Aku segera meringkuk lebih kencang, tubuh mulai gemetar. Dia juga sama, bahkan lebih ketakutan dariku. Aku memberi isyarat "diam" padanya, menyadari ada masalah: monster biru datang.
Dia menjadi semakin gugup, bahkan tidak berani bernapas.
Kami berdua tetap meringkuk di sana, menempel di dinding, tidak berani mengangkat kepala, memperhatikan gerakan di dalam.
Perlahan-lahan suara di dekat jendela menghilang, tapi keributan di dalam semakin menjadi-jadi, sepertinya sedang mengobrak-abrik lemari dan laci.
Kami akhirnya bisa menarik napas lega, mencoba menenangkan diri.
Setelah beberapa saat, suara itu mulai mereda, sepertinya mereka telah pergi.
Ini membuat kami berdua akhirnya merasa tenang, tapi tetap tidak berani gegabah. Jika keluar sekarang dan bertemu lagi, pasti tidak bisa lolos.
Aku mendekatkan mulut ke telinganya dan berbisik: "Para mutan ini, jika tidak menemukan target, apakah akan tinggal sembarangan atau punya markas besar lalu langsung mati?"
Aku khawatir makhluk ini akan tinggal di sini. Karena tidak tahu kebiasaan mereka, aku baru bertanya seperti ini.
Dia sudah kedinginan sampai tidak bisa tahan, gemetar berkata: "Mereka, mereka akan kembali ke markas besar, kembali ke matriks induk. Begitu hari gelap mereka langsung pergi, siang hari cuma patroli."
Sekarang baru sore, masih butuh satu dua jam lagi sampai malam.
Dengan kondisi kita sekarang, bertahan beberapa jam di sini pasti tidak mungkin.
Angin besar menderu, terlalu dingin.
Tiba-tiba dia menunjuk sambil berkata: "Lihat, mereka pergi."
Di bawah, gerombolan monster biru yang tadi mengejar kita, karena gagal menangkap, mulai pergi dengan tubuh seperti gurita. Ada juga yang sudah berubah bentuk bulat, kucing atau anjing, pergi ke jalan lain.
Kami girang bukan main, tapi sepertinya tidak ada yang level dua.
Aku bertanya padanya, "Apa kamu lihat ada yang level dua di antara mereka?"
Dari ketinggian 15-16 lantai ini, tubuh gurita-gurita itu tidak besar. Level satu atau dua dari udara sulit dibedakan. Dia menggelengkan kepala.
Aku menghela napas: "Tunggu beberapa menit lagi, untuk memastikan aman, baru kita naik."
Dia mengangguk terus-terusan sambil menggigil kedinginan.
Tapi situasi semakin genting karena angin benar-benar dahsyat.
Aku juga sama, hanya memakai celana dalam, memeluknya. Memandangi wajahnya yang khas berambut pirang bermata biru, dengan lekuk tubuh indah yang jarang dimiliki gadis Asia.
Aku menelan ludah: "Lupa tanya, kita sudah berjuang bersama tapi belum perkenalan. Namaku Li Tang. Kamu siapa namanya?"
Dia gemetar berkata, “Nama saya Xia Yingying, ayah saya orang Tiongkok, ibu saya orang Irlandia, jadi saya campuran.”
Tapi dingin sampai gigi gemeretuk.
Aku langsung bilang, “Aku punya cara menghangatkan diri?!”
“Cara apa? Cepat katakan!”
Dia mengedip-ngedipkan mata besar penuh rasa ingin tahu, agak bersemangat.
Aku menyeringai, “Kita saling menggosok tubuh lawan, pasti tidak dingin. Lebih baik dari menggosok sendiri.”
Tanganku langsung meraih bahunya, menggosok-gosok tubuh lembutnya yang langsung membuat darahku mengalir cepat dan menghangat, “Lihat, tidak dingin kan?”
Dia tidak bodoh, tahu pasti ada maksud lain. Alisnya berkerut, tapi angin menderu terlalu dingin. Meski tempatnya cukup luas, tidak sampai terjatuh, tapi tubuhnya sudah pucat.
Dia pun mengulurkan tangan ke tubuhku, langsung ke dada.
Mengelus otot perut dan dada yang tajamku.
Sentuhan jari mungilnya membuatku langsung bereaksi, energi panas muncul dari dantian, menghangatkan sedikit.
Aku pun langsung meraih pantat montoknya yang licin tak tertahan, langsung meraba ke atas bawah, memeluknya erat dan mulai menggosok.
Tak ada pemuda yang tidak genit, kali ini bahkan jadi hantu pun aku tetap genit.
