"Jangan seperti ini, boleh tidak?" Kata kurcaci kecil sambil duduk di tempat tidur, mengkritik dengan serius.
"Aku tidak mau pergi, sudah kubilang, aku tidak mau pergi! Kalian sedang mengeksploitasi buruh anak!" Di sudut tempat tidur kurcaci kecil terdapat sangkar burung anyaman bambu ungu Xiaoxiang, di dalamnya seekor angsa kecil yang imut sedang menggigil: "Aku tidak mau pergi! Mereka menghinaku! Aku marah!"
"Sudah, jangan ngambek lagi." Nada bicara Huo Ensi melunak: "Ini juga bukan salah gadis-gadis kecil itu, siapa yang menyuruhmu saat berubah jadi angsa warna kepalamu tetap hijau? Coba pikir, selain bebek kepala hijau, unggas apa lagi yang kepalanya hijau? Bukankah mereka hanya menyebutmu bebek? Mereka bahkan memujimu sebagai bebek yang imut dan tampan! Itu pujian, kau yang berpikiran negatif!"
"Hah～～Siapa kau bohongi! Kau sendiri yang bebek! Kau bebek imut dan tampan! Kau main-main denganku, kalau cuma sekali aku tidak akan protes, ini sudah kedua kalinya, kau...apakah kau balas dendam karena waktu itu aku membawamu keliling Skambray dengan kendaraan terbuka?" Angsa kecil berkepala hijau itu dengan penuh amarah mengacungkan jari tengah di kedua selaput kakinya dalam sangkar.
"Hah? Aku tidak tahu ada kejadian pertama, kau juga tidak pernah bilang." Ekspresi wajah kurcaci kecil itu dipenuhi rasa penasaran.
“Hmph! Terakhir kali, aku berubah menjadi burung kecil yang sangat cantik, terbang mengirim surat untukmu.” Angsa kecil mengangkat bahunya dengan keras: “Dari mana kamu merekrut beberapa pasukan bayaran kecil di kamarmu itu? Mereka malah terus-terusan menyebutku burung kecil (diao nada tiga) burung kecil, bahkan sampai menyebut bulu burung abu-abu...”
“Apa? Ada hal seperti itu terjadi?” Ekspresi Huo Ensi tiba-tiba tersadar: “Kukira kamu yang memaksaku menyerahkan urusan dalam negeri ke para gadis. Lü'er, sudahlah, kamu tahu ini masalah penting sekarang. Kamu dan Amy harus tetap di tempat tersembunyi, hanya dengan begitu rencana kita bisa berjalan sempurna. Kamu tidak ingin kesuksesan yang gagal di ambang pintu kan?” Kurcaci kecil itu terpaksa melawan hati nuraninya yang sesungguhnya sambil menepuk-nepuk pantat naga dengan keras - benar-benar menepuk.
“Tidak mau pergi! Tidak mau pergi!” Lü'er yang sudah berubah wujud di dalam sangkar terus menggelengkan kepala.
“Mau pergi atau tidak terserah kamu, yang penting aku sudah memberitahu.” Huo Ensi berpikir sejenak, lalu melemparkan dua kalimat ancaman: “Yang jelas dulu yang membuat perjanjian denganmu adalah Da Qing Shan, kemudian kamu juga setuju dengan Amy, semua ini tidak ada hubungannya denganku.”
Setelah berkata demikian, kurcaci kecil itu membuka pintu sangkar, lalu berbalik dan pergi...
Lü'er merintih dua kali lagi, melihat si kurcaci tak kunjung kembali, lalu menyeringai sambil menggigit tabung bambu dan terbang diam-diam lewat jendela. Setelah berjarak sepuluh li dari Skambray, wujud angsa kecil berwarna hijau itu tiba-tiba berubah kembali ke bentuk asli Lü'er. Aura Naga yang terpendam lama akhirnya meletus dengan dahsyat...
