Tentu saja Tuan Muda kedua Keluarga Chi punya alasan untuk bersikap angkuh. Beberapa pemimpin utama Pasukan Bayaran Kecil pernah berinteraksi dengan dewa-dewa tertinggi seperti Dewa Naga Pirot dan Malaikat Maut. Sehebat apapun dewa lainnya, mana mungkin melebihi Malaikat Maut?
"Wakil Komandan, biar aku yang periksa dulu. Kalau aku gagal, baru Tuan yang turun tangan." Meski ucapan Ling Yun ditujukan pada wakil komandan, matanya penuh semangat menatap ekspresi Komandan Resimen.
Amy mengangguk. Karena situasinya belum jelas, tentu Chi Aotian tidak boleh mengambil risiko. Dari sisi lain, sifat keras kepala Chi Aotian yang 'lebih baik patah daripada bengkok' juga membuat Amy khawatir. Sementara watak Ling Yun lebih mirip dirinya sendiri - umumnya hanya mengambil keuntungan tanpa merugi. Hal ini jauh lebih baik daripada Chi Aotian. Amy khusus menambahkan: "Hati-hati, jangan memaksakan diri."
"Siap!" teriak pemuda es dan salju itu penuh semangat, mengendarai naga tunggangannya melesat ke angkasa!
Naga tunggangan Ling Yun, Mengte Kanla, terkenal akan keberaniannya selama Perang Para Dewa. Saat masih Naga Raksasa tingkat tiga, dia berani menentang kehendak Hong Ye - Dragon Saint Envoy elemen api yang merupakan Prajurit Pertama Klan Naga. Keberanian seperti ini menggemparkan seluruh dunia naga. Pengalaman khusus di Altar Feng Long membuat naga api biasa ini kemampuannya mendekati level Naga Epik, sehingga semakin tak kenal takut. Dua tahun lalu dia bahkan berani adu cakar langsung dengan Naga Suci. Di dunia ini, mungkin hanya Yang Mulia Dewa Naga Pirot yang tidak ditakuti naga muda level lima ini. Dengan lengkingan panjang, sayap raksasa tricolor-nya menggebar dahsyat, melesat ke kumpulan awan bagikan panah tak kasat mata!
Gugusan awan berwarna-warni di langit berhenti sejenak, seolah manusia yang sedang berpikir. Tiba-tiba, awan keemasan mengalami perubahan drastis - membentuk kepala tombak raksasa sebesar menara besi dari dalam awan, mengarah tajam ke Ksatria Naga Unsur Api Ling Yun yang sedang terbang vertikal!
Hah? Ini... ini apalagi?
Sekejap kemudian, mulai dari ujung tombak, awan berkumpul dengan cepat, segera membentuk kabut emas sebesar gunung yang berubah menjadi patung dewa agung yang kepalanya menyentuh langit dan kakinya menginjak bumi—tidak ada rambut di kepalanya yang bulat sempurna, memancarkan cahaya emas menyilaukan. Sebuah ikat kepala bulan sabit emas merah menjepit tengkoraknya dari depan ke belakang. Otot-otot wajahnya menegang, sepasang alis tebal, mata raksasa bagai matahari dan bulan. Ia mengenakan seragam ketat dengan pita di ujung lengan, sepatu awan di kaki, kedua tangan menggenggam erat tombak penembus langit dengan teknik Yin-Yang!
Huerdu di belakang Amy menarik napas tajam: "Wujud Dewa Perang! Ini adalah wujud Dewa Perang!"
Apa? Semua yang hadir tahu peristiwa di Kuil Dunia tiga tahun lalu, dan bahwa Huerdu bersama Ling Yun menyaksikan langsung perang antara tiga dewa saat itu.
Ling Yun juga terkejut. Meski Ling Yun—yang kelak diangkat menjadi dewa bernama Ling Feiyan—memiliki ambisi sebesar awan, saat ini ia hanyalah remaja manusia biasa. Sedangkan Dewa Perang adalah salah satu dari dua belas dewa utama. Perbedaan status mereka bagai langit dan bumi. Tekanan wibawa ilahi langsung menyelimuti tubuh remaja itu. Di usia dua puluh tahun, ia bisa mendengar seluruh pembuluh darah dan meridian dalam tubuhnya berderak akibat terhimpit kekuatan dewa yang tak tertandingi!
“Bocah lancang berani menghina wibawa ilahi?!” Patung dewa mengaum, suaranya bagai guruh meledak di Dataran Bunga! Tombak Penembus Langit yang tak terukur panjangnya namun sebesar bukit itu diangkat tinggi——tak seorangpun meragukan, jika senjata dewa ini jatuh, bukan hanya Ling Yun, bahkan ratusan ribu pasukan Sekutu di Dataran Bunga akan hancur lebur!
