Long melambaikan tangan memotong kebaikan hati Amy. Matanya menatap Alang lama, akhirnya menepuk bahu remaja itu: "Bagus, memang mirip dengan masa mudaku dulu."
"Amy, menurut aturanmu. Dia harus keluar. Dia adalah putraku, keturunan langsung keluarga kerajaan, cucu sang putra mahkota dari klan Pangeran Militer." Sebelum Alang sempat bereaksi, Long melanjutkan.
Ha?! Kabar ini bagai kilat kecil menyambar telinga semua pihak yang terlibat!
"Ayah..." Alang akhirnya tak bisa menahan tangisnya! Dalam delapan belas tahun terakhir ini, ia tak terhitung kali membayangkan bagaimana akan bertemu ayahnya. Tapi sama sekali tak menyangka akan seperti ini!
Bagi seorang anak yang lahir dari keluarga miskin seperti dirinya, yang telah mengembara bertahun-tahun di luar dengan makan seadanya; kini ada yang memberitahunya bahwa dia ternyata adalah keturunan langsung keluarga kerajaan sekaligus cucu sang putra mahkota. Segala kepahitan yang tertahan meledak seketika.
"Amy, sebenarnya ada beberapa hal yang tak boleh maupun tak ingin kusampaikan, tapi sekarang, aku tak bisa membiarkan putraku hidup dalam kebingungan selamanya." Telapak tangan lebar Long menggenggam ketiga lambang keluarga hingga berderit-derit. Meski tak akrab dengan Alang, Long tahu proses remaja ini menjadi kepala keluarga generasi kedua Keluarga Qu. Suara Long tiba-tiba merendah, hanya terdengar oleh beberapa orang di dekatnya: "Ceritanya panjang. Raja generasi sebelumnya di kekaisaran... yaitu ayahanda ku..."
Meski sudah menduga sebagian, ucapan Long tetap membuat semua yang hadir terkejut hingga tak bisa berkata-kata.
"Ayahanda kala itu memiliki satu permaisuri dan satu selir. Dengan kata lain, adik perempuan Marsekal Chi Datong yang dikenal publik hanyalah seorang selir. Sedangkan ibunda ku adalah permaisuri sejati, yang juga merupakan adik perempuan Raja Xius generasi sebelumnya. Ibu dan ayahanda menikah bertahun-tahun tanpa memiliki keturunan, sehingga hadirlah Selir Chi. Dua tahun kemudian Hong Shi lahir dan langsung ditetapkan sebagai ahli waris pertama. Aku sendiri lahir setahun lebih muda dari Hong Shi. Dengan kata lain, takhta ini seharusnya milikku..."
Suara Long sangat pelan, namun tetap terdengar oleh empat lima orang.
"Menurut peraturan terkait Departemen Administrasi Kekaisaran, dalam hal pewarisan klan bangsawan, selain prinsip mengutamakan yang sulung daripada yang bungsu, juga ada prinsip mengutamakan keturunan istri utama daripada selir. Namun... bisakah selir Raja dianggap sebagai selir? Terutama ketika selir ini berasal dari Keluarga Chi."
"Karena keberadaan Gerbang Chi, tentang penerus takhta tidak dapat diubah. Oleh karena itu, saat saya berusia tiga tahun, Ratu Ibu membawa saya ke Benteng Es. Kemudian, ketika berusia tujuh tahun, saya kabur dari rumah. Yang tidak saya duga, Ratu Ibu menjadi gangguan jiwa karena hal ini. Untuk meringankan kondisi Ratu Ibu, keluarga kerajaan mencari anak berusia tiga tahun dari rakyat biasa, yang kemudian dikenal sebagai Pangeran Tiedu. Setahun kemudian Ratu Ibu wafat, Tiedu dikembalikan ke ibukota, secara resmi menggantikan posisi saya."
"Lalu... bagaimana Yang Mulia Hongshi akhirnya mengetahui identitas Tuan?" tanya Amy yang sejak awal sudah mencurigai sesuatu. Hanya saja tidak menyangka alurnya begitu rumit, ternyata Pangeran Tiedu sama sekali tidak memiliki darah kerajaan.
