“Pada era Kekaisaran Sihir, para magician hebat sudah bisa mengendalikan aliran udara di langit, bahkan bisa membuat suatu wilayah memiliki musim semi sepanjang tahun. Aku tidak bisa membuat empat musim, tapi membuat hujan turun terus-menerus selama dua hari di sekitar sini masih bisa diupayakan. Lalu, pada malam tanggal 18, aku akan menggunakan mantra Terlarang jenis sihir untuk meniru suara guntur. Saat hujan turun, bunyi guntur adalah hal yang sangat wajar. Kupikir, meski Jenderal Lei Badun sangat waspada, tidak mungkin curiga.”
“Mantra Terlarang jenis sihir? Bukankah hanya magister yang bisa melepaskannya?” Lan Tian menatap Yang Mulia Jenderal dengan terkejut.
“Hehe…” Amy tersenyum rendah hati seperti murid baik yang dipuji guru, tidak menjawab.
Ya ampun, ini semua apa, dalam sejarah kekaisaran, semua jabatan jenderal di wilayah militer selalu dipegang petarung murni. Sebelumnya Lan Tian tahu Yang Mulia Jenderal memiliki pekerjaan sampingan sebagai magician, tapi sama sekali tidak menyangka bisa sampai merangkap sebagai magister level puncak.
Siang hari berikutnya, hujan terus turun tanpa henti. Hanya sedikit orang yang mau bepergian kehujanan. Seluruh semesta terlihat suram.
Malam harinya, Kesatria Naga Hitam kembali berangkat dalam hujan. Saat ini, pasukan serbu sudah menyusup jauh ke dalam Wilayah Pertempuran Sungai Sanggan. Beberapa Kesatria Peri Burung Ganas yang ditempatkan di perimeter terus mengawasi dari ketinggian. Begitu menemukan keanehan di depan, mereka segera menandainya dengan dua gulungan sihir Witchfire di udara. Orang biasa sama sekali tidak menyadari cahaya sebesar bintang di langit setinggi seribu meter ini.
"Amy berjalan dan berhenti sambil terus melepaskan dua kali sihir. Setelah pelepasan pertama, hujan justru mereda. Pelepasan kedua dilakukan saat fajar menyingsing, hujan gerimis kembali membesar. Ini benar-benar ajaib!" Adipati Besar Lan Tian menatap mata lebar mengamati setiap gerak-gerik Amy.
"Tuan, dengan kemampuan sehebat ini, apakah di masa depan jika ada daerah kekeringan di kekaisaran, kami cukup mengundang Tuan untuk langsung menurunkan hujan lebat?"
Amy terkekeh pahit: "Sihir mana mungkin seajaib itu? Sudah kukatakan, mengendalikan cuaca jika benar ada pasti kemampuan para dewa. Di musim peralihan panas ke gugur ini, banyak angin di langit. Dengan memanfaatkannya dengan tepat, tidak sulit menurunkan hujan. Tapi menurut catatan sejarah, jika menghadapi kekeringan bertahun-tahun dimana angin di langit kering kerontang, kecuali mengerahkan beberapa magister besar sihir angin untuk menarik angin segar dari wilayah lain secara terus-menerus sejauh ribuan li, mustahil turun hujan." Dalam hati Amy bergumam, andai benar bisa begitu, betapa cepatnya menghasilkan uang. Sekalipun setiap penduduk di suatu daerah menyumbang satu koin emas, sekali pelepasan sihir pasti dapat meraup ratusan ribu. Tanpa risiko nyawa, buat apa jadi tentara bayaran.
Di daerah ini tidak ada hutan lebat yang luas, Pasukan Kesatria Naga Hitam diam-diam menguasai sebuah permukiman kecil. Untuk mencegah kejadian tak terduga, semua penduduk diikat tangan ke belakang. Lebih dari sepuluh perwira menengah mendata dan memverifikasi rumah demi rumah. Ternyata ada beberapa keluarga yang anggota mudanya sedang mengabdi di Wilayah Pertempuran Sungai Sanggan. Para perwira Pasukan Kesatria Naga Hitam tanpa ragu menggali lubang besar di sebuah halaman dan mengubur hidup-hidup semua orang tersebut.
Ketika Amy dan Adipati Besar Lan Tian mengetahui hal ini dan bergegas membongkar lubang tersebut, yang mereka temukan adalah 17 mayat.