Di Dataran Bunga, ribuan penduduk dan prajurit tersungkur oleh wibawa ilahi Dewa Perang dari 12 Zodiak Utama dan aura pembunuhan yang mengguntur!
Tapi tepat pada detik itu juga, di hamparan Dataran Bunga nan luas, belasan pahlawan muda luar biasa membuat reaksi yang mengejutkan 12 Dewa Utama!
Tanpa jeda sedikitpun, Tuan Aimi si Otak Emas—mercenary level S termuda sepanjang masa—memutar Cincin Kegelapan dengan tangan kiri, sembilan Roh Atas tingkat tinggi langsung melompat keluar. Tangan kanannya menarik Pedang Batu Meteor Biru dari punggungnya dengan gerakan terbalik. Pedang Dewa ranking kedua dari Tiga Pedang Dewa Pencipta itu bersorak riang, memancarkan sinar pedang sepanjang beberapa meter dari ujungnya!
Antara sembilan Roh Atas dengan para dewa tak ada hubungan langsung. Karenanya, wibawa ilahi tak banyak mempengaruhi para elf yang hanya selangkah lagi menjadi Utusan Peri. Bidang Kekacauan abu-abu selebar dua-tiga meter langsung mengembang! Roh angin segera menopang tubuh Aimi, membawanya naik perlahan. Sinar pedang sepanjang belasan meter dari Pedang Batu Meteor Biru itu menari-nari di angkasa!
Chi Aotian yang tadi sudah duduk di punggung Yao Li Long, mendengar teriakan Dewa Perang, otot di wajah pemuda itu menegang, tiba-tiba meluruskan tulang punggungnya, berteriak keras sembari melepas dua senjata dari dunia Malaikat Maut yaitu Chi Guan dan Cun Yan. Dua soket mata tulang belulang hitam legam Yao Li Long menatap tajam ke arah wujud ilusi Dewa Perang di langit, mengaum nyaring sambil mengepakkan sayapnya seolah akan menerjang dan bertarung dengan dewa agung itu seketika!
Sha Ruo yang sejak tadi berdiri di barisan paling belakang para perwira senior, saat wujud ilusi Dewa Perang muncul, langsung menarik Tongkat Sihir Api Apollo. Pikiran dan keinginannya selaras, semesta bergema oleh rangkaian kicauan burung riang bak aliran gunung yang jernih. Phoenix sebagai makhluk lintas zaman tentu tak menghiraukan Dewa Perang. Di kepalanya berkilau mahkota bulu sepanjang satu meter, sayap merahnya membentang hampir sepuluh meter. Berkoordinasi dengan Tongkat Sihir Api Apollo, bagai nyala api yang membara, burung abadi itu membawa gadis anggun itu membubung ke udara...
Huo Ensi dan Perapian, dua raja kurcaci, bertindak serentak dari kiri dan kanan. Sang Calon Raja Kurcaci Pengamuk mengangkat tinggi kapak besar Dewa Matahari, sementara Yang Mulia Perapian mencengkeram erat palu perang Dewa Api. Di belakang kedua raja kurcaci ini, berdiri Tong Chui - ksatria besar kurcaci pegunungan berjanggut lebat, pengalaman menghadapi Dewa Kehancuran Daifu memberinya keberanian untuk berhadapan dengan Dewa Utama. Mereka adalah Trio Kurcaci Baru Perang Para Dewa yang termasyhur.
Di belakang mereka berdiri Anqiu Sheng dan peri hutan Qing Luo. Keduanya pernah menyaksikan kewibawaan Daifu. Menghadapi Dewa Perang dalam kondisi puncak, kilau pedang tusuk ramping dan busur pendek peri yang indah menjadi bukti kepercayaan diri mereka.
Di barisan paling belakang, siluet yang lebih mengerikan muncul - Balbas. Perubahan langit yang dramatis menarik perhatian Legiun Kerangka. Mungkin karena perhatiannya pada generasi muda, Balbas segera tiba di kemah besar pasukan tengah. Tubuh tinggi menjulangnya berdiri tegak, senyum dingin mengembang di antara tulang rahang putih bersih. Pedang melengkung berkilauan telah terhunus, kabut hitam tipis menyelubungi Sang Jenderal Mayat Hidup yang kesepian ini.
Adam* Ping, Pendeta Besar, mundur dua langkah secara refleks, lalu menenangkan jiwanya. Dari dalam jubahnya, ia mengeluarkan "Avesta" yang diberikan Pendeta Hitam besar Tayang kepada Pemuja Api tiga tahun lalu. Di dalam Bidang Kekuasaan ilahi, kitab suci itu masih memancarkan cahaya khas daun Pohon Emas. Beberapa pendeta besar Pemuja Api ikut menenangkan diri, hanya menundukkan kepala dengan rendah hati sebagai bentuk penghormatan pada para dewa.
