Bagi sebagian besar orang, sulit mempercayai bahwa "Insiden Sangbei" yang berani menikam raja ternyata direncanakan oleh Amy si Otak Emas - Faktanya, di luar kasus ini, dalam semua masalah prinsip sepanjang Perang Para Dewa, setiap tindakan Amy selalu membawa nuansa "kemanusiaan dan belas kasih". Justru karena alasan inilah para sarjana generasi kemudian menilai bahwa Aimi*Haber memiliki sifat keragu-raguannya.
Demikian pula, tantangan duel yang ditujukan ke Pasukan Bayaran Kecil sama sekali tidak mencerminkan gaya Yang Mulia Yi Hailan Panglima Iblis yang dikenal elegan.
Di mata warga sipil di wilayah pendudukan Pulau Iblis, Yang Mulia Yi Hailan memiliki ciri wajah yang anggun dan aura yang elegan. Mungkin jabatan yang paling cocok untuk Yi Hailan adalah sebagai sarjana Istana Kekaisaran yang sangat ortodoks. Bagaimana mungkin seorang dengan kualitas sarjana istana bisa membuat keputusan gegabah seperti menentukan hidup mati dalam satu pertempuran?
Ketika sarung tangan putih dilemparkan ke muka seseorang, siapapun yang mengalami hal seperti ini tidak punya pilihan selain menerima tantangan duel.
Meski penuh kepahitan, Amy tetap harus merumuskan syarat-syaratnya dalam waktu singkat. Berbeda dengan Pertempuran Dua Raja, taruhan untuk pertempuran penentu ini tidak disebarkan ke seluruh benua melalui Guild Pencuri, melainkan langsung dikirim ke tangan Yi Hailan.
Jika Pulau Iblis kalah, mereka wajib memenuhi kewajiban berikut:
Pertama, sepenuhnya menarik diri dari wilayah Kekaisaran Amy yang diduduki, menyerahkan kendali ke Wilayah Pertempuran Tongyun dan zona utara dalam 30 hari;
Kedua, membayar ganti rugi perang sebesar 4 juta koin emas kepada Pasukan Bayaran Kecil, termasuk keuntungan ilegal selama tiga tahun di selatan Sungai Sanggan;
Ketiga, menyerahkan Pedang Legendaris Liu Ying;
Keempat, memberikan peta navigasi perairan sekitar Pulau Iblis;
Kelima, menyerahkan Naga Jahat Yin Feng untuk menguji pedang - tentu saja untuk membuktikan keaslian Pedang Liu Ying. Jika bisa memenggal kepala Yin Feng, itu asli. Jika tidak, ganti pedang sampai berhasil;
Keenam, menyumbangkan lagi 1000 buku kuno;
Ketujuh, menyerahkan minimal satu Magister Kegelapan atau membuka akses ke Menara Permohonan Kegelapan untuk Pasukan Bayaran Kecil.
Tak lama kemudian, syarat taruhan yang diajukan Pasukan Bayaran Kecil "kebetulan" bocor melalui Guild Pencuri, lalu dijual ke berbagai kelompok kekuatan dengan harga 1000 koin emas.
Bagi berbagai faksi dalam Perang Benua Raya, tiga poin pertama terutama poin ke-7 menuai perhatian khusus - Kekaisaran Sihir Barat dan seluruh elit sekutunya merasakan gejolak tak biasa di hati.
Lin Yushang sekarang memegang kendali Kekaisaran Sihir Timur. Di antara penyihir enam jenis elemen, jumlah magister atribut Kegelapan paling sedikit. Saat ini dua kekaisaran sihir besar sama sekali tidak memiliki magister atribut Kegelapan. Jika Legiun Pulau Iblis benar-benar mengirimkan seorang magister atribut Kegelapan untuk mendukung Pasukan Bayaran Kecil, maka produksi massal magister bukan lagi mimpi yang jauh.
Jika demikian, keseimbangan antara Kekaisaran Sihir Timur dan Barat akan kembali terguncang.
Dalam surat kepada Yang Mulia Yi Hailan, Amy juga dengan tegas menyatakan bahwa jika Pasukan Bayaran Kecil kalah perang, mereka akan memberikan kompensasi berikut kepada Legiun Pulau Iblis:
Pertama, pembubaran Pasukan Bayaran Kecil dengan semua anggota utama dikembalikan ke benua beku;
Kedua, membayar ganti rugi perang sebesar 2 juta koin emas;
Ketiga, menyerahkan Pedang Batu Meteor Biru;
Keempat, menyediakan peta detail benua beku;
Kelima, menyerahkan Lü'er dan Yao Li Long untuk uji pedang Yi Hailan.
