Dewa Pencipta Yang Mulia di bawah bimbingan Dewi Kebijaksanaan, secara bertahap membentuk seluruh dunia. Mata laut, perut bumi, dan Menara Menembus Langit akhirnya menyatu membentuk kekuatan stabil baru. Karena area lautan jauh lebih luas daripada benua-benua, setelah kembali ke dunia upper elf, Dewa Pencipta memilih kembali roh peri tanah yang sesuai, sehingga terciptalah utusan peri tanah tingkat menengah. Nasib Naga Suci ini lebih kebetulan lagi - sejak menetas dari cangkang telur, ia terus menerus tidak membuka mata. Ketika akhirnya membuka mata, seluruh keluarga Naga Suci Sistem Emas merasa mendapat aib terbesar. Dewa Naga Pirot yang juga termasuk Naga Sistem Emas, dalam kemarahannya memenjarakan orangtua anak naga itu di Penjara Naga Bawah Tanah dan mencopot jabatan Dragon Saint Envoy Sistem Emas saat itu.
Menurut aturan Klan Naga, anak naga dengan garis keturunan darah tidak murni ini harus segera dieksekusi.
Pada saat yang sama, seorang Dewi Kebijaksanaan tingkat atas yang memiliki darah klan naga masuk secara paksa ke dunia naga, dan akhirnya "meminta" atau lebih tepatnya merampas anak naga ini. Setelah anak naga itu dewasa, tepat saat Perang Dewa Iblis berkecamuk, Naga Sistem Emas ini tanpa ragu langsung bergabung dengan barisan dewa-dewa, dan akhirnya berhasil menembus level Naga Suci biasa. Menjelang kerusakan internal Yang Mulia Dewi Kebijaksanaan, dengan pertimbangan bahwa Dewa Naga Pirot tidak akan mudah melepaskan naga dwi-atribut ini tanpa adanya kekuatan penyeimbang darinya, maka dia dikirim untuk menjaga Menara Penembus Langit di mata laut perut bumi - tempat paling misterius di dunia penciptaan ini, di mana manifestasi semua kekuatan sangat berbeda dengan dimensi lain, bahkan makhluk sekuat dewa naga pun harus berpikir dua kali.
Tentu saja, rahasia internal ini, baik itu utusan peri tingkat menengah unsur tanah maupun naga dwi-atribut, sama sekali tidak akan diceritakan kepada manusia biasa.
Namun, yang kini membuat Naga Suci Kuno merasa sedih dan tersiksa di dasar hatinya adalah bahwa kedua kalimat itu jelas merupakan ucapan Yang Mulia Dewi Kebijaksanaan yang menyelamatkan nyawanya dan membesarkannya, saat menyuruhnya melarikan diri ke Menara Penembus Langit pada malam hari.
Setelah dentuman naga yang memilukan terdengar, Naga Suci Kuno itu tiba-tiba merobek sebuah sisik naga berwarna putih susu seukuran meja kecil dari bawah rahangnya dengan cakar depannya, semburan darah merah menyala seperti air mancur menghujam ke tanah.
Termasuk wajah High Elf pun berubah, sisik naga terbalik! Naga Suci Kuno epik yang merobek justru satu-satunya sisik terbalik di tubuh ras naga! Sisik ini bukan saja terkelupas, bahkan sentuhan ringan sekalipun pada sisik ini biasanya akan menimbulkan rasa sakit yang terpatri dalam bagi sang naga!
Di tengah isak tangis Naga Suci, sisik terbalik itu dibalik perlahan. Di balik cahaya putih susu, tersemat sebuah gulungan tua. Ah... Jelas, gulungan ini sengaja dimasukkan ke dalam sisik terbalik dengan menahan kesakitan yang luar biasa di masa lampau. Jelas pula, gulungan ini lebih berharga dari nyawa bagi Naga Suci. Jika tidak, mustahil ia sanggup menahan siksaan benda asing di bawah sisik terbalik yang terus mengganggunya.
Cakar naga sebesar rumah itu dengan lembut menjepit gulungan. Setelah lama ragu, cakar Naga Suci itu menggosok perlahan. Seketika gulungan hancur berkeping! Pada momen yang sama, cahaya pelangi menyembur dari serpihannya, lalu perlahan memadat. Di tengah kekosongan, muncul siluet manusia...
Naga Suci Kuno yang sedang menangis histeris itu berubah wujud menjadi pria paruh baya bermuka emas, lalu perlahan berlutut di tanah...
