Saat itu, aku sudah mengumpulkan beberapa tumpukan emas dan menghabiskan banyak poin, lalu bersiap mencari Titan.
Tapi kemudian terpikir, tempat penampungan ini hidup sangat susah, kekurangan pakaian dan makanan. Mereka sudah menampungku, sebaiknya kuberi hadiah perkenalan.
Lagipula semua bisa ditukar, tukarkan saja makanan untuk mereka sebagai ucapan terima kasih.
Tepung, daging, sayuran, pasti bisa ditukar.
Langsung kusuruh Cincin Penukar segera merealisasikannya.
Tapi muncul masalah lagi, bagaimana menjelaskannya? Jika kubawa langsung pasti mereka curiga, malah menyulitkanku berbaur dan menimbulkan prasangka.
Kupikir-pikir di situ, merencanakan mencari gudang lalu menukar barang di sana, bilang saja barang itu kutemukan.
Langsung tersenyum senang dan buru-buru bergerak.
"Begini saja, balas budi mereka agar tak sia-sia menampungku."
Kularikan ke bawah gudang mal, masih terlihat banyak mayat berserakan, berantakan. Setelah muter-muter, benar-benar menemukan satu gudang dengan pintu besi yang cukup meyakinkan.
Langsung kumasuk dan berkata ke Cincin Penukar: "Tukarkan 10 karung beras, 10 karung tepung terigu, tepung jagung, kedelai. Cepat penuhi tempat ini! Perhiasan yang kuberikan, tidak masalah kan?"
"Tak masalah, langsung diproses. Emas ditukar pangan memang mudah."
“Cahaya putih berkedip, gudang yang sebelumnya dipenuhi jaring laba-laba dan kosong itu tiba-tiba dipenuhi beras, tepung terigu, kedelai, dan tepung jagung dalam jumlah besar, membuatku histeris kegirangan.”
“Sekarang baiklah, mereka pasti akan punya makanan.”
Tertawa terbahak-bahak, dia berlari kembali sambil berteriak: “Titan! Titan! Aku menemukan gudang, ada barang bagus, ada barang bagus!”
Berlari mencari Titan.
Titan yang hitam dan besar sedang menungguku di sana, tersenyum lebar dengan polos: “Xiao Tang Ge, sudah waktunya pergi, pindah ke tempat lain.”
“Tidak, tidak, tidak! Aku menemukan gudang berisi beras dalam jumlah besar, tepung terigu, dan kedelai. Ikut aku!”
Kutariknya dengan penuh semangat sambil berlari ke dalam.
Titan juga sangat gembira, terus bertanya: “Di mana? Kita sudah mencari di sini berkali-kali tapi tidak menemukan. Xiao Tang Ge, kau benar-benar hebat! Permukiman kita sedang kekurangan makanan. Xiao Tang Ge, kau luar biasa!”
Dia tertawa terkekeh sambil mengikutiku ke bawah.
Kubuka pintu besi besar itu, tiba-tiba makanan di gudang terlihat menumpuk seperti gunung.
Kubentangkan kedua tangan sambil tertawa: “Banyak kan? Semua milik kita sekarang.”
Titan langsung berlari penuh semangat meraba-raba. Begitu melihat kedelai, langsung menyuap semuanya ke mulut, mengunyah dengan suara 'kriuk-kriuk' sambil memelukku erat, “Xiao Tang Ge, kau benar-benar hebat!”
Tertawa terbahak-bahak.
Aku langsung berkata, "Cepat angkut beberapa karung, kita temui Tuan Xia, biar mereka juga senang. Nanti kita kembali lagi ambil sisanya."
"Hm, hm."
Titan segera mengangkat dua karung kedelai, ditambah sekarung beras di pinggangnya, lalu berjalan mengikutiku.
Makhluk ini memiliki kekuatan luar biasa. Kalau bertarung, mungkin bahkan aku pun bukan lawannya.
Sambil berjalan dengan warna kulit kuning dan hitam yang kontras, kutanya, "Titan, seberapa kuat sebenarnya kau? Pernah mencoba mengukur?"
Titan menggelengkan kepala, "Aku juga tidak tahu. Beban seribu kati bukan masalah. Paling berat belum pernah dicoba. Yang jelas, di permukiman ini aku yang paling kuat."
Ia memperlihatkan dua baris gigi putihnya yang bersinar, tersenyum lebar.