"Begini... tidak baik, kan?" Da Qing Shan mengajukan keberatan bahkan sebelum Yi Hailan melihat klausul-klausul ini.
"Ada masalah?" Wajah Amy penuh keheranan.
"Mengenai kepentingan yang kau sebut, menurutku tidak ada masalah." Da Qing Shan berusaha mencari kata-kata tepat di dalam hati agar tidak mempermalukan Amy di depan umum, "Ini sesuai prinsipmu yang selalu dipegang: 'Segala urusan tentara bayaran harus dinilai dengan upah'. Tapi... kau menyerahkan Lü'er dan Yao Li Long..."
"Oh, aku pikir kenapa kau begitu khawatir." Amy tersenyum lebar sambil menepuk bahu Da Qing Shan: "Ini cuma masalah 'membuka harga selangit, menawar harga selumpang'. Yi Hailan bukan Raja Salib Selatan. Kalau kita tidak beri pukulan telak, percayalah dia akan langsung melawan. Lagipula, meski kita serahkan Lv'er dan Yao Li Long, kau pikir dia berani menyembelih? Diberi sepuluh nyali pun takkan berani! Kekuatan di belakang Lv'er dan Yao Li Long jauh lebih kuat dari markas kecil kita ini. Jangankan Yi Hailan, Dewa Pencipta sendiri pun harus berpikir tujuh kali."
Ooo——semua orang di ruangan itu menghela napas panjang. Saat membaca klausul tadi, mereka mengira Amy akan menyerahkan Yang Mulia Lv'er lagi.
Sebelum balasan Marsekil Icyland diterima, terjadi peristiwa besar lagi di peta strategi Benua Eminoll.
Setelah mendengar kabar gugurnya Pangeran Tiedu secara tak terduga, malam itu juga terjadi kudeta militer di Zona Perang Hutan Perbatasan——Baron Lin Ping (mantan jenderal bawahan Marsekal Chi Datong yang sudah dicopot jabatannya usai Peristiwa Hutan Perbatasan) memimpin pasukan pengawal keluarga dan mantan perwira yang juga dicopot jabatan, menyerbu kota kerajaan palsu untuk menyandera selir Pangeran Tiedu beserta putra bungsunya sebagai bukti kesetiaan pada Kaisar Hongshi.
Kabar gugurnya Yang Mulia Tiedu langsung mengguncang wilayah saluran air melingkar Hutan Perbatasan. Mayoritas personel militer memilih menyerahkan senjata.
Pasukan Pengawal Istana Yang Mulia Tiedu terlambat bereaksi, menderita korban jiwa yang besar. Terpaksa, mereka hanya bisa melindungi Pangeran Muda Chang Hao, putra tertua Pangeran Tiedu, sambil bertahan dan mundur. Akhirnya bergabung dengan pasukan penyelamat, mundur ke selatan hingga bertemu dengan Resimen Ksatria Langsung di Bawah Pangeran yang dibawa Pangeran Tiedu dari Benua Beku. Mereka juga menghubungi Pasukan Ksatria Hutan yang masih berada di garis pertahanan selatan. Lima hari kemudian, 20.000 pasukan mengepung kembali kota kerajaan palsu.
Baron Lin Ping sambil bertahan mati-matian, mengirim beberapa Ksatria Binatang Legenda yang tersisa untuk meminta bantuan ke Wilayah Pertempuran Utara (Amy) dan Wilayah Pertempuran Tongyun.
Saat para komandan Pasukan Bayaran Kecil sedang menunggu jawaban tawar-menawar dari Yang Mulia Panglima Iblis, mereka menerima surat minta tolong yang ditulis dengan darah.
Baron Lin Ping juga merupakan cabang Keluarga Lin, dua generasi lebih tua dari Lin Yushang — Menurut peraturan Kementerian Personel Kekaisaran (Bu), hanya putra sulung bangsawan yang memiliki hak waris. Jadi umumnya dalam keluarga yang sama, cabang yang lebih jauh biasanya memiliki generasi lebih tua dalam kelompok usia yang sama.