Dalam Perang Para Dewa, Amy terkenal dengan hati yang baik. Kali ini, dia memukul Komandan Batalyon Pasukan Kesatria Naga Hitam hingga terlempar 4-5 meter, merobohkan tembok rendah dengan suara gedebuk. Adipati Besar Lan Tian di sampingnya gemetar marah - meski ada keluarga yang membantu musuh, dari orang tua hingga anak-anak, sang adipati yakin dirinya takkan pernah melakukan hal seperti ini! Seluruh Legiun Naga Pelangi pun tak ada yang sanggup berbuat sekeji ini!
"Membunuh orang tak bersalah! Siapa yang menyuruhmu? Hak apa yang kau punya?!" Jari Amy mengetuk-ngetuk wajah mantan Komandan Skuadron Ketiga Batalyon Kavaleri Ringan Pasukan Kesatria Naga Hitam. Pemuda baru 17 tahun itu bangkit dari lumpur, melirik Amy sambil menggigit bibir tanpa menjawab.
"Seret keluar, Bunuh!" Dengan gigit gigi dan keraskan hati, Amy untuk pertama kalinya mengeluarkan perintah eksekusi terhadap anak buahnya sendiri.
“Tuan, Tuan, ini perintah dari Yang Mulia Huo Ensi.” Komandan Batalyon Ksatria Magang bergegas masuk dari luar pintu.
“Apa?” Amy tertegun.
Mendengar ini, Adipati Lan Tian teringat bahwa tahun lalu demi membersihkan kesalahpahaman yang tidak perlu dari Pasukan Ekspedisi, Huo Ensi pernah mengirim pasukan ekspedisi melaksanakan perintah berdarah serupa di Dataran Sungai Sanggan.
Ah—Amy menghela nafas panjang, menendang dua daun pintu gerbang yang setengah terbuka hingga terbang jauh, lalu pergi tanpa menoleh.
Amy tahu, sama seperti anak-anak personel militer dari Benteng Es di Pasukan Bayaran Kecil yang hanya mengakui dirinya, pasukan inti Kesatria Naga Hitam juga hanya mengakui Chi Aotian. Ini fakta yang tak bisa diubah.
Setiap pasukan tempur tangguh akan memiliki kepribadian unik sejak hari pertama kelahirannya. Kepribadian ini berasal dari jenderal yang paling berpengaruh padanya. Selama pasukan ini tidak dirombak, tidak peduli berapa lama ia berdiri, karakter ini takkan berubah. Setiap personel militer yang bergabung, apapun jabatannya, harus berasimilasi dengan budaya ini atau minggat dengan malu. Inilah yang disebut roh militer.
Pasukan tanpa roh militer, sama sekali bukan pasukan yang unggul.
Namun Amy sangat tidak menyukai roh militer haus darah dari Pasukan Ekspedisi ini!
Di malam kedua, saat Amy berbisik melantunkan mantra, hujan semakin deras - ini tak terhindarkan. Jarak ke markas Yang Mulia Jenderal Lei Badun hanya lebih dari 30 li. Sang Jenderal terkenal sangat hati-hati, mungkin telah mengerahkan banyak pasukan pengintai berkuda untuk berjaga-jaga. Saat seperti ini, hilangnya satu regu saja akan menggagalkan serangan mendadak ini. Tapi menurut pengetahuan Adipati Besar Lan Tian selama bertahun-tahun tentang pasukan garnisun, hujan lebat berhari-hari seperti ini adalah alasan sempurna untuk bermalas-malasan. Sekalipun ada legiun elit yang memaksa patroli, pasti hanya sekadarnya saja.
……
Chi Aotian dan Da Qing Shan sudah bersiap sejak sore. Jarak 140 li lebih bagi ksatria naga hanya butuh satu dua shichen. Untuk ksatria Peri Burung Ganas, cukup tiga shichen. Tetua Qing Luo bersama 600 lebih ksatria Peri Burung Ganas dan 30 ksatria binatang legenda telah diam-diam berangkat saat senja. Untungnya, Burung Ganas biasa hidup di garis pantai, jadi tak terlalu terpengaruh hujan deras ini.
"Menurutmu peluangnya besar?" Da Qing Shan mengencangkan pelana naganya.
Sebelum Chi Aotian menjawab, Lü'er menggerutu: "Aku tak tahu apakah Lei Badun bisa dibunuh, tapi jika kau terus mengencangkan pelana seperti ini, aku akan jadi Naga Suci pertama dalam sejarah Klan Naga yang mati dicekik ksatria naga bajingan!"