Pada awal bulan lima tahun ke-8 Kalender Sihir, kurir kedua yang dikirim Earl Lei Badun berhasil lolos membawa beberapa bulu panah masuk ke Kota Skambray di kegelapan malam. Kali ini, selain mengeluh, informasi intelijen yang lebih detail dan akurat juga disampaikan.
Pertama, berdasarkan intelijen akurat: Pasukan Ekspedisi Chi Aotian telah melakukan serangan berturut-turut terhadap dua kota di perbatasan Hutan Perbatasan selama lebih dari 20 hari terakhir. Setelah Zona Perang Hutan Perbatasan menarik Pasukan Ksatria Hutan dari garis selatan, Pasukan Ekspedisi hanya melakukan kontak singkat sebelum menggunakan keunggulan mobilitas mereka untuk menghilang tiba-tiba. Setelah melakukan serangan mendadak sejauh ratusan li, mereka kembali menyerang Hutan Perbatasan. Pasukan Ksatria Hutan terpaksa membagi diri menjadi dua sayap, dan kemungkinan sedang mempersiapkan penyergapan terhadap pasukan ekspedisi.
Kedua, Wilayah Pertempuran Sungai Sanggan telah menarik 20.000 pasukan reguler dari berbagai kota untuk mencoba membuka jalan raya secara paksa. Namun, Da Qing Shan justru menggali dan memutuskan dua jalur jalan raya secara permanen. Sekarang seluruh tepi utara Sungai Sanggan telah menjadi wilayah banjir, dengan korban di wilayah pertempuran melebihi 3.000 jiwa dalam dua pertempuran ini. Jika ingin melanjutkan pengiriman bantuan, harus melalui rute memutar ke barat melewati Sungai Jia sebelum kembali ke jalan raya - seluruh rute ini berada dalam wilayah kekuatan Pasukan Bayaran Kecil dan membutuhkan waktu minimal 8 hari. Melakukan pergerakan pasukan skala besar di wilayah musuh tanpa pengawalan Kesatria Naga, ditambah ketidakmampuan mempertahankan pasokan logistik, membuat Yang Mulia Jenderal Lei Badun khawatir akan banyaknya faktor risiko.
Ketiga, berdasarkan uraian di atas, Yang Mulia Jenderal mengusulkan apakah Legiun Kerangka Bajak Laut sekutu dapat dikirim untuk memperkuat kawasan utara: Di timur Dataran Sungai Sanggan terdapat sistem perairan Hutan Perbatasan, sementara di barat rawa-rawa mengalir Sungai Jia. Sistem perairan Hutan Perbatasan berasal dari Pegunungan Lánshān, sedangkan Sungai Jia berasal dari Gunung Meixisi. Meskipun kedua sistem perairan besar ini tidak berbatasan langsung dengan Skambray, Hutan Perbatasan hanya berjarak sekitar 300+ li dari Skambray, sementara sistem perairan Sungai Jia bahkan lebih dekat - aliran paling timurnya hanya berjarak 200+ li dari ibukota.
Legiun Kerangka Bajak Laut dapat berlayar melawan arus dari salah satu sistem perairan ini untuk menghindari wilayah rawa-rawa, memberikan dukungan efektif ke ibukota dalam waktu sekitar 10 hari.
Melihat usulan ini, Yang Mulia Da Hainuo, Delaware, Reynold, dan Sang Putra Suci hanya bisa menggelengkan kepala. Tidak bisa berharap perwira senior memiliki visi strategis birokrat... Memanggil dewa mudah, mengusirnya susah. Untuk mengundang Raja Bajak Laut yang agung ini, keluarga Kaisar Barat harus menandatangani serangkaian perjanjian yang merugikan kedaulatan - bukan hanya menyerahkan wilayah, bahkan berjanji bahwa seluruh pengiriman laut antar benua di masa depan akan dikelola keluarga bajak laut. Mengundang mereka lagi untuk memperkuat ibukota? Mudah meminta bantuan, tapi membuat mereka meninggalkan Skambray nantinya... itu yang akan sulit.