"Setelah meninggalkan istana, saya diadopsi oleh seorang Ksatria kerajaan yang jatuh miskin, menjadi anak angkatnya. Setelah Hongshi naik takhta, beliau pernah melakukan inspeksi ke Federasi Utara. Sebagai bangsawan, ayah angkat saya membawa saya menghadiri pesta istana - hm, harus diakui ingatan Hongshi ini cukup tajam. Karena itu, Departemen Administrasi Kekaisaran secara resmi mempromosikan ayah angkat saya menjadi Earl Kekaisaran, memperoleh lambang keluarga baru - tentu saja semua ini tidak diketahui ayah angkat saya. Ngomong-ngomong, Nak, kamu harus punya tiga putra untuk mewariskan darah tiga keluarga."
Alang langsung berkeringat deras... Ternyata di pundaknya terbebani tanggung jawab sebesar ini.
"Oh..." Senyum licik muncul di wajah Amy, "Kalau begitu, Paman Long, Anda tidak berhak mengikuti ujian ini. Anda adalah ahli waris pertama kekaisaran, sedangkan Alang adalah ahli waris kedua. Saya hanya raja negara kecil bawahan kekaisaran, mana mungkin membiarkan dua ahli waris kekaisaran mengambil risiko seperti ini!"
Amy tidak salah. Setelah Malam Berdarah Ibukota, beberapa adik dan anak Kaisar Hongshi tewas dalam perang. Dari segi hubungan darah dengan raja, Long memang ahli waris pertama kekaisaran.
Long melotot tajam ke arah Amy. Andai tidak banyak orang sekitar, mungkin senior itu akan melakukan gerakan berbahaya.
"Alang, kamu harus mundur." Bagaimanapun juga, Amy perlu meninggalkan keturunan untuk Senior Long.
"Kenapa?" Urat hijau kebiruan langsung menonjol di dahi remaja itu, "Bukankah Wakil Komandan Huo Ensi dan Senior Locke juga dari keluarga yang sama? Mereka semua ikut!"
"... Pura-pura tidak tahu?" Amy tersenyum melihat pemuda yang hampir melompat itu, "Senior Locke punya anak sendiri. Huo Ensi hanya keponakannya. Lagipula Huo Ensi masih punka kakak laki-laki. Kenapa mereka tidak boleh ikut?"
Ada satu kalimat yang tidak diucapkan Amy: Dengan kemampuan Huo Ensi, ujian di depan mata pasti tak ada masalah sama sekali, Lao Luo Ke juga adalah ahli puncak Papan Peringkat Jiwa Perang. Namun bagi Alang yang belum genap 18 tahun ini, "Kolam Pemurni Hati" ini... mungkin benar-benar menjadi gua naga dan sarang harimau yang siap mati tak gentar.
Akhirnya, Alang yang menangis terisak-isak dicengkram lehernya oleh Long dan diseret keluar dari barisan.
9999 mangkuk keramik kasar diangkat serentak, tangan Raja Tentara Bayaran muda yang biasanya anggun seperti sarjana pun sedikit bergetar. Sekilas dilihat, para remaja Pasukan Bayaran Kecil yang baru sekitar 20 tahun, para peri berpenampilan elegan dan rupawan, kurcaci yang gagah berani, serta pahlawan-pahlawan manusia dengan wajah tegar penuh aura siap mati... Amy tak tahu, dari semua orang di depan matanya ini, berapa banyak yang benar-benar dikenalnya, berapa banyak yang namanya bisa disebutkannya!
Tapi, dia tahu satu hal: Andai tak ada ekspedisi ini, andai tak ada yang namanya ekspedisi ke dunia dewa, semua orang di sini seharusnya sedang menikmati buah kemenangan tujuh tahun perjuangan di rumah... Prajurit-prajurit yang selamat dari genangan darah dan kematian, masing-masing telah memiliki tabungan kecil, kebanyakan bahkan mendapat gelar bangsawan Kekaisaran, pasti bisa hidup sangat bahagia.