Beberapa Ksatria Naga muda lainnya tertawa terkekeh di samping. Delapan Naga Raksasa selain Yao Li menyembunyikan kepala mereka di bawah sayap sambil tertawa terkekeh—tidak berani bersuara keras. Siapa tahu apa tugas yang akan diberikan Dragon Saint Envoy jika marah, seperti menyikat toilet.
Chi Aotian menggelengkan kepala tanpa suara: "Aku tidak tahu pasti, hanya bisa berusaha maksimal. Tapi kemungkinan besar kita akan menghadapi serangan busur silang, Lagipula, Lei Badun juga jenderal terkenal. Lebih baik bertindak daripada banyak bicara. Ayo pergi."
Da Qing Shan memimpin Lü'er masuk ke awan lebih dulu, diikuti sembilan Naga Raksasa lainnya. Kecuali Lü'er yang sesekali mengepakkan sayap, Naga-Naga di belakangnya mengandalkan teknik khusus Klan Naga dalam mengendalikan udara—mereka merentangkan sayap dan melayang meski kecepatannya sedikit berkurang, tapi suara yang dihasilkan minimal.
Setelah satu shichen, Tetua Qing Luo bersama beberapa Kesatria Peri Burung Ganas menghentikan Ksatria Naga: "Wakil Komandan, Wali Kerajaan mengatakan semuanya normal. Serang saat jam pasir ini habis." Sambil berkata demikian, dia memberikan jam pasir putih kepada Da Qing Shan.
“Apa perlu serumit ini?” Lü'er bergumam pelan, mengangkat kedua cakar depannya yang kecil menepuk mulutnya sambil menguap dua kali: “Menurutku, kalian para Kesatria Naga lebih baik turun saja. Aku, Yao Li, dan Naga Raksasa agung lainnya akan menghujani mereka dengan bola Naga Api terlebih dahulu, lalu terjun ke bawah. Setiap orang yang kami temui akan kami... eh... 'urusi' satu per satu. Paling lama sepuluh menit semuanya selesai. Ngapain repot-repot seperti ini, kalian hanya mengubah tunas kacang polong menjadi hidangan mewah.”
“Jika menurutmu cara ini tidak melanggar kehendak Dewa Naga, menurutku ini ide bagus.” Da Qing Shan menunduk memandangi Lü'er.
Lü'er mengkerutkan kepalanya, sepertinya perkataan Da Qing Shan masuk akal. Jika benar-benar melakukan ini, mungkin saat menyerang Reynold berikutnya, pengawal yang menjaga di dalam ruangan akan berupa Naga Suci yang telah bertransformasi.
Lü'er bergumam: “Pantasan Dewa Naga selalu menekankan bahwa perang di setiap lapisan harus dibatasi dalam lapisannya sendiri. Seperti sekumpulan anak anjing di rumah tuan, mereka pasti akan berperang untuk menentukan siapa nomor satu, dua, tiga. Saat itu, sebagai tuan rumah seharusnya tidak menggunakan kekuatannya untuk mengubah struktur mereka.”
Meski ucapannya singkat, semua manusia dan peri di langit tercekik oleh kebenarannya.
Batuk... Chi Aotian membersihkan tenggorokannya: “Tuan Naga Suci, mengenai ucapanmu ini, nanti akan kusampaikan dengan baik ke Amy. Satu huruf pun tak akan ketinggalan.”
"Jangan..." Lü'er gemetar ketakutan, kenapa Keluarga Chi tidak punya orang baik? "Kita kan saudara, sama-sama tertindas oleh Amy sampai ingin muntah darah. Harusnya bersatu, kok malah lapor-lapor? Ini namanya saudara saling bunuh!"
Pasir putih berjatuhan perlahan. Da Qing Shan tahu pasti Amy juga memegang jam pasir serupa, waktunya tentu sedikit lebih lambat dari ini.
"Tetua, suruh Ksatria Binatang Legenda dan pemanah Burung Ganas bergerak ke Balin." Begitu kata Da Qing Shan, gemuruh guntur samar terdengar membelah malam, bergulung-gulung melintasi dataran melalui tirai hujan. Da Qing Shan paham ini trik Amy untuk menyamarkan suara Naga Raksasa. Dari kejauhan arah Balin, selain suara guntur, kilat berbentuk ular menarik kilat indah di ketinggian rendah——magister hanya bisa menarik kilat di ketinggian rendah. Dentuman guntur seakan meledak tepat di dahi orang-orang!