Lin Yushang dan Perampok Legenda telah kembali ke Kekaisaran Sihir Timur. Sebelum pergi, Lin Yushang, Perampok Legenda, dan Amy bersama-sama membangun lingkaran sihir teleportasi kecil di Kota Mo Yada — Dengan dukungan kekuatan sihir yang cukup, setiap kali bisa mengirim dua orang pulang-pergi. Perampok Legenda menyatakan, setelah pelatihan penyihir di Pulau Biru Tua hampir selesai, akan mengirimkan satu kelompok ke Mo Yada untuk mengurus transmisi ini.
Insiden di Hutan Perbatasan tidaklah mengejutkan. Wilayah ini memang merupakan zona militer terdekat dari Ibukota. Dari tingkat atas hingga bawah, mayoritas adalah keturunan klan terhormat. Jika bukan karena penahanan dadakan Marsekal Tua Chi dan penyalahgunaan namanya, Pangeran Tiedu tidak mungkin bisa menciptakan gejolak hanya dengan daya panggilnya sendiri.
"Ini benar-benar masalah pelik? Siapa yang akan menumpas kekacauan internal?" Amy mengibaskan surat minta tolong Baron Lin Ping. Jarak lurus antara Wilayah Pertempuran Tongyun dan saluran air melingkar Hutan Perbatasan mencapai lebih dari 2.000 li. Sekarang hanya Pasukan Bantuan dari zona utara yang mungkin dikirim.
"Selain aku, tampaknya tidak ada orang lain ya?" Chi Aotian menjawab dingin, meraih surat bertinta darah itu.
Tuan Kedua Chi benar. Sejak zaman kuno, pasukan bantuan harus secepat memadamkan api. Jarak total dari Kota Mo Yada ke saluran air melingkar Hutan Perbatasan lebih dari 800 li. Hanya pasukan ksatria yang bisa dikerahkan. Di seluruh zona pertempuran hanya ada dua grup besar: Pasukan Ekspedisi Chi Aotian dan dua resimen ksatria dari Legiun Naga Pelangi bawahan langsung Adipati Lan Tian. Pasukan ksatria Kelompok Bayaran Kecil hingga kini belum mencapai 1.500 personel, belum membentuk kekuatan manuver independen. Dalam hal kemampuan serbu jarak jauh searah, Pasukan Ekspedisi Chi Aotian memang tak tertandingi di dunia.
"Baiklah, untuk Chi Aotian," Amy menghitung dengan jari sambil mengatur pasukan, "Aku akan mengalokasikan 100 pemanah peri Burung Ganas dan 100 pendekar pedang Burung Ganas masing-masing untukmu, membentuk batalion terpisah. Kesatria Naga tidak akan ikut, jika ada keadaan darurat, segera kirim Ksatria Burung Ganas untuk memanggil Kesatria Naga lainnya. Paman Balbas dan pasukannya yang lambat juga tidak ikut. Bawa Batalion Ksatria dari Pasukan Bayaran Kecil, total pasukanmu akan melebihi 10.000. Selain itu, bawa pasukan kavaleri terlebih dahulu, aku akan mengerahkan 10 skuadron dari Batalion Pendekar Kekaisaran untuk menyusul. Setelah pemberontakan dipadamkan, biarkan mereka bertahan di sana - jika pasukan pemberontak terlalu kuat, jangan serang frontal, cukup ganggu di pinggiran untuk mencegah musuh memasuki Saluran Air Melingkar. Tanpa panji besar Pangeran Tiedu, mereka tidak akan bisa berkembang."
Dalam Pertempuran Ganda Raja, Pasukan Bayaran Kecil kehilangan tiga Kesatria Naga dan lebih dari seratus Ksatria Peri. Batalion Berserk juga kehilangan hampir separuh pasukan. Kini mereka menghadapi tekanan tiga sisi dari Pulau Iblis, Wilayah Pertempuran Sungai Sanggan, dan Wilayah Pertempuran Skambray, ditambah akan ada pertempuran besar segera yang membuat kekuatan tempur mereka semakin terbatas.
Namun saat ini, kematian Pangeran Tiedu tampaknya menjadi titik balik baru dalam situasi perang di Benua Eminoll.
"Hm. Tidak masalah." Chi Aotian mengangguk.