Tapi sekarang... Di kepala Raja Tentara Bayaran tiba-tiba melintas frasa "Seorang jenderal tak mampu, tiga pasukan mati lelah".
Jarang terjadi, kabut berlapis-lapis bergerak di depan mata Amy. Pemuda itu mengangkat mangkuk besar tinggi-tinggi untuk menyembunyikan kegugupannya yang tak perlu: "Dengan anggur ini, kuberikan semangat kepada semua rekan senjata dan diriku sendiri!"
Dung... Dung... Setelah menghabiskan anggur, Amy mengayunkan tangannya dan melemparkan mangkuk keramik ke tanah!
Seketika, hampir sepuluh ribu mangkuk keramik berhamburan di lantai. Pecahan gerabah kasar beterbangan menghantam wajah para peserta ujian, tapi tak seorang pun bergerak.
Amy berbalik menuju kolam ujian, Pedang Batu Meteor Biru telah ditanggalkan. Melihat air kolam yang mendidih-didih di bawahnya, ilusi pun tercipta di matanya - air merah itu seakan akan meluap ke atas.
Amy menarik napas dalam, bersiap terjun ke kolam. Tiba-tiba seseorang menariknya: "Sebagai manusia, haruslah kita menghormati yang tua dan menyayangi yang muda."
Lao Luo Ke, kurcaci tua itu meletakkan tangan di bahu Amy: "Aku benci orang yang merebut giliranku. Dulu di kedalaman bumi kau dan Da Qing Shan merebut jasaku, tak kusangkal. Tapi kali ini takkan kubolehkan."
Sambil berkata, kapak perang merah menyala di tangannya berkilat. Pantulan sinar merah pekat menusuk mata Raja Tentara Bayaran. Saat Amy tertegun, kurcaci tua itu mengedipkan mata: "Jagalah Huo Ensi untukku."
Tubuh kekarnya melompat tinggi, Dung! Terjun ke dalam kolam!
Pada detik ini, seperti sepotong daun bawang muda yang terjatuh ke dalam minyak panas yang berasap namun tenang. Di tempat Kurcaci Tua jatuh ke air, cairan merah pekat tiba-tiba mendidih dengan suara desisan, sama sekali tidak seperti ujian, lebih mirip menggoreng manusia dengan minyak mendidih!
Sejak jatuh ke air, Lao Luo Ke sama sekali tidak mengeluarkan suara. Setelah sekitar satu menit, air kolam yang mendidih itu perlahan tenang, namun... bahkan ras-ras berpenampilan tajam seperti Kurcaci dan Peri tak bisa menemukan bayangan si Kurcaci Tua di dalamnya!
Perlahan, sebuah benda muncul mengapung dari cairan merah itu... ternyata Kapak Darah legendaris milik Lao Luo Ke!
Hanya Kurcaci Hutan sejati yang memahami betapa pentingnya kapak perang bagi anggota suku. Prajurit Kurcaci Hutan yang gugur sekalipun, pasti akan diupayakan agar kapaknya dikembalikan.
"Paman!" Mata cokelat muda Huo Ensi langsung dipenuhi air mata. Dengan teriakan, kurcaci muda itu melepaskan genggaman Da Qing Shan dan terjun ke kolam merah darah.
Air kolam kembali mendidih! Tdor-tdor-tdor-tdor——
Si Kurcaci kecil itu merangkak dalam lautan merah sambil menangis histeris, meraih Kapak Darah itu, lalu berdiri di cairan merah setinggi dada sambil meratap pilu!
Ada yang bilang ras Kurcaci tak punya kelenjar air mata. Fakta membuktikan: pernyataan ini salah.
Pada saat itu, perubahan aneh tiba-tiba terjadi di kolam air merah menyala: Dua kapak perang berwarna biru dan merah di dada dan punggung Huo Ensi mulai berpendar terang setelah terendam dalam air kolam. Cahaya merah dan biru semakin intens, bahkan menembus tubuh Huo Ensi, hingga akhirnya kedua cahaya itu menyatu...
