Di atas panggung pertarungan dunia, Yi Hailan yang memegang pedang dewa nomor satu di dunia penciptaan tiba-tiba tersenyum tanpa alasan: "Amy, apakah aku selalu terlihat misterius?"
"Misterius?" Amy membeku sejenak, lalu tersenyum lebar, "Kau pikir dirimu bisa disebut misterius? Lupakan saja."
"Oh? Tidakkah kau merasa aneh dengan tiba-tiba aku menjadi Panglima Tertinggi Pulau Iblis?" Kali ini Yi Hailan yang terkejut.
"Aneh?" Amy menggelengkan kepala perlahan: "Awalnya, aku dan Da Qing Shan memang merasa agak aneh, tapi sejak tahun lalu... tidak... tepatnya sejak dua tahun lalu, perasaan itu semakin memudar. Tahun lalu, kami beruntung bertemu dengan seorang super dewa, tahukah kau siapa?"
Yi Hailan sama sekali tidak menyangka bahwa topik yang dia mulai hanya dalam dua tiga kalimat sudah diambil alih oleh Amy. Pria pirang bermuka tampan itu mengerutkan alisnya: "Super dewa? Apakah... Dewa Cahaya? Malaikat Maut? Atau Dewa Naga?"
"Bukan, bukan mereka." Amy menatap mata Panglima Iblis, mengucapkan perlahan: "Dewa lain yang setara dengan Malaikat Maut, Dewa Daver!"
Ah? Yi Hailan sama sekali tidak menyangka akan mendapatkan jawaban seperti ini, bahkan ekspresi ketakutan muncul di wajahnya: "Apakah... Dewa Daver sudah tahu bahwa Dewa Pencipta Yang Mulia hampir mati, dan sekarang akan memusnahkan dunia?"
Hmph, Amy dengan sengaja bersikap misterius tertawa sinis dua kali, tidak memberikan jawaban apapun, langsung mengalihkan topik: "Dulu, orang tua yang kamu selamatkan itu adalah perwujudan Dewa Pencipta Yang Mulia, bukan?"
Ekspresi terkejut di wajah Yi Hailan semakin menjadi-jadi, sejenak dia benar-benar tidak tahu bagaimana menjawab. Amy juga sama sekali tidak mengharapkan jawaban, terus melanjutkan: "Nah... kamu juga tahu, watakku ini terbuka dan suka berteman, jadi hubunganku dengan Dewa Daver juga sangat baik, semacam... hubungan persaudaraan."
Yi Hailan sudah terdiam takjub. Di seluruh dunia penciptaan, keberadaan Daver adalah rahasia tertinggi. Jangankan Amy, selain ras lintas zaman seperti Pulau Iblis, bahkan termasuk level Dewa Utama pun, banyak yang tidak tahu ada dewa besar setara Malaikat Maut - ini wajar, tak ada yang bisa menerima kematian dengan tenang, manusia tidak bisa, para dewa juga tidak, sehingga nama Daver adalah tabu.
Amy mengetahui nama Daver, jika bukan karena ada yang membocorkan takdir langit, maka hanya ada satu penjelasan - dia benar-benar pernah bertemu Dewa Pemusnah Dunia.
Amy tersenyum manis, seperti rubah kecil yang mengamati setiap gerakan halus di wajah Yi Hailan dengan poker face. Terhadap Perang Benua Raya yang berkepanjangan ini, beberapa komandan Pasukan Bayaran Kecil—karena telah menyentuh keajaiban prasejarah seperti Blue Holy Realm, Menara Permohonan Elemen Kayu, Kerajaan Kerdil Bawah Tanah, Kekaisaran Sihir Bawah Tanah, Kota Langit, Pulau Empat Emas, serta para dewa utama seperti Dewa Naga, Dewa Api, dan Malaikat Maut—sudah memiliki perspektif yang jauh lebih mendalam daripada peserta perang biasa. Paling tidak, mereka memiliki lebih banyak tanda tanya di hati dibandingkan para pemimpin seperti Xiu Da, Reynold, dan Da Hainuo yang sedang berjaya. Seringkali, kemampuan memunculkan pertanyaan justru merepresentasikan peningkatan level yang signifikan.