“Dalam pertempuran ini, menyerang psikologi lawan adalah strategi tertinggi. Pengawal pribadi Pangeran Tiedu seharusnya adalah veteran Federasi Utara, dan masih banyak senior dari benua beku di Pasukan Ekspedisi. Jika memungkinkan, hubungi perwira mereka, sebaiknya ajak mereka kembali ke Kekaisaran. Semua pemberontakan sebelumnya hanya terkait Pangeran Tiedu sendiri, saya jamin keamanan orang lain.” Amy memberi instruksi detail.
Federasi Utara wilayahnya terbatas. Sebelum promosi, sebagian besar perwira mengikuti pelatihan singkat, selain itu ada latihan tak terencana. Mungkin dalam pelatihan besar tertentu, para veteran ini pernah makan di meja yang sama.
“Saya berangkat sekarang, mungkin masih bisa kembali untuk perang.” Chi Aotian mengeluarkan sarung tangan putih salju dari sakunya: “Qu Jianhong, kumpulkan pasukan, berangkat dalam 15 menit.”
“Siap, Yang Mulia Jenderal.” Adipati termuda Kekaisaran itu berdiri dari belakang kerumunan, memberi hormat lalu mundur keluar - Mayoritas perwira di bawah Chi Aotian punya kebiasaan sama: duduk di pinggir saat rapat.
Malam kelam, gerbang timur Mo Yada berderak terbuka. Empat barisan Ksatria berbaju hitam bergerak sunyi menyusuri cabang jalan raya ke timur laut. Amy, Da Qing Shan, Huo Ensi dan beberapa perwira utama mengantar hingga belasan li. Amy yang kini dijuluki peta hidup Benua Eminoll, sepanjang jalan menjelaskan kondisi Zona Perang Hutan Perbatasan termasuk aspek sosial dan jalanan kepada Chi Aotian. Tuan Muda kedua Keluarga Chi hanya menyahut sekenanya.
“Hati-hati di perjalanan, terutama waspadai Druid.” Da Qing Shan mengingatkan di akhir.
Chi Aotian mengangguk sedikit: "Kalian kembali saja." Setelah berkata demikian, tanpa menghiraukan reaksi orang lain, ia mengarahkan kuda perangnya berbalik. Seluruh kesatria Pasukan Ekspedisi mengapit kuda dengan kedua kaki, kecepatan pergerakan pasukan tiba-tiba meningkat.
Bagi Pasukan Ekspedisi, serangan mendadak ribuan li adalah hal biasa, apalagi ini masih dalam wilayah yurisdiksi sendiri. Su Wen yang memimpin pasukan tengah mengirim tiga unit kavaleri pengintai: satu membersihkan pejalan kaki di jalan raya depan, dua lainnya mengamankan sayap kiri-kanan. Kemudian dikirim pula Ksatria Peri Burung Ganas membawa surat perintah Chi Aotian untuk mengumpulkan perbekalan sepanjang jalan raya utama. Qu Jianhong bersama belasan perwira muda mengambil peta Wilayah Militer Hutan Perbatasan dan catatan hidrologi, membaca darurat di atas punggung kuda dengan cahaya obor.
Batalyon ksatria yang bergerak cepat harus melalui jalan raya utama atau arteri transportasi lain. Menurut peta dari Departemen Militer Kekaisaran, dari Mo Yada bergerak 600 li ke utara lalu 300 li ke timur akan mencapai Saluran Air Melingkar.
Hari pertama, Pasukan Ekspedisi bergerak cepat 180 li ke utara, kemudian mendirikan kemah.
Hari kedua, setelah maju lebih dari 150 li ke utara kembali, Pasukan Ekspedisi memperlambat laju. Jarak ke beberapa kota satelit Skambray hanya sekitar 200 li. Su Wen mengerahkan semua ksatria udara sekaligus, menempatkan garis kewaspadaan hingga 50 li. Pukul lima sore hari itu, kemah didirikan dan dapur lapangan disiapkan. Batalion pendekar di kota-kota kecil sekitar telah mendapat pemberitahuan untuk segera masuk status siaga perang, siap memberikan bantuan cepat jika terjadi pertempuran.
Hari ketiga, pukul tiga dini hari, Pasukan Ekspedisi sarapan... atau mungkin lebih tepat disebut makan malam, meninggalkan jalan raya utama. Bergerak dari barat daya ke timur laut menyusuri jalan cabang. Wilayah ini merupakan daerah tiga perbatasan Hutan Perbatasan, Skambray, dan Federasi Utara yang tak terurus. Su Wen yang sudah berumur bertindak sangat hati-hati.