Dengan suara "CENG——", kedua kapak perang itu terlepas dari tubuh Huo Ensi dan menyatu di udara. Bagian kiri biru dan kanan merah, seolah-olah memang tercipta sebagai satu kesatuan. Mata kapak biru dan merah yang saling bertautan membentuk deretan gigi tajam. Kekuatan sakral yang dahsyat tiba-tiba tercipta di antara mata kapak!
Amy dan Da Qing Shan yang berdiri di tepi kolam sangat familiar dengan kedua kapak ini. Pegangan kapak telah dibersihkan oleh cairan merah. Akhirnya, simbol matahari merah dan hitam di pegangan mulai berputar sendiri! Mereka teringat perkataan Tiga Tetua Besar di kedalaman Gunung Meixisi beberapa tahun lalu: "Sebelum menunjukkan keagungannya, semua senjata pusaka memiliki nasib yang sama - terlihat seperti sampah. Hanya ketika pengguna sejati muncul, keunikan senjata ini akan terungkap."
Apakah... inilah wajah asli dari kedua senjata ini?
Amy dan Da Qing Shan memang menebak jawaban yang benar. Dahulu, Adipati Darah dari Tujuh Pahlawan Kurcaci memegang kapak perang merah-biru ini yang tak terkalahkan di akhir Perang Dewa Iblis. Senjata ini awalnya ditempa oleh Yang Mulia Dewa Matahari selama perang, dirancang dengan prinsip memanfaatkan matahari merah dan matahari hitam. Dapat digunakan terpisah atau disatukan. Hanya pahlawan sejati di saat genting yang bisa menyatukan kembali kedua kapak pusaka ini.
"Turunlah." Amy mengangguk pada Da Qing Shan dengan senyum getir. Meski sedih, jelas "Kolam Pemurni Hati" ini benar seperti kata Yi Hailan: menelan... lalu melahirkan yang lebih kuat.
Amy, Da Qing Shan, Chi Aotian nyaris bersamaan terjun ke kolam. Lin Yushang menggigit gigi dan melompat menyusul. Para komandan di barisan depan seperti burung gagak menghujam air, berjatuhan masuk!
Semua prajurit dan tentara bayaran menahan napas menyaksikan air kolam merah darah. Tak lama, Amy berdiri, disusul Da Qing Shan dan Chi Aotian. Lin Yushang, Ling Bao'er, Adam* Ping pun bangkit satu per satu. Tapi... Hosea komandan tertinggi Kekaisaran Gurun Suci dan Adipati Lan Tian menghilang tanpa suara dalam air Kolam Pemurni Hati.
“Ha, sepertinya kolam ini tidak seberbahaya yang digembar-gemborkan, peluang lolos sudah melebihi 80%.” Long sambil menggosok-gosokkan tangannya bersiap melompat ke dalam "Kolam Pemurnian Hati" yang merah darah.
“Tidak! Tuan Ayah!” Alang menerobos masuk dari luar sambil menarik lengan Long, “Jangan turun! Semua yang lolos ujian tadi adalah pemuda, semua yang berusia...”
Meski baru tahu pria paruh baya bermasalah ini adalah ayahnya, tapi setelah bertahun hidup bersama di kamp militer, sang remaja cepat menemukan ikatan keluarga langka pada sang tua. Kini, mustahil baginya membiarkan ayah mengambil risiko kematian pasti ini.
“Komandan! Jauhkan ayahku dari sana! Aku yang akan...” Kalimat Alang terpotong oleh pukulan keras Long ke belakang kepalanya. Remaja itu tersentak tak percaya, tubuhnya oleng lalu terjatuh keras.
Long bahkan tak melirik. Ia meludah ke tanah sambil bergumam tak jelas, lalu melangkah maju dan menghilang dalam air kolam merah menyala...
Sayang... Ramalan Alang menjadi kenyataan. Ahli waris utama kekaisaran, darah keluarga kerajaan, Kesatria Naga Long, lenyap begitu saja di "Kolam Pemurnian Hati"!
Menyaksikan sosok sepenting itu menghilang tanpa perlawanan sama sekali di kolam ujian, banyak calon peserta di luar yang mulai menunjukkan ketakutan di wajahnya — manusia, sehebat apa pun, pasti memiliki ketakutan yang tak terungkap dari dalam hati terhadap hal tak terduga yang tak bisa dikendalikan!
