Wajah Da Qing Shan terlihat sangat tenang, tanpa keraguan sedikit pun, langsung mengangguk: "Ya, tenang saja. Bagikan wajib militer dan wanita kuat ke garis selatan sepertiga, dengan pasukan reguler 20-30 ribu di tangan Jenderal Lei Badun, minimal bisa bertahan 90 hari. Jika pasukan Raja Bajak Laut ikut perang, perkiraan konservatifnya bisa bertahan 60 hari. Kau harus hati-hati, garis pantai barat benua mungkin akan kedatangan bala bantuan Farnorth lagi."
Semua orang di aula pertemuan agak pusing, Huo Ensi dan Da Qing Shan saling bersahutan, seolah-olah benar-benar bisa menaklukkan Skambray dalam 60 hari. Bukankah ini seperti mimpi belaka?
Saat ini zona utara dikelilingi musuh dari segala penjuru, meskipun Pasukan Ekspedisi Chi Aotian telah meredakan tekanan dari timur untuk zona utara, total pasukan reguler di wilayah Sungai Sanggan dan Skambray sebanding dengan pasukan reguler di zona utara saat ini, mungkin bahkan lebih banyak.
Bagaimana dengan Legiun Kerangka Bajak Laut? Perkiraan terendah sekitar 10.000 pasukan, ditambah menguasai lokasi strategis Sungai Sanggan. Meski semua kekuatan dikerahkan seperti kepalan tangan, belum tentu bisa mengalahkan salah satu pasukan musuh. Sekarang malah membagi pasukan menjadi tiga kelompok, mana mungkin bisa menaklukkan Skambray? Yang berjaga di Skambray adalah Marsekal Da Hainuo, ahli strategi terbaik Legiun Barat Farnorth, plus Kesatria Naga Suci Reynold.
Tuan Da Qing Shan biasanya sangat hati-hati dalam mengerahkan pasukan, mengapa hari ini begitu gegabah?
Prajurit gila (Berserk) benar-benar layak disebut sebagai corong raksasa manusiawi Pasukan Bayaran Kecil. Begitu kembali ke perkemahan, para komandan pasukan berserk dan kavaleri liar segera menyampaikan hasil rapat kepada seluruh anggota. Hanya dalam waktu satu jam, kabar bahwa Yang Mulia Huo Ensi telah menandatangani perjanjian militer untuk memimpin 300.000 pasukan baja menaklukkan Kota Skambray dalam 45 hari, telah menyebar ke seluruh sudut Kota Mo Yada. Dipastikan segera menyebar seperti gelombang pasang menghantam seluruh sistem intelijen di benua ini.
Kecepatan adalah kunci dalam perang.
Keesokan paginya, Da Qing Shan memimpin seluruh pasukannya bergerak.
Di dataran utara Sungai Sanggan, terdapat jalan raya benua yang membentang timur-barat bernama Jalan Raya Sizhong. Jalan ini telah sepenuhnya dikuasai oleh Yang Mulia Jenderal Lei Badun dalam tahap perang sebelumnya, namun arah jalannya tidak terlalu berpengaruh langsung pada situasi perang saat ini. Sedangkan di utara-selatan, terdapat dua jalan raya benua: Jalan Raya Benua Meng (Mumbai)-Singa (Kota Lionheart) dan Jalan Raya Benua Shi (Skambray)-Tong (Benteng Tongyun) (lihat peta Benua Eminoll).
Kedua jalan raya benua ini datang dari arah utara dan timur laut, menyatu di Jembatan Sungai Sanggan sebelum melanjutkan ke timur dan selatan.
Sebelum kemunculan keluarga Raja Bajak Laut, Zona Utara telah berhasil menekan Jenderal Lei Badun di tepi Sungai Sanggan. Saat itu mempertahankan dua jalan raya benua ini sangat mudah - karena mereka telah menyatu.
Kini tingkat kesulitannya sama sekali berbeda konsep.
Pasukan Yang Mulia Jenderal Lei Badun terus bergerak ke utara sejauh lebih dari 300 li, sehingga di wilayah operasi utara, jarak terpendek antara dua jalan raya ini mencapai lebih dari 30 li.