Tapi trik ini benar-benar bekerja, saat tubuh kami saling bersentuhan, hawa panas mulai mengalir dari area tiga inci di bawah pusar. Meski memalukan, tapi efektif.
Dia tampaknya merasakan hal serupa, pipinya yang kusentuh mulai memerah.
Membuatku sangat menikmatinya sampai lupa segalanya.
Memuaskan nafsu ragawi sepuas-puasnya.
Tunggu, saat hampir menelanjanginya.
Barulah dia merajuk: "Sudah cukup, jangan sembarangan meraba lagi. Seharusnya sudah selesai."
Aku lalu terkekeh, mengembalikannya sambil mencium dahinya. Kemudian bangkit sambil berkata: "Aku akan periksa dulu, tunggu sebentar ya."
Sudah mengambil keuntungan, harus bertanggung jawab seperti lelaki sejati.
Melihat ke luar, bahaya memang sudah berlalu. Makhluk besar itu pergi. Kugeser kaca penyekat dengan sekuat tenaga, melompat masuk. Memandang sekeliling - lemari dan perabotan rusak berantakan. Lalu pergi.
Menghampiri Xia Yingying: "Sudah aman, mari. Berikan tanganmu."
Mengulurkan tangan dan menariknya naik.
Suasana dalam ruangan hangat. Mengambil beberapa pakaian yang berserakan di lantai dan memakainya.
Kutanya: "Sekarang mereka sudah pergi, aman kan? Tidak akan ada efek samping?"
Alisnya berkerut sambil melirik tajam: "Seharusnya tidak. Makhluk-makhluk itu jarang muncul. Kamu sial, aku jadi kena getahnya." Sepertinya agak kesal dengan sentuhanku tadi.
Aku mengabaikan protesnya.
“Karena tadi aku sedikit berpikir, aku harus kembali ke laboratorium tempat aku bangun tadi, pasti ada petunjuk di sana.”
“Aku tidak bisa hidup begitu saja tanpa alasan, tidak boleh hanya pingsan selama seratus tahun.”
Lalu berkata kepada Xia Yingying: “Aku ingin pergi melihat laboratorium tempat aku pingsan, kamu ikut?”
“Pingsan? Laboratorium?!”
Kali ini Xia Yingying jadi tertarik, bergumam: “Sudah lama tinggal di sini baru pertama kali dengar ada laboratorium, baiklah, aku ikut kamu melihat.”
Kami berdua berjalan keluar pintu.
Tapi ketika sampai di mulut tangga.
Aku dan Xia Yingying sama-sama terkejut, hampir mengompol, monster biru level dua itu ternyata belum pergi, sedang di sebuah ruangan dekat koridor, menghadapi tubuh yang sudah lama mati, mengunyah dengan rakus.
Seperti sedang makan sate kambing panggang.
Kami berdua langsung bego.
Dia juga berhenti memandang kami.
Xia Yingying segera berteriak “Aah!”
Monster biru level dua langsung “Sriiikk!” meraung keras dan menerjang.
“Dasar leluhurmu sialan.”
Hari sial belum berakhir.
Aku segera menarik Xia Yingying lari, berlari kencang, langsung menyelinap ke tangga.
Xia Yingying mau turun, aku menariknya keras, meludah: “Dasar payudara besar otak kosong! Turun memang bisa keluar, tapi kita tidak bisa lari lebih cepat darinya, naik!”
Xia Yingying berpikir sebentar, benar, hampir lupa ini, langsung ikut aku naik.
Monster biru infeksi tingkat dua, "Siiraa!" berteriak, langsung mengejar keluar, tubuh seperti gurita, cepat-cepat naik tangga. Kemudian "Siiraa!" "Siiraa!" terus menerus berteriak.
Aku bertanya, "Tinggi gedung ini sebenarnya berapa lantai sih?"
"34 lantai, kalau terus lari ke bawah sebentar lagi sampai ujung."
Dia terengah-engah berkata, "Aku tidak mau mati, aku tidak mau mati, cepat cari akal, kau cepat cari akal!"
Aku juga sialan tidak mau mati, lalu bertanya, "Kau bilang makhluk mutan ini bisa menginfeksi orang, tidak boleh disentuh, kita juga tidak bisa melawan, apa mereka punya kelemahan? Kau sudah hidup 20 tahun, mustahil tidak menemukan sedikit pun, atau mereka benar-benar tanpa cela?"