Di belakang Yi Hailan, puluhan Pahlawan Level Super dari Pulau Iblis tertegun sejenak sebelum satu per satu berjatuhan berlutut bagai dipalu, air mata mengucur deras bagai hujan...
"Bayangan di Kekosongan itu adalah seorang pemuda, tampaknya tidak lebih dari 30 tahun. Wajahnya pucat pasi dengan alis tipis, hidung panjang dan lurus, bibir tipis yang tersungging senyum paksa. Rambut putih susu diikat santai di belakang kepala, kulitnya sama pucatnya, jemari panjang dan ramping. Di lehernya tergantung tali tipis merah muda dengan plat besi kecil yang belum jelas terlihat. Seolah baru sembuh dari penyakit berat."
"Saat manusia dan peri masih bingung memahami situasi, High Elf berteriak refleks mengungkap misteri: 'Yang Mulia Dewi Kebijaksanaan!' Kemudian Utusan Elemental Tanam perlahan berlutut."
"Puluhan juta tahun berlalu, waktu abadi menghancurkan semua ingatan. Manusia, peri, kurcaci... spesies-spesies ini telah lama melupakan anugerah Yang Mulia Dewi Kebijaksanaan yang pernah menyelimuti dunia Sang Pencipta."
"Untungnya masih ada yang ingat. Bagaimana tidak, seandainya Yang Mulia Dewi Kebijaksanaan benar-benar menyaksikan dari langit, pasti hati-Nya akan remuk redam."
"Bayangan Samar itu melambaikan tangan perlahan, senyumnya semakin merekah. Baru sekarang semua orang di gua menyadari, pemuda yang terlihat sakit ini ternyata memiliki pesona begitu memikat."
"Melihat Aku datang, kebebasan abadi kau raih; Melihat Aku datang, takhta kembali pada harap; Melihat Aku datang, engkau merdeka selamanya."
Bayangan samar itu seolah menepuk perlahan bahu Naga Suci Kuno, lalu... dalam hembusan angin lembut, bayangan itu perlahan memudar, hingga akhirnya menghilang sama sekali dalam Kekosongan, seakan tak pernah ada!
Ini adalah lagi sebuah ramalan bagai kidung - persis seperti yang ditinggalkan Yang Mulia Dewi Kebijaksanaan di Pulau Iblis.
Setelah lama meratap, ketika bau anyir darah mulai menyebar di gua, Naga Suci Kuno perlahan memutar kepala. Matanya yang merah menyala memandang dingin Amy dan Yi Hailan: "Ribuan tahun, kalianlah manusia pertama yang datang ke sini. Bawa Dewi Kebijaksanaan ke hadapanku, maka kuberi jalan. Jika tidak... sekalipun kalian kuat, akan kuhabisi sampai tak bersisa!"
Amy menghela napas panjang. Jika sampai saat ini masih tak memahami semua ini, tentu bukanlah Amy si Otak Emas. Rupanya seluruh peristiwa telah diatur dalam skenario Yang Mulia Dewi Kebijaksanaan.
Dalam ruang perlindungan, selembar plakat logam berwarna putih di atas dan hitam di bawah terayun membentuk lintasan kurva, akhirnya terjatuh ke cakar Naga Suci Kuno. Seketika itu juga, ratapan memilukan menggema sebelum sang naga tak sadarkan diri.
"Bisakah kalian jelaskan makna dua bait terakhir itu?" Utusan elemental tanah perlahan mencabut status siaga tempurnya.
Para Petualang juga tahu, tampaknya Yang Mulia Raja Tentara Bayaran Amy sekali lagi menentukan situasi dengan satu langkah, para Kesatria Naga dan Ksatria Binatang Legenda turun dari langit satu per satu, para elf mengendurkan tali busur mereka.
Amy merenung sejenak, memutuskan untuk tetap menyimpan sebagian informasi: "Yang bisa kusampaikan pada Yang Mulia tidak banyak, karena sebagian besar terjadi di dunia dewa. Masih banyak hal yang perlu Yang Mulia selidiki sendiri setelah kembali ke Menara Permohonan. Seribu tahun yang lalu, Dewa Pencipta Yang Mulia menghilang secara misterius. Kemudian, Yang Mulia Lima Utusan Peri terus bekerja sama mencari di dimensi lain, mencoba menemukan Dewa Pencipta. Namun, dua tahun lalu, Dua Belas Dewa Utama langit mengundang Yang Mulia High Elf elemen tanah ke jamuan... Tapi... Saat kembali ke Menara Permohonan, Yang Mulia Utusan Elemental Tanah dibunuh!"