Untuk mengamankan seluruh area sepanjang 30 li ini, perkiraan paling optimis membutuhkan 30.000 pasukan.
Yang membingungkan Adipati Lan Tian, Da Qing Shan tampak sama sekali tidak khawatir. Tak lama setelah meninggalkan Kota Mo Yada, ia memperlambat pergerakan pasukan. Menurutnya: "Kita harus menunggu warga sipil dan wanita sipil. Kekuatan mereka akan menjadi tulang punggung perang nanti."
Beberapa perwira senior kekaisaran hampir tersedak mendengar perkataan Kesatria Naga Suci ini! Untuk apa menunggu warga sipil? Apakah... Pasukan Bayaran Kecil sudah merencanakan memakai warga sipil sebagai tentara? Jangan-jangan Tuan Da Qing Shan sedang meniru gaya Tuan Chi Aotian?!
Namun sebelum meninggalkan Kota Mo Yada, Da Qing Shan sempat meminjam lima Ksatria Naga dari Huo Ensi selama beberapa hari (seharusnya enam, Jenderal Long yang ditunjuk Yang Mulia Hongshi sebagai ketua delegasi diplomatik ke Pulau Biru Tua). Kelima Ksatria Naga itu diberi tugas sederhana: menyusuri Sungai Sanggan dan mengganggu semua kota musuh.
Di mata Lan Tian, peran sebenarnya dari beberapa Kesatria Naga ini hanyalah mengganggu! Menurut rasio distribusi wilayah militer Kekaisaran, di bawah Wilayah Pertempuran Sungai Sanggan setidaknya ada lebih dari 30 Ksatria Binatang Legenda. Sepuluh Ksatria Binatang Legenda bisa seimbang melawan satu Kesatria Naga. Jika Yang Mulia Jenderal Lei Badun berani mengerahkan semua Ksatria Binatang Legenda untuk menyiapkan penyergapan kecil, mungkin bisa menghabisi satu-dua Kesatria Naga yang terpisah.
Sebagai wakil, Adipati Besar Lan Tian dengan sungguh-sungguh menyampaikan kekhawatirannya kepada komandan utama yang 20 tahun lebih muda darinya.
"Tidak akan ada banyak masalah." Da Qing Shan tersenyum bijaksana, seolah dialah yang 20 tahun lebih tua dari Adipati Besar Lan Tian: "Terima kasih atas peringatannya. Sudah kusampaikan pada mereka untuk hanya menggunakan bola Naga Api mengganggu kota-kota musuh dari udara. Setelah melihat data Wilayah Pertempuran Sungai Sanggan, Ksatria Binatang Legenda yang benar-benar mengendarai burung ganas seperti elang hanya enam orang. Di dataran terbuka Sungai Sanggan ini, jika Kesatria Naga benar-benar ingin kabur, tidak akan terlalu sulit."
Berhenti sejenak, Da Qing Shan menjelaskan: "Kekhawatiran Anda sebelumnya memang sangat tepat. Bertahan secara membabi buta pasti tidak bisa bertahan. Karena itu aku ingin menggunakan taktik pengganggu untuk membuat musuh kelelahan, sehingga Lei Badun terjebak dalam kebuntuan dan tidak bisa mengkonsentrasikan pasukan untuk melakukan serangan strategis."
"Rupanya kau juga tahu tidak bisa bertahan?" Adipati Lan Tian tidak mengucapkannya, hanya mengangguk dengan senyum getir: "Menggunakan Ksatria Naga untuk mengganggu memang sebuah taktik, tapi... ini pinjaman! Tuan Huo Ensi sudah menjelaskan dengan jelas, semua Ksatria Naga ini harus berkumpul di Skambray dalam 10 hari. Apakah... setelah itu Batalion Pendekar Burung Ganas yang harus menyelesaikan misi pengganggu? Seorang Ksatria Binatang Legenda bisa mengalahkan lebih dari lima Pendekar Burung Ganas."
Da Qing Shan tersenyum tanpa suara: "Mari kita perhatikan lagi, selalu ada cara yang bisa ditemukan."