Semua penguasa tahu betapa pentingnya Ibukota Skambray. Begitu Perang Benua Raya dimenangkan, akan ada pembagian kepentingan. Kekaisaran Amy jelas akan menjadi kue terbesar dan termahal di meja perjamuan. Hanya yang menguasai Skambray yang berhak memegang pisau pemotong kue. Da Hainuo, Delaware, Reynolds, dan Santo sudah mewakili empat pihak. Jika keluarga Raja Bajak Laut juga diundang, ini benar-benar seperti mengusir serigala di pintu depan lalu memasukkan harimau di pintu belakang.
Namun meski begitu, keempat atasan itu berpikir lama, akhirnya mengangguk sambil menggigit gigi - Jika kali ini tak bisa mengusir Pasukan Bayaran Kecil, bukan lagi soal bisa memegang pisau pemotong atau tidak, tapi siapa yang akan menjadi kue itu sendiri.
Setelah malam tiba, Yemoda bersama Ksatria Binatang Legenda dari Sungai Sanggan diam-diam meninggalkan Skambray. Setelah berputar ke arah timur laut, mereka langsung menerjang ke Sungai Sanggan.
Di malam yang sama, Lü'er yang telah bertransformasi menjadi burung kecil kembali meninggalkan tenda besar Huo Ensi.
Di daerah perbatasan Hutan Perbatasan, Amy yang sudah lanjut usia tersenyum sambil melepas tabung bambu dari bawah leher Lü'er. Sambil membaca pesan singkat Huo Ensi dengan senyuman, dia mendengar keluhan Lü'er tentang perlakuan buruk yang diterimanya. Kemudian, dia menulis beberapa kalimat lagi dan menggantungkannya kembali di leher Lü'er. Senyum penyihir tua itu terlihat agak licik: "Lü'er, kali ini untuk Da Qing Shan, jangan sampai salah kirim. Dan aku harus memberitahumu dengan penuh tanggung jawab, lain kali ketika pergi ke tempat Huo Ensi, jangan sekali-kali berubah menjadi ayam jago muda berwarna hitam-hijau campuran."
"Kenapa?" Lü'er tidak mengerti, menggaruk-garuk kepalanya kecil sambil mengikuti pantat Amy dan terus bertanya.
Amy hanya tersenyum, sama sekali tidak melanjutkan topik ini, membuat Lü'er frustrasi sampai ingin menggunakan jurus tikam-tikam.
"A Lang, Ling Tong, kalian berdua ke sini." Amy memanggil, "Sekarang saatnya menguji kemampuan kalian berdua lagi. Berani ikut aku ke kemah besar Chi Aotian?"
"Berani kalau ada uang, tidak berani kalau tidak ada." Jawaban A Lang singkat dan tegas, membuat Lü'er bertepuk tangan bersorak.
"Oh..." Penyihir tua itu segera mengeluarkan dua koin emas dari sakunya dan meletakkannya di depan dua bocah lelaki: "Ini, mau tidak?"
Dua bocah lelaki saling memandang, akhirnya sama-sama menggelengkan kepala dengan lesu. Ha... pengalaman pahit di masa lalu. Lü'er menyeringai, dalam hati berkata: Kukira kalian hebat, ternyata cuma segini. Mengepakkan sayap, ia menyambar ke arah barat daya.
Amy tetap menjaga jarak hampir bersentuhan dengan Pasukan Ekspedisi Chi Aotian di luar Hutan Perbatasan. Dua kali pasukan itu melompat jauh, harus keluar dulu dari hutan ke dataran terbuka, sehingga tidak bisa melepaskan diri dari rombongan Amy.
Kemah besar Pasukan Ekspedisi Chi Aotian masih berdiri di padang terbuka sesuai peraturan departemen militer kekaisaran. Di empat sudut perkemahan, menara pengawas berdiri masing-masing dua buah, menggantungkan lentera angin. Di sekitar menara, siluet prajurit patroli terlihat samar dalam kegelapan.