"Ah? Ada kejadian seperti itu?" Yang Mulia High Elf elemen tanah generasi baru terdiam membeku.
"Karena itu, Yang Mulia, gulungan ini menjelaskan dengan jelas: Ketika melihat Yang Mulia Dewi Kebijaksanaan, Anda telah menjadi High Elf elemen tanah generasi baru, mendapatkan kebebasan kembali, dan harus kembali ke Menara Permohonan elemen tanah untuk berjaga di sana." Kata-kata Amy sangat sopan, dengan senyum tulus yang tak berubah selama puluhan ribu tahun di sudut bibirnya - senyum yang sama persis baik terhadap anak kecil berani, pedagang gerobak, Dua Belas Dewa Utama, bahkan Dewa Naga Pirot. Amy belum tahu bahwa penjelasannya kali ini hanya benar sebagian besar saja.
"Lalu apa urusanmu pergi ke dunia dewa?" Utusan Elemental Tanah masih heran.
"Menyampaikan petisi kepada para Dewa Utama, mencari Dewa Pencipta Yang Mulia."
Utusan Elemental Tanah segera mengerutkan alisnya: "Urusan Yang Mulia Dewa Ayah, apa hubungannya dengan kalian? Di atas ada Lima Utusan Peri, Dua Belas Dewa Utama, di bawah ada puluhan ribu ras dewa malaikat. Perlu apa ras-ras dunia bawah ini bicara sembarangan?"
Wajah sebagian besar manusia yang hadir mulai menunjukkan ketidaksenangan. Di dalam hati, Amy menghela napas halus: Benar, di atas ada Lima Utusan Peri dan para dewa yang memenuhi langit, namun ternyata roda takdir justru digerakkan oleh anak muda tak terkenal seperti dirinya. Namun, raut wajahnya tetap tenang: "Mengingat Yang Mulia Dewi Kebijaksanaan telah meninggalkan wasiat, pastilah ada hubungannya. Kami yang di bawah hanya bisa berharap tidak mengecewakan harapan besar Yang Mulia."
"Tameng" ini sangat efektif. Sekalipun Utusan Elemental Tanah generasi baru ini sangat angkuh, mustahil baginya meragukan Yang Mulia Dewi Kebijaksanaan.
"Kalau... begitu, jika aku meninggalkan tempat ini, siapa yang akan menjaga Menara Menembus Langit?" Alis Utusan Elemental Tanah berkerut halus. Pandangannya akhirnya tertuju pada spirit tanah di antara sembilan jenis elemental di belakang Amy: "Maukah engkau menggantikanku menjaga Menara? Aku bisa langsung meningkatkan kemampuanmu ke level Utusan Elemental Menengah."
Begitu kata-kata ini terucap, para Petualang kembali terkejut! Tak ada yang menyangka Utusan Elemental Tanah ini ternyata mampu langsung mempromosikan spirit bawahan melewati level, apalagi ke posisi Utusan Menengah yang hanya berada satu tingkat di bawahnya.
Spirit tanah di belakang Amy berpikir sejenak, akhirnya menggelengkan kepala pelan. Dari mulutnya keluar suara dengusan pendek yang redup.
High Elf menunjukkan ekspresi wajah kecewa: "Tanpa penjaga, aku tak bisa meninggalkan tempat ini."
"Yang Mulia, bolehkah hamba menggantikan tugas penjagaan?" Seorang penyihir berusia setengah abad berjalan perlahan dari belakang Lin Yushang. Ternyata itu adalah magister sihir unsur tanah Wodesitong dari Pasukan Ekspedisi Chi Aotian yang pernah mereka temui di Kekaisaran Gurun Suci, penyihir tua yang dijuluki 'Lumpur'.
"Oh!" High Elf terlihat sangat gembira memperoleh kebebasan yang kembali: "Tentu! Tapi sanggupkah Engkau menanggung kesepian selama puluhan juta tahun?"
Magister Wodesitong menggeleng lembut: "Bertahan atau tidak, bukankah tetap harus dijaga? Hamba hanya mohon Yang Mulia kembali ke Menara Permohonan untuk mengungkap kebenaran hilangnya Dewa Ayah dan mengakhiri malapetaka perang di dunia bawah. Meski harus menjaga pelita sendirian selama ribuan tahun, hamba akan bertahan."