Earl Lei Badun sekarang lebih frustrasi daripada Adipati Lan Tian. Baru saja menarik pasukan utama dari garis depan untuk istirahat, para komandan zona utara entah kenapa tiba-tiba mengirim lima Ksatria Naga yang terus-menerus mengganggu di udara. Yang paling menyebalkan adalah seorang Ksatria Naga elemen angin yang dalam sehari sudah bolak-balik terbang sepanjang Sungai Sanggan dari barat ke timur dua kali. Setiap melihat kota atau armada kapal, pasti dengan antusias menghujani mereka dengan bola Naga Api. Yang membuat Earl Lei Badun benar-benar naik darah, naga elemen angin itu ternyata berekor botak!
Sebenarnya, beberapa bola Naga Api biasa yang jatuh dari ketinggian ribuan meter tidak akan menyebabkan kerusakan parah bagi sebuah kota - dari ketinggian segitu, bola api insting naga sudah hampir mendingin saat jatuh.
Tapi gangguan yang terjadi siang malam tanpa henti ini membuat semua pasukan penjaga kelelahan total.
Yang lebih menyusahkan, busur panah terkuat pun tidak bisa menembak naga raksasa yang berada di ketinggian seribu meter. Artinya, kota-kota di Wilayah Pertempuran Sungai Sanggan sebenarnya tidak memiliki cara efektif untuk mencegah gangguan dari ketinggian seperti ini.
Sang Earl dengan sengaja mengunjungi Wakil Komandan Legiun Kerangka Bajak Laut, Adipati Besar Carterina, berharap Legiun Kerangka Bajak Laut bisa memberikan bantuan yang antusias.
Adipati Besar berambut merah mengangkat bahunya dengan lemah, menyatakan ketidakberdayaan - Naga Laut dan Naga Air bukanlah anggota Klan Naga sejati, melainkan jenis naga palsu yang bisa mengendalikan cuaca di lautan luas. Begitu jauh dari air dan naga sejati, mereka sama sekali tak bisa diandalkan. Apalagi Naga Laut dan Naga Air maksimal hanya bisa terbang setinggi puluhan meter.
Terpaksa, Earl Lei Badun seperti yang diduga Adipati Lan Tian, mengirim pasukan kavaleri ringan di malam hari untuk mengumpulkan semua Ksatria Binatang Legenda dari berbagai pasukan. Mereka membuat perangkap di Kota Hanyang di tepi utara Sungai Sanggan - total 36 Ksatria Binatang Legenda dengan atribut berbeda-beda bersembunyi dalam radius 10 li.
Jenderal Anjing bertekad bulat: Jika ada satu Kesatria Naga yang datang lagi, bahkan dua sekalipun, pasti akan mendapatkan pukulan telak di Kota Hanyang kali ini! Meski tidak bisa langsung membunuh sang Kesatria Naga, 36 tombak ksatria yang menyerang dari depan dan belakang setidaknya akan menghancurkan naga tunggangan musuh!
Ide ini memang sangat bagus, tapi... Yang tidak bisa ditolerir oleh Earl Lei Badun adalah, Ksatria Naga yang biasanya datang tiga kali sehari itu malah tidak muncul sama sekali selama tiga hari berturut-turut! Beberapa Ksatria Binatang Legenda yang ditugaskan berjaga di atas tembok kota, dengan menyedihkan harus berpanas-panasan di siang hari dan berembun di malam hari di tengah hawa dingin awal musim semi, namun tetap tidak melihat bayangan Ksatria Naga yang konon selalu datang mengganggu setiap hari.
Tuan Earl hampir mati frustasi, sampai-sampai ingin mengajak sekelompok orang berdiri di tembok Kota Hanyang sambil melambai-lambaikan tangan ke langit: "Ayo, pukuli aku! Ganggu aku!"
Singkatnya, di hari-hari itu, mata Tuan Earl benar-benar dipenuhi keinginan untuk dipukuli habis-habisan.