"Menurut kata-kata Saudara Daifu..." gumam Amy sambil melirik ke langit. Jika ada gejala petir, dia akan segera mengganti sebutan menjadi Tuan Daifu. Namun semuanya tampak normal. Rupanya Dewa Daifu mungkin benar-benar sedang mandi dan tidur hari itu. Amy menghela napas lega dan mulai berbicara bebas: "Dewa Api bilang, Dewa Pencipta pergi ke ruang paralel. Aku lalu menyuruh Adik Daifu untuk membantu mencarinya. Tapi Adik Daifu malah marah dan menuduhku berbohong, katanya Dewa Pencipta Yang Mulia jelas-jelas sudah dipotong jadi tujuh delapan bagian di dunianya sendiri."
Ekspresi wajah Yi Hailan saat ini sangat dramatis, mulut tampan dan seksinya terbuka setengah: "Kamu... kamu... sudah tahu semuanya?"
“Tentu saja.” Amy dengan ekspresi penuh keyakinan: "Siapa yang bisa mengalahkan Dewa Pencipta di dunia penciptaan? Hei, sepertinya hanya beberapa." Sambil berkata demikian, Amy mulai menghitung dengan jarinya, "Malaikat Maut dan Daifu sudah pasti, tapi kurasa mereka tidak akan bertindak kecuali Dewa Pencipta yang memprovokasi terlebih dahulu. Lalu ada dewa antardimensi, ini juga bukan tanpa preseden. Saat Perang Dewa Iblis dulu, Dewa Pencipta Yang Mulia pernah mengalami luka parah. Selain itu, para makhluk unggulan dari Pulau Iblis. Tak ketinggalan, Dewa Naga juga punya kemampuan ini. Beberapa Dragon Saint Envoy mungkin bisa jika bekerja sama, ini menjelaskan mengapa enam Dragon Saint Envoy belakangan menghilang satu per satu. Beberapa High Elf yang bekerja sama juga seharusnya mampu. Kemungkinan lain adalah karena Kerajaan Kerdil yang dilindungi-Nya telah disegel, akhirnya menyebabkan kerusakan internal pada tubuh Dewa Pencipta Yang Mulia..."
Amy mengutarakan tujuh delapan kemungkinan sekaligus. Ekspresi Yi Hailan berubah-ubah, akhirnya Panglima Iblis itu menghela napas panjang: "Dulu, aku dengar kemunculanmu adalah takdir yang sudah diatur. Bahkan para entitas tinggi seperti Malaikat Maut, Daifu, Dewa Naga, maupun Dewa Pencipta takkan bisa mengganggu proses takdir. Jujur, aku tak pernah percaya omongan itu. Hari ini, untuk pertama kalinya aku percaya adanya takdir. Mari, tunjukkan padaku kemampuan sang Terpilih Takdir. Jika kau benar-benar bisa mengalahkan Pedang Besar di tanganku, nanti akan kuberi hadiah."
Oh? Amy tahu ucapan barusan pasti menyentuh inti masalah. Tapi... mana yang benar-benar jawaban teka-teki itu? Amy pun tak bisa menebak saat ini.
Tapi kalau dipikir lagi, bahkan jika tahu jawabannya, apa gunanya? Bagi para dewa, manusia jelas makhluk terendah. Sedikit ketidakpuasan, mereka bisa menghapus dua klan emas, membuang seluruh ras perak manusia ke Benua Fanos yang penuh rawa. Sebagai manusia biasa, meski punya wawasan seluas langit ketujuh, mampukah mengubah jalannya perang dahsyat yang merambah dari langit ke perut bumi, dari satu ujung samudra ke ujung lainnya?
Amy juga menghela napas tipis: "Proses takdir apaan sampah itu? Aku cuma salah satu korban bencana alam dan malapetaka ini. Meski menang, tak kuharap keuntungan darimu. Kau juga manusia berpengaruh. Jika Dewa Pencipta Yang Mulia yang tercincang tujuh delapan potongan ini masih punya sedikit kekuatan, hentikanlah malapetaka perang ini!"
Suara dialog Yi Hailan dan Amy tidak keras. Keduanya dikelilingi papan kristal, jadi tak perlu khawatir percakapan mereka bocor - meski konten pembicaraan mereka seharusnya sama sekali tidak diketahui orang lain. Namun, Yi Hailan dan Amy melupakan satu hal: di antara petugas senior Guild Pencuri, ada dua orang yang mahir membaca bibir. Sayangnya, posisi keduanya agak ke barat. Jadi mereka hanya bisa melihat gerakan bibir Yi Hailan. Dua petugas senior ini langsung menyadari pentingnya percakapan sejak kalimat pertama Yi Hailan, segera mencatat sambil mengamati. Setelah Perang Para Dewa usai, "Perundingan Suci Peri" menjadi materi penelitian paling berharga tentang perang tersebut. Berdasarkan ucapan Yi Hailan, sejarawan generasi berikut setidaknya menciptakan ratusan versi dialog untuk Amy yang duduk dihadapannya. Setiap versi tampak sempurna saat dipadukan dengan ucapan Yi Hailan, tapi... sayangnya, tak ada yang tahu pasti apa yang sebenarnya dibicarakan dua tokoh sentral Perang Para Dewa itu.