Hari keempat, sekitar pukul empat sore, Pasukan Ekspedisi memasuki Hutan Perbatasan. Sepanjang 20 meter di kiri-kanan jalan raya utama tumbuh seragam pohon deciduous berdaun lebar dengan tinggi rata-rata 30 meter. Matahari tak lagi terlihat di dalam hutan. Menurut peta, seharusnya ada beberapa permukiman di sekitar, namun pengintai menemukan bahwa desa-desa kecil itu telah ditinggalkan akibat perang bertahun-tahun. Rumput ilalang di atap rumah tumbuh setinggi manusia. Akhirnya mereka bermarkas di desa yang agak besar. Sebagai tindakan kehati-hatian, Su Wen memerintahkan para ksatria merobohkan semua bangunan yang ada, menebang ratusan pohon, dan membangun tembok pertahanan di pinggir desa.
Setelah makan malam, Profesor Benjamin membuka pintu tenda komando dengan tergesa-gesa.
Di dalam tenda komando terasa sepi, dalam ekspedisi kali ini, perwira senior yang layak disebut hanyalah Chi Aotian, Qu Jianhong, Su Wen, Qing Luo, Chang Qing dan beberapa orang saja. Para komandan batalyon yang ada juga baru dipromosikan belakangan, jauh tidak sebanding dengan masa keemasan Pasukan Ekspedisi dulu.
"Kenapa hari ini tidak membawa medan pasir? Jangan-jangan hilang?" Qu Jianhong meratakan dua kursi lalu merebahkan diri di atasnya - setelah empat hari operasi kilat beruntun, bahkan ksatria terbaik pun mulai kelelahan. Pantat adipati muda ini hampir terkikis habis oleh pelana keras naga tanah.
Profesor menatap Qu Jianhong selama hampir satu menit, lalu menghela napas pelan: "Tentu saja tidak."
Kemudian profesor berkata pada Chi Aotian: "Letnan Muda, tadi saya melakukan ramalan tiga kali berturut-turut, hasilnya tampak tidak baik. Kali terakhir bahkan medan pasirnya tiba-tiba jatuh sendiri. Saya sarankan, apakah kita sebaiknya mundur dari Hutan Perbatasan dulu dan minta Tuan Amy mengirim lebih banyak pasukan bantuan?"
"Hmm, mengerti." Ekspresi Chi Aotian tetap datar. "Waktu tidak bisa ditahan. Kita pergi untuk menyelamatkan. Jika terlambat, tidak ada artinya lagi."
"Tapi..."
"Tidak ada 'tapi'. Manusia bisa menghindar dari bahaya, tapi mana ada pasukan militer yang lari dari takdir?" Qu Jianhong menyela dengan senyum lebar.
Ksatria sejati takkan pernah menyerah pada kekuasaan atau nasib apapun. Inilah esensi sejati semangat ksatria.
“Ah...” Profesor Benjamin membuka mulutnya, ingin mengatakan sesuatu, akhirnya menggelengkan kepala dan menghela napas panjang, “Kalau begitu, Jenderal Chi Aotian, selama lebih dari setahun ini hamba bersama Pasukan Ekspedisi telah mendapat banyak pelajaran. Namun sebelumnya kita tidak memiliki hubungan kerja. Jadi, hamba berpikir... saatnya berpamitan dengan kalian... Langit tinggi bumi luas, berhati-hatilah.”
Setelah berkata demikian, profesor berambut putih itu mengibaskan jubahnya dan keluar dari tenda besar. Tak lama kemudian, terdengar ringkikan kuda dari kejauhan...
Hah? Ada apa dengan Tuan Tua hari ini? Ini kesan pertama para pejabat tinggi Pasukan Ekspedisi, baru kemudian ada yang berpikir: “Apa yang terjadi di Hutan Perbatasan?” Sampai-sampai memaksa Profesor Benjamin pergi!
Su Wen teringat percakapannya dengan Profesor Benjamin dahulu: “Peramal mana pun, tak peduli apa hasil ramalannya, tak ada yang bisa melawan takdir. Lagi pula, tak ada peramal yang berani mengatakannya langsung. Inilah yang disebut 'menyampaikan kabar baik, bukan kabar buruk'.”