Wajar saja Tuan Earl begitu frustasi. Mengumpulkan Ksatria Binatang Legenda bukanlah hal mudah. Seperti diketahui, baik dalam organisasi tentara bayaran maupun pasukan Kekaisaran, Ksatria Binatang Legenda selalu menjadi tulang punggung pasukan, dan setidaknya menjabat sebagai perwira menengah ke atas. Kali ini, dengan mengumpulkan mereka seperti menarik darah dari tubuh, Tuan Earl benar-benar "mengeluarkan modal besar". Dia tahu, hilangnya tiba-tiba semua Ksatria Binatang Legenda pasti akan menyebabkan kekacauan di berbagai pasukan bawahannya.
Berkali-kali menunggu di Kota Hanyang selama empat hari, tapi tak terlihat jejak Kesatria Naga. Yang Mulia Jenderal Lei Badun gelisah dan ragu-ragu. Semakin cepat Ksatria Binatang Legenda kembali ke pasukan semakin baik, tapi dia khawatir kalau Ksatria Binatang Legenda ini bubar, bagaimana jika... lima Kesatria Naga sialan itu tiba-tiba muncul entah dari mana lagi dan terus membuat onar setiap hari? Apakah harus mengumpulkan Ksatria Binatang Legenda lagi nanti?
Akhirnya, Jenderal Anjing memutuskan. Toh juga sudah mengumpulkan sekali, lebih baik menunggu beberapa hari lagi. Seringkali, saat perang mencapai momen genting, yang diadu adalah kesabaran komandan kedua belah pihak. Siapa yang bisa menjaga ketenangan, dewi kemenangan akhirnya akan mengangkat roknya untuk siapa.
Yang tidak disangka Jenderal Lei Badun, pada hari kedelapan, dia terbangun dari selimut karena didorong orang. Saat baru bangun, dengan mata masih berkabut, sang Jenderal mengira Kesatria Naga itu datang lagi. Sangat gembira sampai hampir melompat memeluk pembawa pesan, tapi... salah orang.
Yang membangunkan Jenderal Anjing dari tidurnya adalah kavaleri ringan yang datang dari benteng penjagaan jalan raya. Kata-kata asli para ksatria saat itu: "Tuan, Yang Mulia Jenderal, kami... kami bertemu legiun petani musuh!"
Legiun petani, benar-benar legiun petani! Pada peralihan musim semi ke musim panas tahun ke-8 Kalender Sihir, Da Qing Shan dan Huo Ensi akhirnya memimpin legiun petani mereka masing-masing tampil di panggung.
Sebelum menarik kembali Legiun Utama ke sepanjang Sungai Sanggan, untuk mencegah serangan mendadak dari zona utara ke selatan, Yang Mulia Jenderal Lei Badun dengan cepat membangun dua kelompok benteng di samping kedua jalan raya utama. Setiap kelompok benteng terdiri dari enam benteng yang disusun membentuk segi enam sama sisi, dengan jarak 200 meter antar benteng. Enam kelompok benteng tambahan dibangun sebagai penghubung antara kedua jalan raya utama. Semua benteng ini dibangun sesuai peraturan departemen militer kekaisaran masa perang, berupa bangunan granit murni empat lapisan setinggi 12 meter yang bisa menampung 400 prajurit. Setiap benteng dilengkapi senjata pertahanan berat seperti busur besar, busur injak kaki, busur silang, dan katapul.
Ciri utama kelompok benteng bentuk bunga plum adalah sistem pertahanan tanpa celah. Setiap benteng yang diserang bisa mendapatkan dukungan minimal dua benteng dengan berbagai jenis busur silang. Di antara kelompok-kelompok benteng terdapat beberapa parit pertahanan selebar enam meter.
Menurut penilaian perwira senior di Wilayah Pertempuran Sungai Sanggan, sistem pertahanan komprehensif ini membutuhkan minimal 20.000 pasukan musuh dengan korban lebih dari 6.000 orang untuk bisa ditembus sepenuhnya.
Musuh yang terdeteksi oleh kelompok benteng pada malam 23 bulan ketiga musim semi jelas jauh melebihi angka 20.000! Malam itu, secara tiba-tiba muncul barisan naga api sepanjang puluhan li di utara kelompok benteng Sungai Sanggan, dengan kerumunan manusia berdiri di bawahnya!