Butiran pasir dalam jam pasir semakin berkurang. Pada detik terakhir ketika butiran putih terakhir jatuh tanpa suara, Da Qing Shan mengayunkan tangannya dengan keras. Sepuluh ekor naga raksasa dengan dua puluh sayap besar serentak mengepak di langit malam. Tiba-tiba lapisan awan tak terhingga muncul di angkasa, gumpalan awan seperti kapas tercabik-cabik menjadi serpihan tak terhitung. Udara yang tak berbentuk dan tak berwarna seolah benda padat dihancurkan oleh sayap berdaging, memicu ledakan bergemuruh yang mengguncang langit! Dua belas makhluk raksasa itu melesat seperti bintang jatuh menuju Kota Balin.
Kecepatan sepuluh ekor naga langsung terlihat perbedaannya dalam sekejap. Di depan adalah Da Qing Shan, disusul An Qiusheng, kemudian Ling Yun, lalu naga es dan naga air. Meski Yao Li Long menggebu-gebu mengepakkan sayapnya, namun di dunia penciptaan ini kemampuan asli naga nekromansi tak bisa sepenuhnya terwujud, sehingga tertinggal di posisi terakhir.
Dentuman sayap naga menyatu dengan gemuruh guntur sebelumnya. Kilat demi kilat terus menyambar di langit luar. Bahkan orang yang paling penasaran pun tak akan bisa membedakan suaranya dalam waktu singkat.
Tiga tarikan napas kemudian, para ksatria naga telah menyusul pasukan besar ksatria binatang legenda pimpinan Qu Jianhong yang berangkat 20 menit lebih awal. Lima tarikan napas berikutnya, mereka sudah sejajar dengan pasukan peri burung ganas pimpinan Qing Luo. Lentera angin besar di puncak tembok Kota Balin telah terlihat jelas.
Di puncak tembok, personel militer yang bertugas sudah ada yang melihat Kesatria Naga yang datang bersama kilat. Mereka panik membunyikan lonceng darurat. Para Elf Hutan melepaskan panah bagai hujan, lebih dari 100 prajurit manusia tertembak hingga berbentuk seperti landak yang meringkuk.
Burung Ganas mengepakkan kedua sayapnya serempak, berputar-putar dua kali di udara lalu membagi diri menjadi dua sayap. Satu Bu langsung menerjang titik pertemuan barak militer dengan Balin, sedangkan pasukan lain bersama Kesatria Naga menyerbu kediaman jenderal.
Saat itu, serangan mendadak sudah tak lagi menjadi rahasia. Amy bisa menutupi suara Naga Raksasa yang menyambar udara dengan kilat demi kilat, namun mustahil menyamarkan angin kencang dan ombak besar yang ditimbulkan 10 pasang sayap naga. Banyak rumah jerami di Kota Balin bahkan atapnya terpaksa tercabut oleh angin dahsyat ini.
Sebenarnya tak perlu lagi menyamarkan apapun. Balin hanyalah kota menengah. Bagi Naga Raksasa, dengan sedikit gerakan ujung sayap mereka sudah bisa menerobos keluar.
Di atas tembok kediaman jenderal, lebih dari 40 personel militer yang sedang bertugas. Separuhnya membawa busur silang, sementara di dua atap terpasang empat ketapel perang ukuran sedang. Jika ini terjadi di siang hari, bahkan serangan mendadak kesatria naga pasti akan dihadang. Tapi... malam ini, seberapa jauh mata manusia bisa melihat di kegelapan? Serangan pertama panah dan ketapel hanya menyisakan dua alur darah di tubuh naga botak yang terdepan. Sebelum pemanah peri mencapai jarak tembak, naga botak itu sudah menyelesaikan putaran 360 derajat mengelilingi tembok kediaman. Semua prajurit di atas tembok dihantam jatuh ke tanah oleh cakar naga, sementara ketapel-ketapel hancur diinjak-injak oleh naga angin yang murka hingga terbenam ke dalam atap.
Chi Aotian bersama Ling Yun, Huerdu, dan tujuh kesatria naga lainnya tak berlama-lama. Mereka langsung melompat dari punggung naga ke halaman, lalu menerjang ke pintu utama bangunan induk.