Dia terengah-engah menjawab, "Ada, monster biru ini setelah bermutasi tubuhnya mengandung listrik, suara 'siiraa' 'siiraa' itu karena ada listrik yang bisa menyetrum orang sampai pingsan dan terinfeksi. Tapi listrik takut air."
Ini sangat wajar.
Aku langsung tertawa, "Hah, baiklah. Kau terus lari ke atas, ingat, aku akan menunggumu di lantai 30. Sampai lantai 30 langsung lari ke dalam. Aku akan cepat-cepat mencari air lalu menghadangnya dengan air. Kalau tidak kita pasti hancur. Stamina kita kalah, hanya ini caranya."
Dengan menyiramkan air ke lantai, kurasa ini bisa bekerja. Tubuhnya penuh listrik memberi kita kesempatan, mungkin bisa lolos dari maut.
Xia Yingying tiba-tiba menggenggam lenganku, "Kamu tidak berniat kabur ninggalin aku sendiri kan?"
Aku tertawa: "Kalau aku mau meninggalkanmu, tak perlu bilang. Cukup lari diam-diam. Lakukan saja seperti kataku, takkan aku bohongi. Lagipula, dua 'gunung besar' ini belum puas kumaeni, tak tega kau mati."
Sambil tertawa-tawa kupeluk dia, kuraba keras dadanya lalu kucium, kemudian percepat langkah sambil mengatupkan gigi naik terus.
Monster biru tingkat dua, tak cepat di tangga, kecepatannya mirip Xia Yingying. Tapi stamina bagus. Setelah percepat langkah, jarak mulai terbuka. Lalu kulihat tanda lantai 30.
Langsung berlari ke dalam.
Mataku jelalatan mencari ruang air.
Meski air habis, pasti ada dispenser atau teko. Terengah-engah mencari ke sana-sini, akhirnya menemukan rahasia besar.
Sialan! Banyak benda 100 tahun kemudian yang tak kukenali.
Kedua tangan menggaruk-garuk kepala hampir panik, tak bisa temukan apa pun.
Tiba-tiba Tuhan menolong dengan hadiah tak terduga - sebuah akuarium raksasa.
Benar! Akuarium berisi rumput laut, kotoran, dan benda mirip bangkai ikan. Meski menempel di dinding dan tertutup rapat,
Ini tetap akuarium. Cukup dijatuhkan ke lantai, airnya akan tumpah. Jumlahnya cukup untuk memberi pelajaran monster biru itu!
Langsung kukerjakan.
Kutarik akuarium itu, jauh lebih berat dari perkiraan. Kusedot semua tenaga mendorongnya maju.
“Langit tidak pernah menutup semua jalan. Aku sudah bangun, tidak boleh mati, tidak boleh mati, tidak boleh mati tanpa tahu apa-apa, mati begitu saja dalam kebingungan.”
Mendorong dengan gigi yang terkunci.
Perlahan-lahan mendorong sedikit demi sedikit ke arah luar.
Tapi sudah terlambat.
Karena jarak kita tidak terlalu jauh, dan tidak terpikir untuk mendorong akuarium, tiba-tiba Xia Yingying sudah mulai berteriak, "Kamu di mana? Kamu di mana? Itu mengejar kita!"
Aku segera menjulurkan kepala keluar dan berkata, "Di sini! Ada akuarium berisi air, tapi sialan tidak bisa didorong. Bantu aku!"
Saat itu, mutant biru level dua dari tangga sudah merayap mendekat, mengeluarkan suara "Srak!""Srak!" dengan antena yang berkilat-kilat mengeluarkan listrik.
Xia Yingying ketakutan, berteriak, "Cepat lari saja, jangan didorong lagi, cari cara lain!"
Dengan kondisi fisik kita sekarang, mustahil melarikan diri. Jarak lurus pun tidak bisa lebih cepat darinya.
Melihat akuarium sudah sampai di depan pintu, aku berteriak, "Masuk! Masuk! Tutup pintu pakai akuarium, ini bisa berhasil!"
Aku menarik Xia Yingying masuk kasar, lalu berkata, "Cepetan! Dorong! Akuariumnya besar, pasti bisa menutup rapat."
Xia Yingying hampir menangis ketakutan, panik sampai tidak tahu harus berbuat apa, hanya menurutiku dan ikut membantu mendorong.
Akuarium yang sangat besar itu miring saat akan keluar, tapi saat diposisikan horizontal berhasil menutup pintu dengan rapat.
Kupikir, saat mutant biru menerobos masuk dan mendorongnya, pasti akan jatuh. Saat itu air akan tumpah dan menghalangi mereka.
Memberikan kita waktu untuk bernapas sejenak.