Pasukan penjaga Sungai Sanggan sangat tegang. Dalam kegelapan ini, mustahil melihat berapa jumlah musuh sebenarnya atau persiapan alat pengepungan apa yang mereka bawa. Lebih parah lagi, sebagian besar perwira penjaga hanyalah pelaksana tugas - dari delapan komandan benteng utama yang bertanggung jawab atas pertahanan, enam diantaranya adalah Ksatria Binatang Legenda. Kini mereka semua telah ditarik mendesak ke belakang oleh Yang Mulia Jenderal, konon untuk latihan militer.
Para pelaksana tugas ini sama-sama berpegang pada prinsip: tanpa kesalahan berarti sudah berjasa. Delapan kompleks benteng itu terus-menerus meluncurkan panah api ke utara sepanjang malam untuk mencegah serangan dadakan musuh.
Namun, ketika fajar menyingsing keesokan harinya, dua perwira benteng dan enam pelaksana tugas hanya bisa ternganga melihat pemandangan di hadapan mereka!
Hanya dalam satu malam, wilayah utara benteng telah dipenuhi lebih dari sepuluh parit pertahanan. Kecuali dua jalan raya utama yang masih utuh, seluruh area terlihat dipenuhi parit besar kecil berkelok-kelok.
Semua parit memiliki lebar 6 meter dan kedalaman 4 meter - bahkan sudah mencapai lapisan air tanah. Tanah galiannya ditumpuk di sisi utara parit. Parit-parit ini tidak lurus, melainkan berkelok seperti cacing tanpa pola tertentu. Di antara parit-parit itu terdapat lubang-lubang besar kecil, yang terbesar berdiameter lebih dari 10 meter sedangkan yang terkecil setengah meter.
Yang lebih mengejutkan, puluhan ribu warga sipil masih terus menggali dengan semangat di sekitar parit-parit tersebut. Namun arah penggalian mereka bukan ke selatan, melainkan ke utara!
Apa yang sedang dilakukan oleh orang-orang dari Zona Utara ini? Para perwira dan prajurit di Wilayah Pertempuran Sungai Sanggan saling berpandangan bingung menyaksikan kejadian di depan mata. Sepertinya... tidak ada ketentuan dalam peraturan departemen militer kekaisaran yang membahas tentang parit dan lubang besar seperti ini.
Saat matahari terbenam di sore hari berikutnya, jumlah total parit dan lubang telah berlipat ganda. Selain itu, semua parit telah terhubung satu sama lain.
Malam itu, warga sipil di utara benteng diganti dua kelompok. Mereka terus menggali sepanjang malam. Jarak antara parit paling selatan dan parit paling utara kini melebihi 500 meter. Jika bukan karena patroli terus-menerus dari pasukan Zona Utara, para komandan benteng benar-benar ingin menyelidiki tujuan sebenarnya. Jangan-jangan... mereka menemukan tambang emas di sini? Ini sangat sesuai dengan reputasi Pasukan Bayaran Kecil yang selalu mencari keuntungan perang. Beberapa orang mulai membuat spekulasi liar yang tidak bertanggung jawab.
Adipati Besar Lan Tian juga merasa bingung beberapa hari terakhir. Kelompok warga sipil terus berdatangan. Da Qing Shan juga sibuk, tapi kesibukannya terasa tidak pada tempatnya. Dari pagi hingga malam, ia menyendiri di kamar sambil menggambar garis-garis lengkung panjang-pendek di peta militer Sungai Sanggan skala 1:100.000. Seorang komandan militer malah sibuk menggambar kurva? Adipati Lan Tian berpikir lebih baik ia sendiri yang menggambar, pasti hasilnya lebih indah.
Da Qing Shan sesekali keluar hanya untuk rapat, rapat besar kecil tak henti-hentinya. Satu-satunya tujuan rapat adalah mengerahkan semua pejabat tingkat dasar Pasukan Bayaran Kecil untuk mengelola warga sipil, serta melakukan pembelian besar-besaran material seperti sekop, sapu, beliung, sekop militer, dan lain-lain.