Dalam kidungan yang panjang berulang-ulang, cahaya sihir keemasan mulai berputar-putar di sekitar Yang Mulia Wodesitong, atau sekarang seharusnya disebut Yang Mulia Utusan Dewa Penjaga. Di udara, ribuan roh tanah tingkat rendah terlepas dari tubuh Yang Mulia Roh Atas elemen tanah, perlahan menyatu ke dalam tubuh Wodesitong. Setelah tepat satu shichen, kidungan akhirnya berakhir. Cahaya keemasan menghilang sepenuhnya, Yang Mulia Wodesitong perlahan bangkit. Dalam setiap gerakannya, roh-roh tanah kecil bergembira di sekelilingnya, muncul dan menghilang. Penyihir tua itu membungkuk hormat kepada Amy, Chi Aotian, dan Lin Yushang. Ketiga pemuda itu segera menghindar, sadar tak layak menerima penghormatan semacam itu: "Kuhantarkan kalian memasuki dunia dewa dengan selamat. Hanya sampai di sini."
Dengan nada datar, senyum tipis mengembang di bibir Yang Mulia Wodesitong, terasa getir.
"Kalau begitu, aku pamit." Utusan elemental tanah berbalik hendak pergi, tapi tiba-tiba bertanya, "Bolehkah tahu nama terhormat Tuan?"
Amy awalnya mengira pertanyaan itu ditujukan pada Magister Wodesitong. Baru ketika Utusan Roh Atas elemen tanah mengulangi pertanyaannya, Raja Tentara Bayaran itu sadar dirinyalah yang dimaksud. Sebagai manusia biasa, sungguh tak pantas dipanggil "Tuan" oleh entitas tinggi seperti ini. Amy tersenyum kecil: "Hamba hanyalah tentara bayaran tak berarti. Nama saya Amy."
“Pemuda yang luar biasa!” Utusan elemental tanah menghela napas panjang, sambil perlahan naik ke udara meninggalkan ucapan terakhir, "Senyum Yang Mulia benar-benar mirip dengan orang itu..."
Hm? Wajah Amy dipenuhi kebingungan. Orang itu? Yang mana? Amy segera menarik lengan Yi Hailan di sampingnya dan berbisik. Yang disebutkan terakhir ini memandanginya dari atas ke bawah dengan heran, membuat Raja Tentara Bayaran itu gugup: "Saudara Amy, apakah kau tidak pernah bercermin?"
Cermin? Sebelum Nona Ying datang, Amy memang tidak pernah bercermin. Setelah Yingying pergi, Amy pun jarang melakukannya.
Yi Hailan yang kesal dengan pandangan polos Amy akhirnya menjelaskan: "Senyummu mirip sekitar satu dua fen dengan bayangan samar tadi, yaitu Yang Mulia Dewi Kebijaksanaan."
Ah～～Ling Bao'er dengan indra peri yang tajam tetap mendengar jelas meski terpisah beberapa orang: "Apa satu dua fen? Paling tidak tujuh delapan fen mirip! Tapi senyum Kakak Aimi jauh lebih manis dari orang itu."
Memang pepatah kuno tidak salah, di mata kekasih muncul Pan An. Para pahlawan super Pulau Iblis hanya bisa menghela napas melihat gadis kecil belum dewasa ini, pertama kalinya menahan penghinaan terbuka terhadap Yang Mulia Dewi Kebijaksanaan.
Saat itu, Naga Suci Kuno terbangun sambil terisak-isak, masih menggenggam erat plakat logam di telapak tangannya.
"Yang Mulia, bisakah Anda jelaskan asal-usul plakat ini?" Nada bicaranya datar, tapi semua yang hadir memahami muatan tersembunyi di balik kesederhanaan itu.
Asal usul plakat kecil ini, di antara para petualang, yang mengetahuinya tidak sampai dua puluh orang. Sekarang mata semua orang ini menunjukkan kekhawatiran. Jelas, Yang Mulia Dewi Kebijaksanaan memiliki hutang budi yang dalam pada Naga Purba ini. Bahkan jika semua ini sudah dalam perhitungan Dewi Kebijaksanaan, jika naga ini tahu bahwa plakat ini didapat dengan "menyuling" keturunan Dewi Kebijaksanaan... mungkin hanya tersisa empat kata.
——Berjuang sampai mati！！！！