Aku menepuk bahunya, "Benar-benar Zhang Fei yang garang!" Jempolku teracung, "Nama Titan cocok sekali untukmu."
Ia kembali tersenyum.
Perlahan kami mendekati permukiman. Sebelum sampai, terlihat situasi aneh. Seluruh penghuni permukiman digiring keluar. Beberapa orang berbaju loreng bersenjata sedang meneriakkan, "Keluar! Keluar semua! Laki-laki di kiri, perempuan di kanan! Kalau merasa banci, berdiri di tengah buat kakek!"
Tertawa terbahak-bahak.
Aku terdiam membeku.
Titan yang sudah emosi ingin menerjang, kusambar dan tarik ke balik tembok. "Ini situasi apa? Siapa orang-orang ini? Kok berani-berani mengacungkan senjata?" tanyaku.
Titan berkata dengan marah: “Orang-orang ini sampah, bahkan lebih buruk dari yang terinfeksi. Mereka khusus mencari permukiman manusia, lalu merampok, bahkan menculik orang untuk dijual.”
“Sampah, pedagang manusia.”
Aku mulai menebak-nebak. Akhir zaman adalah masa kekacauan. Pemerintah sudah tidak berfungsi, jadi mereka membentuk kelompok dan jadi perampok gunung yang turun menjarah lalu memperdagangkan manusia.
Sambil meraba Desert Eagle di dalam baju, aku merasa senjata ini akan berguna. Setelah mengamati medan, aku berkata ke Titan: “Mereka 7-8 orang, hampir tiap orang punya senjata. Kita tidak bisa lawan langsung. Harus pakai akal. Dengarkan rencanaku, aku punya cara selamatkan Xia Ye dan yang lain.”
Kepalanya yang hitam legam mengangguk terus, “Kakak Tang, katakan. Aku akan ikuti.”
Aku mulai menjelaskan: “Caranya, kita menyusup. Kau jadi tamengku – bukan buat nahan peluru ya. Karena tubuhmu tinggi, aku akan naik di lehermu sambil bersembunyi di belakang. Kau bawa karung kedelai. Di tempat gelap ini, mereka pasti tidak lihat aku. Nanti saat perintahku, lemparkan kedelai lalu terjang musuh terdekat.”
“Sedangkan aku punya pistol. Dari jarak dekat, dengan kemampuan menembakku, pasti tiap peluru tepat di kepala.”
Saatnya tidak boleh ragu lagi. Kuambil Desert Eagle dan memasang peluru.
Titan langsung mengangguk, “Tubuhku kuat, tahan beberapa tembakan. Tapi mereka banyak. Kalau gagal, mereka bisa tembak dan ada yang mati.”
“Aku tertawa: ‘Kedelai beterbangan di mana-mana, perhatian mereka pasti akan buyar. Nanti lihat saja teknik menembakku, Xiao Tang. Tembak tepat sasaran, dijamin kepala meledak tiap peluru.’”
Tertawa lebar, menepuk kepala anak itu, lalu merangkak sambil berkata: “Ayo mulai.”
Meringkuk di belakangnya.
Titan yang kokoh seperti menara baja, dengan patuh menutupi tubuhku rapat-rapat sambil berjalan mendekat.
Begitu masuk.
Para pedagang manusia di dalam langsung melihat kami, mengacungkan senjata sambil berteriak: “Siapa kau? Cepat taruh barang itu! Kau ini siapa?”
Sangat waspada.
Titan berkata: “Aku... aku menemukan sekarung kedelai, kubawa kembali. Aku dari permukiman. Kalian siapa?”
“Kedelai? Itu barang berharga! Cepat ke sini!”
Mereka melambaikan tangan berulang kali, menyuruh Titan mendekat.
Tuan Xia sudah babak belur dipukuli, tergeletak di tanah bersama beberapa orang lain yang juga luka-luka.
Sisanya dipisahkan menjadi dua kelompok: laki-laki dan perempuan.
Xia Yingying ketakutan meringkuk di antara para wanita. Beberapa gadis lain juga sama, tak berdaya bahkan meneteskan air mata.
Tak disangka pagi-pagi sudah bertemu sampah masyarakat ini. Bingung harus bagaimana.
Tiba-tiba seorang bandit melihat Xia Yingying yang cantik dan bertubuh indah, menariknya: “Keluar, keluar!”