Baru pada malam tanggal 23 bulan ketiga musim semi, ketika Adipati Besar Lan Tian menyaksikan lebih dari 60.000 warga sipil membawa lentera dan obor berkerumun, memulai proyek konstruksi besar-besaran di dataran tepi utara Sungai Sanggan, dia dan perwira senior lainnya masih belum mengerti maksud Tuan Da Qing Shan sebenarnya.
Tengah malam, Da Qing Shan membawa sejumlah besar perwira senior dan pejabat menengah-tinggi menghadiri upacara penggalian. Bahkan memberi contoh dengan bekerja semalaman di lokasi bersama buruh tani sampai berkeringat deras.
"Yang Mulia, kita... ini sebenarnya mau melakukan apa?" Adipati Lan Tian yang sudah bertahun-tahun tidak memegang gagang sekop, dipaksa Da Qing Shan bekerja setengah malam sampai seluruh tubuhnya sakit, akhirnya tidak tahan mengungkapkan keraguannya.
Da Qing Shan berdiri tegak sambil menggosok-gosok pinggangnya, berkedip beberapa kali dengan ekspresi polos: "Apakah Yang Mulia tidak melihat? Ini sedang menggali lubang."
"Apakah aku tidak melihat mereka menggali lubang? Sepertinya aku juga punya dua mata! Meskipun mataku berkunang-kunang karena kelelahan." Adipati itu mengerang dalam hati, tapi yang diucapkannya berbeda: "Kalau begitu... Yang Mulia, sekarang sudah lebih dari 60.000 warga sipil, dalam beberapa hari lagi akan bertambah sebanyak ini. Lubang sebesar apa yang akan kita gali?"
“Oh…” Da Qing Shan tahu dirinya disalahpahami, sambil bersandar pada gagang sekop, dia menjelaskan dengan sangat serius: “Tentu saja bukan hanya menggali satu lubang, kita perlu menggali banyak lubang, lubang besar dan kecil.”
“Apa orang ini sengaja berpura-pura bodoh?” Sang Adipati sudah tidak tahu lagi bagaimana mengekspresikan perasaannya: “Tuan, bahkan jika ingin membangun rintangan, bukankah beberapa parit dan beberapa lubang besar sudah cukup? Untuk apa menggali begitu banyak lubang? Pada Perang Negara-Negara Kuno, mereka hanya menggali Sungai Chu dan Lubang Han.”
“Oh…” Da Qing Shan akhirnya mengerti kekhawatiran Adipati Lan Tian: “Tentu saja tidak cukup, saya ingin menggali banyak lubang…” Di tengah malam, Kesatria Naga Suci Da Qing Shan mengayunkan tangannya ke kejauhan dengan kuat: “Amy baru-baru ini mengatakan kalimat yang bagus padaku: Kita akan mencurahkan seluruh waktu dan energi untuk terus-menerus menggali lubang. Baru sekarang aku merasa perkataannya cukup filosofis.”
“Ah…” Sang Adipati menghela napas panjang, hampir menangis tanpa air mata, kapan Da Qing Shan menjadi sekeras ini? Menggali lubang, menggali lubang, hanya tahu menggali lubang. Adipati Lan Tian menyampaikan ketidakpuasannya dari sudut lain: “Tak kusangka Tuan Amy pernah berkata begitu filosofis, salut, salut. Tapi Tuan, setelah perang nanti, ketika kita kembali ke Sungai Sanggan dan melihat lubang besar kecil serta parit panjang pendek di mana-mana, apakah kita akan merasa bersalah?”
“Tentu saja tidak merasa bersalah!” Da Qing Shan menggali dengan penuh semangat, memandangi Adipati dengan heran, meludah dua kali ke telapak tangannya. Karena sudah lama tidak bekerja di ladang, telapak tangan Kesatria Naga itu telah melepuh. Setelah menggali tanah dengan sekop besi beberapa kali dengan kasar, barulah dia menjelaskan: “Mengapa saya menyiapkan begitu banyak sekop dan sapu? Satu-satunya tujuan adalah untuk mengubur lubang. Jadi, tenang saja, setiap lubang yang saya gali pasti akan saya tutup kembali.”