“Ha—” Chang Qing terkesiap, mengangkat bahunya, “Aku benar-benar iri dengan Profesor Benjamin. Tanpa jabatan, hidup lebih ringan. Bisa pergi kapan saja. Andai saja aku juga sebebas itu.”
Selusin lebih orang di ruangan itu memahami maksud tersirat dari perkataan bocah lelaki 21 tahun tersebut.
"Benar, seperti kata pepatah: 'Tugas resmi tak bisa ditolak, yang bisa ditolak bukan tugas resmi.'" Su Wen tersenyum menanggapi perkataan bocah muda itu, "Tapi... aku selalu merasa Benjamin ini pengecut. Di kota Ulu, dia nekat bergabung dengan kita. Pasti waktu itu dia takut kita akan melakukan Pembantaian sebelum pergi. Orang tua itu licik, lari lebih cepat dari kelinci begitu ada bahaya. Padahal di Ulu kita tidak membantai. Jadi, omong kosongnya jangan diambil hati, apalagi disebarkan."
"Hmm, setuju dengan Paman Su Wen." Chang Qing segera menyambung, "Profesor itu memang pengecut. Kalau semua seperti dia, Komandan Resimen tak perlu menghadapi Dewa Pemusnah Dunia, Naga Jahat Yin Feng, atau Panah Silang Es peri gelap di Hutan Peri. Bukannya sembilan dari sepuluh nyawa hilang, tapi pasti tewas. Tapi lihatlah, Tuan Regu akhirnya kembali juga. Ah... semakin tua, keberanian semakin menyusut."
Chang Qing menggeleng-gelengkan kepala sambil berbicara.
Kebohongan kasar - hampir semua orang di ruangan itu berpikir demikian... Tapi semua paham maksud di balik kebohongan itu.
"Bagaimana jika mengirim Tetua Qing Luo kembali?" Qu Jianhong juga tersenyum, tak bermaksud membongkar maksud rekan-rekannya, "Sudah sampai di sini, harus melapor ke Komandan Resimen Amy sekalian mendesak urusan batalion pendekar berikutnya."
"Yang Mulia, mohon maaf. Dalam konsep Elf Hutan, saya belum memasuki usia tua, jadi Yang Mulia tidak perlu khawatir dengan keberanian saya." Qing Luo yang sedang bersembunyi di sudut gelap menggosok-gosok tali busur, mendengar perkataan Qu Jianhong, langsung memasang kembali tali busur sambil memetiknya beberapa kali. Ruangan segera bergema dengan suara kecapi yang jernih——di Kota Langit pernah dipaksa Komandan Resimen memainkan dua senar, malah memicu sel seni yang sedikit dimiliki Qing Luo.
"Tetua benar-benar lucu, bahkan candaan saja tidak bisa menangkap." Qu Jianhong mengetuk meja perlahan dengan jari, "Lagipula ini harus diselesaikan oleh para elf Burung Ganas. Bagaimana kalau Anda mengatur dua elf... Kita juga tidak baik jika terus tidak melapor ke Tuan Amy. Selain itu, tentang perkataan profesor pengecut, cukup sampai di sini, dilarang mendiskusikannya lagi di luar."
"Saya rasa semua terlalu khawatir. Jika perhitungan saya benar, tiga bulan lalu saat menyergap Adipati Besar Carterina, kita pernah membangun bendungan di hilir 20 li untuk mengurung danau. Bendungan itu bertahan lebih dari 10 hari, membuat 5 li di kedua sisi sungai terendam. Jarak utara-selatan area ini minimal 40 li. Ditambah musim hujan terus menerus, menurut pemahaman saya tentang Wilayah Hutan Perbatasan, setelah maju 30 li ke timur kita akan melihat wilayah rawa yang kita ciptakan. Kecuali... musuh bisa menemukan Suku Fushui dari Empat Ras Emas, pasti mereka akan terperangkap di rawa." Qing Luo membuka peta, pensil merahnya menggambar bentuk oval di atasnya.
“Su Wen, besok kurangi kecepatan hingga mencapai jarak standar perjalanan pasukan, gunakan mode perjalanan tempur. Jika tidak ada urusan lain, istirahatlah lebih awal.” Chi Aotian mengakhiri rapat dengan dingin.
“Paman Su Wen, menurutmu apakah akan terjadi sesuatu?” Setelah menjauh dari tenda, Chang Qing bertanya dengan suara pelan.