Xia Yingying terus menyusut ke belakang, suasana menjadi kacau. Para gadis berteriak "Ah!" "Ah!", "Jangan sentuh aku, jangan sentuh putriku."
Namun mereka malah semakin menjadi-jadi, "Bangsat, aku sentuh atau tidak itu urusanku."
Bersiap melakukan aksi terkutuk.
Sementara aku, awalnya tidak ambil pusing, terus merangkak pelan-pelan sambil memegang Desert Eagle, jantung berdebar kencang khawatir gagal.
Orang-orang itu tertawa melihat rekannya menggangu para wanita, tapi ada yang melihat sesuatu di belakang, berteriak: "Si Hitam, ada apa di belakangmu."
"Tidak ada apa-apa, cuma kacang kedelai."
Titan membalas asal-asalan.
Tapi aku tetap berteriak, "Serang!"
Titan segera mengangkat kacang kedelai di atas kepala dengan kedua tangan, lalu melemparkannya ke udara sambil menyobek kantong. Seketika kacang kedelai beterbangan, dia langsung menerjang dua pedagang manusia terdekat.
"Gara-gara kalian suka menindas, matilah kau!" Terjun menghantam.
Aku berguling lalu berlutut satu kaki, satu tangan memegang pistol, satu lagi menopang pergelangan, berteriak: "Tiarap semua!"
Baru sekarang gadis-gadis dan para penjahat menyadari kehadiranku. Melihat senjata di tanganku, mereka langsung paham situasi, "Ah!" "Ah!" Berteriak sambil cepat-cepat tiarap.
Aku langsung melepaskan tembakan "Dor!" "Dor!" "Dor!" tanpa henti.
Di tengah hujan kacang kedelai, pergelangan tanganku bergetar separuh saat membidik. Para penjahat sama sekali tidak mengantisipasi langkah ini.
Ingin segera melawan, tapi kebanyakan langsung terjatuh ke lantai. Namun beberapa masih sempat menarik pelatuk senjata mesin, "Brrrt! Brrrt!" suara rentetan peluru keluar.
Orang-orang terpaku takjub, merebah di lantai takut bergerak.
Kacang kedelai berserakan di lantai membuat banyak orang terpeleset. Posisi tubuhku tetap stabil, terus menembak "Dor! Dor! Dor!"
Sampai peluru benar-benar habis.
Semua terjadi kurang dari lima detik.
Baru ku tenangkan diri sambil berdiri, terengah-engah usai ketegangan, memandangi hampir semua perampok bersenjata yang sudah tewas. "Sudah, selesai."
Orang-orang masih belum menyadari, tak menyangka secepat itu. Hanya melihat genangan darah dan mayat perampok, baru... tahu masalah sudah usai. Tapi tetap trauma tak tahu harus berkata apa.
Hanya Titan yang masih bergerak, menindih dua perampok sambil mengaum: "Masih berani sombong?! Masih?!" Dua pukulan menghujam, langsung melumpuhkan dua pedagang manusia itu.
Berdiri tegak, tersenyum lebar ke arah orang-orang tanda kemenangan.
Kukatakan: "Sudah aman, semuanya beres. Tak perlu takut lagi."
Dengan senapan, kusibuk mengisi peluru lalu memeriksa mayat satu per satu. Kebanyakan kepala tertembus peluru, tak ada masalah.
Hanya satu dua yang sempat bereaksi cepat menarik pelatuk.
Tapi tidak ada korban jiwa.
Segera kutendang senjata jauh-jauh. Di bawah tatapan tak percaya hampir semua orang, kuangkat tubuh Xia Feng. "Pak Xia, sudah aman. Semua mati."
"Xia Feng yang sudah berpengalaman pun dibuat menelan ludah oleh aksiku. Ia terengah-engah sebelum berkata, 'Terima kasih, Xiao Tang. Tembakanmu sangat akurat. Tanpamu, kami pasti sudah tamat.'"
Baru saat itu semua orang tersadar dan tersenyum penuh syukur, "Benar, benar. Kami sangat berterima kasih, Xiao Tang. Kau luar biasa!"
Xia Yingying yang pertama kali berlari menghampiriku sambil memeluk erat dan menangis, "Aku sangat ketakutan! Berkatmu, aku pasti sudah diperkosa mereka kalau tidak ada kamu!"
Tangisnya tak kunjung reda.
Aku jadi agak canggung, hanya bisa tersenyum kecut pada semua orang, "Tidak apa-apa, tidak apa-apa."