Dalam dua hari, pasukan ekspedisi telah menerobos 170 li ke utara. Prajurit-prajurit sudah tidur, tapi tenda komando masih terang benderang. Chi Aotian, Ling Yun, Su Wen, Qu Jianhong, Huerdu, dan sederet perwira lainnya hadir. Yang berbeda, sosok Tayang si Iblis telah digantikan oleh Profesor Benjamin sang ahli nujum yang mengaku bisa meramal 500 tahun ke belakang dan ke depan.
Profesor Benjamin dalam beberapa hal memang mulai menggantikan peran Tayang. Kini, sang profesor tua itu memegang tempurung kura-kura di satu tangan dan menggenggam pena ramalan di tangan lainnya, menorehkan simbol-simbol di medan pasir dengan wajahnya sangat muram. Chi Aotian memelototi peta dengan dingin, sementara Qu Jianhong dan Huerdu mengawasi gerakan pena sang profesor.
“Tidak baik, tidak baik.” Profesor Benjamin terus bergumam, garis ramalannya membentuk serangkaian huruf L.
Selama lebih dari 20 hari sejak Pasukan Ekspedisi berangkat, setiap malam ketika rapat dimulai, Benjamin langsung menerobos masuk sambil membawa medan pasir dan seperangkat alat ramalan, berdalih ingin mendengarkan. Setelah dua malam menjadi pendengar, ia mulai angkat bicara - setiap kali membuka mulut pasti dimulai dengan "Hasil ramalanku menunjukkan..."
Awalnya para komandan Pasukan Ekspedisi mengabaikan sarjana termasyhur ini. Tapi setelah tiga hari berturut-turut ramalannya tentang kejadian esok hari nyaris tepat semua, orang pun mulai memperhatikannya. Su Wen pernah bertanya dengan heran: "Profesor, bukankah meramal itu berisiko? Katanya mental peramal bisa terluka parah. Tidakkah Tuan khawatir?"
Qu Jianhong langsung melotot ke arah Su Wen saat mendengarnya. Ini membantu atau malah merusak Pasukan Ekspedisi?
Untungnya profesor itu menyeringai angkuh: "Bagi peramal levelku, meramal 1-2 kali sehari tidak masalah. Dalam hal ramalan, aku masterclass. Bahkan jika ada magister kelas tinggi yang campur tangan dalam takdir kita, ramalanku tetap akurat."
Hanya saja, malam ini Benjamin jelas menghadapi masalah sulit. Tiga kali meramal berturut-turut, tidak satu pun karakter jelas yang tergambar di medan pasir. Di dalam bola kristal hanya terlihat kekacauan. Sang profesor terus-menerus mengucapkan kata "tidak baik", membuat suasana di tenda besar menjadi sangat mistis. Chi Aotian yang memang tidak pernah percaya hal-hal semacam ini hanya memelototi peta dengan wajah dingin, mencari arah serangan berikutnya.
Tiba-tiba suara langkah kaki terdengar di luar gerbang. Tirai tenda tersibak dengan keras, lampu minyak di dalam ruangan berkedip diterpa angin. Tangan Benjamin gemetar hingga seluruh medan pasir terbalik di lantai. Wajah profesor langsung berubah pucat.
"Komandan Muda, ada yang membawa benda pusaka Kepala Keluarga Muda mencari Anda." Seorang ksatria muda menyodorkan hiasan sebesar telapak tangan kepada Chi Aotian.
Chi Aotian tidak bergerak. Qu Jianhong di sampingnya maju mengambil benda itu, mengamati dengan teliti: "Ini memang milik Kepala Keluarga Muda. Siapa yang datang?"
"Seorang penyihir tua dan dua pasukan bayaran kecil." Ksatria muda itu ragu sejenak sebelum menambahkan: "Bukan dari Pasukan Bayaran Kecil."
Master Benjamin sudah melompat berdiri, mengibaskan tangan mengusir orang-orang: "Ayo temui, ayo temui! Aku ingin tahu dewa mana yang berani mengacaukan medan pasirku!"