Tokoh-tokoh terkemuka tidak hanya berasal dari Pasukan Sekutu. Di seberang Dataran Bunga, di kemah besar Kaisar Barat, dua Kesatria Naga Suci dari keluarga Kaisar Barat telah melompat ke pelana naga. Melihat wujud ilusi Dewa Perang, air mata panas segera mengalir di wajah kedua ksatria naga itu. Tangan kanan mereka menepuk dada dengan kuat, memberi penghormatan tertinggi pada leluhur mereka.
Yang Mulia Paus Gereja Suci membungkuk hingga menyentuh tanah. Di belakangnya, beberapa Ksatria berelemben suci dari pasukan gereja berlutut satu kaki, melantunkan kidungan Misa Suci dengan suara lantang.
Merton dan Norton pernah melihat patung Dewa Perang dengan empat hukum dasarnya di Kuil Farnorth - Tujuh Dewa Besar menggunakan kekuatan ilahi tak terbatas untuk mengubah iklim buruk Benua Fanos. Oleh karena itu, rakyat Farnorth menyembah Tujuh Dewa Besar setiap tujuh hari. Di tengah ketakutan, dua panglima ork setengah darah ini tetap menjaga ketenangan jiwa. Mereka berlutut satu kaki, memberi penghormatan pada dewa agung.
15 tahun setelah Perang Para Dewa berakhir, tiga pelukis istana Kekaisaran Amy bersama-sama melukis karya raksasa berukuran 16 meter panjang dan 9 meter tinggi yang menggambarkan momen ini, yang kemudian dikenal sebagai "Lukisan 16 Pahlawan" yang sangat termasyhur. Di kemudian hari, para pelukis besar menambahkan "Lukisan 20 Pahlawan" berdasarkan karya tersebut, menyertakan Da Qing Shan, Lin Yushang, Bi, dan Yi Hailan yang tidak hadir saat itu di empat sudut kanvas - semua ras inferior yakin bahwa jika keempat pahlawan yang masih hidup ini hadir, performa mereka sama sekali tidak akan kalah.
Tentu saja, semua ini terjadi jauh di kemudian hari.
Awan berwarna-warni yang bergulung di langit tiba-tiba berhenti sejenak, membuat semua dewa terkejut! Di antara manusia, ras dengan jumlah terbesar, kehendak terlemah, dan moral terburuk, ternyata muncul begitu banyak orang kuat yang mampu menolak wibawa ilahi secara bersamaan...
Yang Mulia Dewa Perang jelas tidak terkecuali!
Berbeda dengan wibawa ilahi bawaan para Dewa Utama lainnya, wibawa Yang Mulia Dewa Perang sepenuhnya diperoleh melalui pertempuran sengit di Perang Dewa Iblis kuno. Kecuali Dewa Pencipta dan beberapa Dewa Utama awal yang telah mengalami kerusakan internal, Yang Mulia Dewa Perang adalah yang terdepan dalam Perang Dewa Iblis. Wibawa ilahinya yang penuh dengan aura pertumpahan darah dan kekacauan ini, begitu dilepaskan, mampu membuat dewa-dewa inferior di bawah level dua gemetar ketakutan.
Tentu saja, satu hal yang harus disebutkan: Yang Mulia Dewa Perang saat ini tidak melepaskan seluruh wibawa ilahi-nya, alasannya sederhana—dia tidak sempat memperhatikan, dibandingkan dengan orang kuat bermusuhan di sekitarnya, Ling Yun hanyalah "makhluk kecil" manusia.
……
Di dunia Dewa Pencipta, dunia dewa menguasai segalanya.
Yang Mulia Dewa Pencipta menghilang secara misterius selama ribuan tahun, Dua Belas Dewa Utama beserta dua belas istana dewa yang mereka pimpin tetap menjalankan tugas dengan sungguh-sungguh. Misalnya Dewa Matahari, meskipun sangat tidak puas dengan penguasa saat ini di aula Dewa Ayah. Namun, matahari merah dan matahari hitam di langit tidak terpengaruh sedikit pun.
Tak lama setelah epidemi besar tiba-tiba meletus di Benua Eminoll, dunia dewa telah menerima kabar ini. Para dewa terkejut—bagi para dewa yang memiliki umur tak terbatas, semua yang terjadi dalam Perang Dewa Iblis seolah terjadi kemarin. Epidemi dari dimensi lain ini memiliki ciri yang sangat khas, semua dewa langsung mengetahui asalnya pada pandangan pertama.