Para pejabat inti Pasukan Bayaran Kecil seperti Ling Yun dan Anqiu Sheng baru saja bersiap maju untuk memberi semangat dengan tindakan nyata; dari sisi lain, teriakkan semboyan menggema: "Kehormatan adalah nyawa kami!"
Seketika, dentingan pedang terdengar. Para perwira menengah-senior dari tiga legiun elit — Kesatria Naga Hitam, Legiun Naga Pelangi, dan Legiun Bulan Salju — serentak menghunus pedang ksatria mereka. Lebih dari 2.000 bilah pedang panjang mengarah lurus ke depan, ujung-ujung runcingnya bergetar membentuk bunga perak di udara.
"Hormat gerak!" tiga perwira yang sedang bertugas meneriakkan komando serempak. Semua ksatria mengaitkan tangan kiri di punggung bawah, menurunkan pedang, mengayunkan lengan kanan ke pinggang kiri dengan ujung pedang mengarah ke tanah, lalu serentak membungkukkan badan. Dari sudut mana pun dilihat, formasi kotak terlihat rapi dan lurus!
Tiga perwira yang sedang bertugas serentak menurunkan tangan kanan ke posisi perut bawah, menghadapkan pedang panjang di depan dada dengan ujung pedang tepat di antara kedua mata. Dengan sikap militer paling resmi Kekaisaran, mereka melangkah maju. Setiap tendangan kaki hampir menyentuh dada. Ketiganya berhenti serentak di depan Amy: "Yang Mulia Jenderal Tertinggi Pasukan Ekspedisi, Ksatria Kerajaan penuh kehormatan, memohon persetujuan Yang Mulia untuk menyelesaikan ujian ini!"
"Ujian disetujui, semoga keberuntungan perang menyertai kalian!" Tangan kanan Amy menekan dada kiri, membiarkan cairan merah lengket di kepalanya menetes, berusaha mengendalikan emosi.
"Maju!" Teriak ketiga perwira itu, memimpin langkah masuk ke Kolam Pemurnian Hati. Mereka terus berjalan ke seberang sambil menahan gejolak cairan mendidih di sekelilingnya.
Dengan suara cebur-cebur, lebih banyak bangsawan Kekaisaran melompat ke kolam, mengikuti para perwira. Dari darat terlihat jelas beberapa ksatria bangsawan terjungkal dan menghilang dalam air, namun yang lain tetap fokus pada ujung pedang, terus melangkah maju dengan tatapan lurus.
Ketika elite pasukan Kekaisaran yang paling gemilang mencapai seberang, dari 2.000 bangsawan hanya tersisa kurang dari 400 orang.
Menyakitkan! Sangat menyakitkan!
Namun, harga yang hampir tak tertanggung ini justru sangat merangsang pasukan lainnya. Seorang perwira senior demi perwira senior maju secara sukarela, teriakan slogan dengan ciri khas daerah yang kental bergema, pasukan demi pasukan pemenang ratus pertempuran melangkah pasti menuju kematian, dan orang-orang terbaik yang terpilih dari kesatuan militer terkuat meneriakkan slogan lalu terjun ke "Kolam Pemurnian Hati"!
Tentang betapa sulitnya Perang Dewa Iblis puluhan juta tahun silam, peradaban manusia masa kini sudah tak bisa merasakannya lagi. Tapi kini... peradaban manusia akhirnya merasakan "kepedihan" Perang Dewa Iblis - sebuah peradaban harus mencekik nyawa pemuda-pemuda terbaik dan terkuat dengan tangan sendiri, hanya untuk menukar kemenangan samar yang bagai fatamorgana di kejauhan!
Entah sejak kapan, Pulau Iblis mulai diguyur hujan... hujan merah. Konon, hujan seperti ini juga pernah turun selama Perang Dewa Iblis.
Ini bukan hujan, melainkan air mata. Air mata berdarah yang menyayat hati seluruh dunia penciptaan, rasa sakit yang tak terkira namun tak bisa bersuara sedikitpun!