Di luar gerbang perkemahan, lebih dari tiga puluh ksatria dan tentara bayaran berdiri dengan senjata lengkap. Beberapa bahkan mengarahkan panah besar dengan mata penuh amarah. Di saat seperti ini, kehati-hatian sepuluh ribu kali pun tidak berlebihan. Sedikit saja kecerobohan, lebih dari sepuluh ribu pasukan ini akan binasa di Hutan Perbatasan.
Di tengah kerumunan ksatria, seorang Magister Sihir Berjubah Abu-abu dan dua bocah lelaki berdiri dengan angkuh.
Mata Chi Aotian menatap dua bocah lelaki itu sejenak, sudah tahu siapa di hadapannya, bertanya dengan lembut yang jarang terdengar: "Kau datang."
Seketika, semua orang di luar gerbang kemah terkejut. Chi Aotian yang biasanya lebih banyak menunduk diam, sesekali mengangkat kepala bicara pun kerap dengan kesombongan, kapan pernah mengucapkan kata-kata sopan seperti ini.
Yang lebih mengejutkan, Magister Sihir berjubah abu-abu itu tersenyum tipis: "Iya. Kalau tidak segera datang, entah berapa banyak masalah akan terjadi."
"Ah..." Chi Aotian menghela napas panjang, melambaikan tangan mengundang tiga orang di luar masuk ke kemah besar.
Di pintu tenda komando, Magister Besar berjubah abu-abu berhenti sebentar: "Yang lain mundur. Cukup A Lang dan Ling Tong yang berjaga di luar."
Qu Jianhong dan Su Wen tertegun. Apa maksudnya? Magister Sihir ini keterlaluan. Meski kini penyihir langka, tak pantas bersikap tak sopan sampai segitunya.
"Baik. Kalian semua mundur. Beristirahatlah yang baik malam ini, besok harus bangun pagi." Chi Aotian juga memberi perintah datar.
"Lalu... besok ke arah mana?" Qu Jianhong bergumam pelan.
"Ehem... Biarkan yang berwenang memikirkan semuanya. Untuk apa kau bertanya." Magister Benjamin memberi hormat kepada Magister berjubah abu-abu, mengibaskan jubahnya sambil menarik Qu Jianhong pergi.
Di dalam tenda komando yang luas, sepuluh lampu minyak sesekali berkedip dengan asap kebiruan yang mengepul.
“Masalah kakekku, kau sudah tahu sejak lama?” Chi Aotian bertanya dengan suara berat.
“Hm. Tidak terlalu awal. Tahu detailnya baru dua minggu lalu di Benteng Tongyun. Hah... Aku... hanya bisa berkata, terimalah dengan lapang dada.” Magister Besar berjubah abu-abu tersenyum getir.
“Ini bukan urusanmu.”
“Lalu, kau akan membunuh Pangeran Tiedu?”
Chi Aotian langsung terdiam.
“Meski Tiedu bukan sepupu ayahmu sendiri, tapi Pangeran Tiedu memiliki darah keluarga Chi.” Penyihir tua mengetuk-ngetuk meja dengan ujung jari tengahnya.
Chi Aotian diam lagi... Fakta ini tak terbantahkan. Dalam sejarah kekaisaran, banyak permaisuri berasal dari gadis-gadis Gerbang Chi, tak hanya kesatria naga pemberani seperti Chi Tianmeng, tapi juga para cendekiawan lemah lembut yang terpelajar. Silsilah dan hubungan keluarga ini sungguh ruwet.
“Pangeran Tiedu tentu juga tahu ini, jadi kakekmu meninggal karena Tiedu.” Penyihir tua melanjutkan.
Chi Aotian tetap diam.
“Menyakiti keluarga sendiri, menyenangkan musuh. Karena itu, aku melarangmu pergi!” Saat kata-kata telah matang, penyihir tua tanpa ragu menyuarakan pendapatnya.
Chi Aotian ingin menggenggam pedang panjang tipisnya, tapi tangannya kosong. Ia hanya bisa mengepal kedua tinjunya dengan keras. Tenda komando bergema suara retakan tulang, sepuluh lampu minyak nyaris padam seketika.