...Untunglah generasi berikut tidak tahu isi percakapan saat itu, sebaliknya... keyakinan akan digulingkan, seluruh dunia akan kembali terjerumus dalam kobaran perang.
"Lebih baik kita tentukan superioritas di ujung pedang." Yi Hailan mengangkat Pedang Legendaris Liu Ying berwarna merah keemasan di atas kepalanya dengan sudut miring.
“Tunggu, tunggu.” Amy tersenyum sambil mengulurkan tangan menghentikan, pupil mata berwarna cokelatnya memperlihatkan kilatan licik: “Kau juga tahu aku adalah 'penataan secara gaib' itu, maka seharusnya kau menyerah sekarang. Lagipula, coba kau intip ke belakang diam-diam. Kerumunan di tribun sedang bergemuruh. Jika tidak kalah, amarah rakyat takkan reda. Seperti pepatah, pahlawan sejati tahu membaca situasi. Bagaimana? Mengalah satu ronde? Nanti kuperkenalkan adik perempuan cantik padamu, traktir minum. Setuju?”
“Haha.” Yi Hailan tak bisa menahan tawa mendengar perkataan tidak bertanggung jawab ini, “Bahkan jika kau Sang Penakdir, ketahuilah: Tak seorang pun rela menjadi figuran dalam takdir. Biarkan aku melihat, Amy yang termasyhur, Sang Otak Emas penguasa multi-unsur sihir, apakah kemampuan bertarungmu setara dengan reputasimu.”
Tanpa memberi kesempatan Amy menjawab, Pedang Legendaris Liu Ying mengukir kilat merah-emas di udara, menghujam ke arah Amy. Seketika Amy merasakan gelora dahsyat bergolak dalam Pedang Batu Meteor Biru di tangannya. Tak tahu apakah dirinya yang mengangkat pedang raksasa itu, atau pedang itu yang menggerakkan lengannya. Kilatan biru murni menyambar dari bawah...
Kreeeeng——
Dua kilat lenyap seketika di titik yang sama... Lubang udara papan kristal di sekitar arena memancarkan dua suara yang bertolak belakang! Dentuman ganda itu menusuk langit bagai tusukan pedang abadi!
Ah? Semburan pedang! Legenda mengatakan bahwa aura pedang yang hanya muncul saat energi sihir berada dalam masa surut berkepanjangan, ternyata muncul di arena pertarungan dunia! Baik Pedang Batu Meteor Biru maupun Pedang Legendaris Liu Ying, di ujung pedang-pedang raksasa itu memancarkan cahaya sepanjang satu meter. Amy dan Yi Hailan sama-sama tak pernah menyangka pedang mereka bisa menunjukkan performa luar biasa seperti ini. Secara refleks, kedua orang itu mengayunkan pedang panjang mereka. Di mana cahaya ini menyentuh, papan kristal di sisi timur dan barat langsung terbelah, berjatuhan dari ketinggian 20 meter ke tanah dengan gemuruh!
Bagaimana... Bagaimana mungkin ini terjadi?
Bukan hanya Amy yang tidak tahu, termasuk Yi Hailan yang merupakan wakil Dewa Pencipta pun sebenarnya juga tidak memahami.
Faktanya, setelah Perang Dewa Iblis, Dewa Pencipta Yang Mulia sendiri yang menyegel Tiga Pedang Dewa. Selama puluhan ribu tahun Perang Dewa Iblis, tiga pedang legendaris Liu Ying, Biru Tua, dan Xue Mo telah memenggal puluhan ribu kepala iblis. Setiap kali menenggak darah dewa yang mengalir deras, ketiga pedang ini mengalami peningkatan kualitas dan kuantitas. Pada fase akhir Perang Para Dewa, ketiga pedang suci ini telah memiliki roh pedang dengan watak yang jelas, bahkan mencapai level peri tingkat tinggi. Jika tidak disegel, selama ratusan ribu tahun ini, ketiga pedang dewa mungkin sudah menjelma menjadi dewa utama baru setara dengan dewa tingkat tinggi.
