan semakin kacau.
"Terima kasih, atas segala kontribusi Guild Penyihir selama 20.000 tahun terakhir untuk kekaisaran." Bi kembali tersenyum manis, lalu melangkah menuju meja bundar 27 Tetua Jedi.
“Tunggu sebentar.” Pada saat itu, suara tenang seorang gadis lain tiba-tiba terdengar dari segala penjuru Pulau Batas.
“Cincin Raja Hanya merupakan salah satu simbol warisan kekaisaran. Jika ada yang pertama, pasti ada yang kedua dan ketiga. Lagipula, memiliki salah satu simbol warisan tidak serta merta menjamin kelakuan seseorang mampu memikul tanggung jawab kebangkitan kekaisaran.”
Siapa yang berbicara? Siapakah dia? Di mana dia berada?
Semua orang saling memandang ke sekeliling. Jelas ini bukan bagian dari agenda Guild Penyihir. Wajah enam Tetua Besar berubah pucat. Keringat mulai membasahi dahi Magister Sihir Richard di panggung upacara. Hampir dua puluh Ksatria Binatang Legenda di langit saling bertatapan bingung.
“Siapakah Yang Mulia? Jika memiliki nasihat untuk Kekaisaran Sihir kami, mohon tunjukkan diri.” Seperti peribahasa 'Jahe tetap lebih pedas yang tua', Magister Ao Guang-lah yang pertama kali menguasai diri.
“Yang Mulia Magister Besar Sihir atribut air, Anda tidak perlu memancing.” Gadis yang masih belum menampakkan diri itu langsung menyingkap level sihir sebenarnya Ao Guang: “Saya juga diutus oleh tiga Tetua Besar terakhir Kekaisaran Sihir. Kebetulan, saya juga memiliki salah satu simbol warisan kekaisaran. Karena itu, saya datang.”
Begitu gadis itu selesai berbicara, permukaan danau Biru Tua yang tenang mulai bergelombang. Ombak semakin tinggi, akhirnya berubah menjadi platform teratai biru yang bergelombang setinggi 14-15 meter. Kemudian, seorang gadis berbaju biru muncul dari percikan air, tubuhnya perlahan naik turun mengikuti gerakan teratai air tersebut.
Enam Tetua Besar menyipitkan mata mereka, menatap tajam sepasang tangan mungil bagai giok milik gadis itu. Di jari telunjuk, jari tengah, jari manis, dan kelingking kedua tangannya, masing-masing menghiasi sebuah cincin merah. Keenam tetua itu teringat pada satu nama lain, serentak menarik napas tajam menahan kaget.
Di tribun upacara, banyak orang lain juga menarik napas kaget, termasuk Amy dan Ling Bao'er.
"Putri Bi, di waktu lain aku pasti akan ucapkan selamat atas pengangkatanmu sebagai Ketua Tetua Kekaisaran Sihir. Tapi tidak sekarang. Kau tahu, untuk melanjutkan kejayaan kekaisaran, masih ada satu syarat mutlak yang belum kau penuhi. Sesuatu yang mudah kudapatkan. Percayalah, kau pun paham betul. Maka, aku sarankan kau mundur. Jika tidak, sebagai magister jenis air dan pewaris takhta kekaisaran yang sah, aku menantangmu - sang magister jenis api - untuk berduel." Suara gadis berbaju biru itu datar, seolah sedang mengobrol santai dengan sahabat lama.
Magister jenis air versus magister jenis api. Setiap penyihir paham makna di balik gelar itu.
Gadis berbaju merah di tribun mengatupkan bibirnya: "Tak kusangka kau muncul secepat ini. Aku tahu kejadian di Gunung Meixisi, aku mengerti perasaanmu. Tapi aku tak bisa mundur. Tantanganmu kuterima. Kebangkitan kekaisaran kuno selalu membutuhkan pengorbanan darah... Tak disangka pengorbanan itu harus datang dari kita berdua. Mungkin... inilah takdir yang tak bisa kita hindari..."
Enam tetua sama sekali tidak menyangka kejadian seperti ini akan terjadi. Bertahun-tahun mereka menantikan pewaris kekaisaran, tak disangka muncul dua sekaligus yang bahkan tampak saling mengenal. Dalam persiapan sebelumnya, sama sekali tidak ada solusi untuk skenario serupa. Sekarang... mereka hanya bisa terdiam menyaksikan perkembangan situasi.
"Putri Bi akan kalah?" Perampok legendaris ragu-ragu. Magister Besar Ao Guang menghela napas panjang: "Putri Bi sudah mencapai puncak level magister, sementara gadis ini baru mencapai tingkat magister. Justru karena itulah... aku lebih khawatir dengan hasilnya..." Kalimat magister besar itu terhenti.
Di langit malam, dua gadis sebaya, dua pewaris kekaisaran kuno. Satu anggun bak ratu peony yang mekar, satunya lagi lembut bak gadis tetangga yang sederhana.
Saat berdiri berdampingan, mereka bagai bunga musim semi dan rembulan musim gugur.