Para kesatria naga dari pasukan bayaran kecil seragam menggunakan pedang panjang - kebanyakan pedang besar dua tangan dengan panjang melebihi 1,3 meter. Chi Aotian dan Ling Yun bahkan memegang senjata purba buatan Dewa Pencipta Yang Mulia sendiri. Saat sebilah pedang merah dan biru menusuk pintu utama kamar secara bersamaan, teriakan kesakitan langsung terdengar. Kedua pedang itu diayunkan ke atas dengan kekuatan penuh, menghancurkan pintu kayu yang sudah rapuh. Jatuh bersamanya adalah seorang pengawal yang tubuh bagian atasnya terbelah tiga.
Saat pintu gerbang runtuh, Chi Aotian melihat cahaya lampu dari kertas jendela ruang dalam tiba-tiba padam tertiup.
Chi Aotian dan Ling Yun berusaha menerobos masuk, namun busur silang di dalam mulai menunjukkan kekuatannya. Enam-tujuh titik cahaya dingin muncul seketika dalam pandangan mereka. Tak sempat menghindar, mereka hanya bisa mengandalkan insting mengayunkan pedang panjang untuk menangkis bagian vital. Keduanya mengeluarkan erangan tertahan - Chi Aotian tertembak di paha, sementara Ling Yun mendapat dua panah di bahu kiri. Ujung panah menembus keluar sepanjang setengah chi dari tubuhnya, seluruh bulu panah tertancap dalam daging.
Para pengawal dalam ruangan adalah personel militer terkuat dari Sungai Sanggan. Meski situasi mendadak, mereka tak panik. Pengawal terdepan memegang perisai persegi setinggi pinggang yang hampir menempel di bahu Chi Aotian dan Ling Yun. Pengawal di belakangnya memegang busur silang atau pedang melengkung standar, memblokir seluruh pintu dan jendela depan.
Chi Aotian dan Ling Yun bahkan tak punya ruang untuk mengayunkan pedang panjang mereka!
Huerdu dan beberapa Kesatria Naga lainnya terhalang di luar pintu, hanya bisa gelisah tanpa bisa berbuat apa-apa.
An Qiusheng menyelinap lewat selangkangan para Kesatria Naga di belakang sambil menyeret pedang tipis hitam legamnya. Tanpa sempat berdiri, ia melakukan gulingan sambil menyapu pedangnya 180° di lantai.
Para pengawal Yang Mulia Jenderal Lei Badun tidak pernah menyangka, seseorang bisa berguling masuk menyusuri tanah lalu menebas dengan sudut pedang yang begitu licik. Para pengawal yang memegang perisai menjerit kesakitan sambil terjungkal ke depan bersama perisai mereka. Chi Aotian meraung kencang, mencengkeram kusen pintu dengan satu tangan lalu melompat tinggi. Kedua kakinya menghantam keras perisai persegi di depannya. Dentuman keras terdengar saat perisai itu terlempar ke belakang tepat menghantam wajah pengawal di belakangnya. Bunyi retakan tulang dan pecahnya perisai bergema bersamaan!
Ling Yun juga meneriakkan pekikan perang, menyambar masuk melalui celah yang terbuka akibat hantaman perisai sebelum Chi Aotian. Pedang besarnya diayunkan terbalik, gagang pedangnya menghantam keras rahang bawah dua pengawal.
Perlawanan para pengawal di dalam ruangan memberi waktu bagi pasukan lain. Ratusan pengawal bertelanjang kaki membawa senjata membanjiri halaman. Para elf burung ganas di atas terpaksa menahan panah karena adanya beberapa ekor naga raksasa di bawah. Mereka hanya bisa menyaksikan para pengawal mengepung ksatria-ksatria naga.
Untunglah Qu Jianhong datang dengan pasukan ksatria binatang legenda. Saat remaja adipati besar itu mendarat, palu satu tangannya menghujam seperti petir menyambar seorang pengawal beserta perisainya hingga remuk. Siulan panjangnya menggema saat ia melompat turun dari naga tanah. Naga dan manusia itu menerjang bagai badai di tengah kerumunan pengawal, semburan darah langsung menyembur ke segala penjuru!
Ksatria Binatang Legenda adalah jaminan kekuatan tempur mutlak, apalagi sebagian besar dari mereka adalah perwira menengah-senior Legiun Naga Pelangi dan Pasukan Pengawal Kekaisaran. Pasukan pengawal Yang Mulia Jenderal Lei Badun hanya memiliki dua Ksatria Binatang Legenda. Dengan jumlah yang seimbang, kericuhan pertempuran berakhir dalam tiga hingga lima menit.
Aura berdarah yang pekat menyelimuti seluruh halaman.