Satu-satunya cara membuka segel adalah dengan menghancurkannya menggunakan kekuatan eksternal yang sangat besar. Dalam sejarah ratusan ribu tahun ini, Tiga Pedang Dewa telah terpisah di berbagai penjuru. Di dunia penciptaan ini, siapakah yang mampu menghancurkan segel yang ditetapkan langsung oleh Dewa Pencipta Yang Mulia?
Jawaban bukanlah satu-satunya. Kali ini, pertarungan pedang antara Amy dan Yi Hailan merupakan salah satu jawaban tersebut. Tentu saja, dengan kemampuan yang dimiliki Yi Hailan dan Amy saat ini, mereka tidak sepenuhnya menghancurkan segel Dewa Pencipta, hanya membuka sebagian saja.
Amy segera mendengar tawa riang Roh Pedang dari pedang raksasa Biru Tua. Yang membuatnya panik tanpa alasan adalah ia jelas merasakan gelora semangat perang dari Roh Pedang mulai menyusup ke dalam hatinya! Semangat ini bahkan berusaha mengendalikan kehendak dan gerak-geriknya!
Yang tidak diketahui dan tidak disadari Amy, Panglima Iblis Yi Hailan dihadapannya juga menunjukkan ekspresi terkejut! Roh Pedang Legendaris Liu Ying sama-sama melepaskan semangat perang yang tak terkendali - baik bagi Liu Ying maupun Biru Tua, kesepian dan kepasrahan selama ratusan ribu tahun dibekukan, bukanlah hal yang bisa dikendalikan oleh dua pemuda berusia psikologis 26-27 tahun.
Pada sekejap mata setelahnya, puluhan ribu penonton dan peri di tepi utara Shuijing peri tiba-tiba menemukan dengan ngeri! Di atas podium setinggi 20 meter yang disebut "Dunia", dalam waktu tiga tarikan napas, Amy dan Yi Hailan yang sedang bertempur habis-habisan di bawah selubung cahaya merah-biru dari pedang legendaris Liu Ying dan Zhanlan, tiba-tiba mulai membesar - seolah dua dewa yang menjulang hingga langit! Tubuh mereka terus bergulir percikan api, sementara di tangan mereka mengibas dua kilatan petir yang seakan merobek langit!
Ini... ini... jangan-jangan dua bangsa terpilih langit ini sedang diangkat menjadi dewa dalam wujud jasmani?!
Beberapa penonton di bawah panggung sudah mulai bersiap melakukan ritual penghormatan.
Seluruh hamparan bumi telah berubah wajah. Matahari merah di langit telah menghilang entah ke mana, awan putih seolah dicelupkan ke dalam baskom tinta hingga menghitam. Petir biru-merah bergemuruh dahsyat, setiap tabrakannya melahirkan ribuan kilatan kecil berbentuk ular yang beterbangan...
Dentuman guntur sambung-menyambung menggema di atas kepala semua orang! Hutan tropis berdaun lebar seluas ratusan ribu meter di diterjang angin topan dengan ganas, dedaunan beterbangan bagai salju! Permukaan Shuijing peri yang luas tak bertepi telah kehilangan pesonanya, kabut hitam bergumpal-gumpal muncul di atas air, bahkan suara tangis tersedu-sedu terdengar dari kedalamannya!
Yang lebih tak terduga oleh semua manusia adalah, di tanah suci hutan peri ini, ternyata berdiri ribuan mayat yang sangat buruk rupa!
Selama Perang Para Dewa, menjadi tokoh epik adalah hal yang sangat sulit.
Di masa damai, seorang petarung muda yang memiliki status Ksatria Naga sudah cukup untuk merebut hati jutaan gadis. Namun selama Perang Para Dewa, gelar Ksatria Naga jelas kurang bernilai, atau hanya syarat minimal untuk pahlawan kelas dua-tiga.
Menggemparkan langit dan menggetarkan bumi - selama Perang Para Dewa, hanya mereka yang mampu menciptakan kejadian luar biasa yang menyentuh langit dan bumi, yang berhak masuk dalam jajaran pahlawan elit.
Kesatria Naga berekor botak Anqiu Sheng adalah salah satu pendatang baru yang kemudian meroket namanya.
——《Perang Para Dewa*Biografi Kesatria Naga Berekor Botak》