Menurut pembagian tanggung jawab oleh Dewa Ayah, Istana Dewa Matahari dan Dewi Bulan bertugas menyelidiki seluruh dunia manusia. Oleh karena itu, Yang Mulia Dewa Cahaya dan Dewi Kebijaksanaan mengadakan rapat Dua Belas Dewa Utama, pertanyaan pertama adalah: Dari manakah epidemi ini berasal?
Yang tak terduga adalah, saat menghadapi pertanyaan ini, Yang Mulia Dewa Matahari menghindar dan sama sekali tidak menyebutkan bagaimana epidemi ini muncul; sementara Yang Mulia Dewi Bulan yang biasanya lembut dan anggun malah tidak menghadiri rapat Dua Belas Dewa Utama, dengan alasan "kondisi tubuh tidak fit" telah mengusir tiga kelompok dewa tingkat dua yang datang memanggilnya.
Dewa Cahaya dan Dewi Kebijaksanaan tentu paham tujuan sebenarnya di balik sikap aneh Dewa Matahari dan Dewi Bulan. Jelas, pelaku yang memicu epidemi besar ini mendapat perhatian bahkan dukungan dari kedua kuil besar Dewa Matahari dan Dewi Bulan. Maka... jawaban sudah hampir terungkap.
Di balik perang besar yang terjadi di dunia manusia, campur tangan dunia dewa semakin terlihat. Sebagai sesama dewa setingkat, Dewa Cahaya dan Dewi Kebijaksanaan tidak punya alasan untuk memaksa Dewa Matahari dan Dewi Bulan melakukan hal yang tidak mereka sukai.
Kemudian, Yang Mulia Dewa Cahaya mengajukan pertanyaan kedua: "Setelah kejadian tak terduga ini, para dewa di seluruh langit harus menggunakan cara yang tepat untuk menghilangkan epidemi. Lalu, apa solusi yang tepat?"
Ratusan dewa besar kecil di Aula Dewa Ayah terdiam - dewa junior tidak tahu harus menjawab apa, kebanyakan mereka masih kurang pengalaman. Sedangkan Dua Belas Dewa Utama... tentu mereka tahu jawaban yang benar, tapi apa gunanya mengatakannya?
Jika tidak ada gunanya, untuk apa diucapkan? Bukankah itu hanya akan membuat diri sendiri malu?
Akhirnya, Yang Mulia Dewi Kebijaksanaan melihat para Dewa Utama lainnya, terutama Enam Dewa Utama yang telah ada sejak penciptaan dunia, dalam keadaan mengantuk. Beliau tak tahan lagi dan akhirnya mengungkapkan jawabannya sendiri. Sebenarnya jawabannya sederhana: selama Perang Dewa Iblis, kecepatan penyebaran dan jangkauan epidemi jauh lebih luas daripada sekarang. Kemudian, Roh Atas elemen es yang diperintahkan oleh Yang Mulia Dewa Ayah memimpin semua utusan elemental es dan roh atas untuk menurunkan salju lebat selama satu tahun penuh di seluruh semesta—mengubah benua-benua menjadi dunia es dan salju. Inilah yang disebut arkeolog masa depan sebagai Zaman Es. Dingin yang menusuk tulang membasmi sebagian besar bakteri epidemi, mengubur dan mendinginkan mayat-mayat yang membusuk, sehingga epidemi pun segera terkendali.
Masalahnya sekarang adalah, tingkat spiritual Enam Utusan Peri bahkan setengah level lebih tinggi daripada dewa senior. Selain itu, selama ratusan tahun, Enam Utusan Peri terus-menerus menjelajahi dimensi paralel untuk mencari Yang Mulia Dewa Ayah, sehingga hampir tidak memperhatikan masalah apa pun di dunia dewa bahkan dunia penciptaan. Dalam situasi seperti ini, siapa yang bisa memastikan bahwa Enam Utusan Peri akan mematuhi perintahnya?
Tentu, ada cara lain dengan meminta Drakon Suci Elemen Es memimpin Naga Suci tingkat tinggi dari jenisnya untuk melakukan tugas ini. Namun... hehe... sekalipun Dewa Naga Pirot sendiri yang memerintahkan, kemungkinan besar Yang Mulia Lv'er akan mengeluh sakit perut untuk menolaknya.
Pertemuan Dewa Utama pertama di Gunung Akalahan tidak menghasilkan keputusan apa pun.
Wabah yang merenggut nyawa manusia semakin banyak, dendam meluap hingga ke dunia dewa! Yang Mulia Dewi Kebijaksanaan dan Dewa Cahaya terpaksa menggelar pertemuan kedua Dewa Utama di Gunung Akalahan. Kali ini, Yang Mulia Dewi Kebijaksanaan sendiri merancang strategi: taktik gerakan memutar.
