Setelah saya membantu mereka menemukan bahan makanan dan senjata, saya pun menetap dengan tenang di sini.
Setiap hari saya mempelajari situasi di sini, memahami kehidupan pasca-kiamat, sedikit demi sedikit membuat saya terbiasa. Ini seperti memori panjang, persiapan untuk mencari rahasia saya nanti.
Semua orang menyambut saya dengan hangat. Yang lebih muda memanggil saya "Kakak Tang".
Yang lebih tua memanggil saya "Xiao Tang".
Sangat akrab.
Membuat saya benar-benar menyatu dengan komunitas besar ini, menjadi bagian dari mereka, bahkan anggota paling penting yang selalu memberi kejutan.
Kejutan-kejutan ini tentu berasal dari Cincin Penukar.
Saya pun siang-malam menjelajahi kota tak berpenghuni ini mencari perhiasan emas-perak, berlian, jam tangan mewah yang tak terpakai, bahkan mobil yang masih tersimpan - semuanya bisa ditukar.
Pokoknya saya mengumpulkan poin tak terhitung, bisa hidup mulus dalam waktu singkat tanpa masalah.
Tapi hidup di akhir zaman lebih sulit dari bayangan saya. Tak heran kota sebesar ini hanya tersisa seratus orang.
Makhluk-makhluk terinfeksi dan mutasi semakin aktif. Dulu Lao Xia bilang, paling seminggu dua-tiga kali muncul, jalan-jalan sebentar lalu pergi.
Tempat ini sudah jatuh selama 20 tahun, berada di garis belakang.
Tapi sekarang hampir tiap hari datang. Hari ini bahkan muncul monster biru level tiga setinggi lima meter, gurita raksasa berkilat-kilat diselimuti petir.
Berpatroli di sana.
Sudah tidak memiliki tubuh seperti sebelum terinfeksi, hanya berupa gurita raksasa.
Aku dan Titan berdiri di gedung setinggi 100 lantai, memegang teropong militer hasil penukaran. Sambil garuk-garuk kepala, kami bergumam kesal: "Kita kan cuma membunuh beberapa perintis hari itu, kenapa para terinfeksi ini terus datang setiap hari?"
Mereka tidak bisa kita ganggu.
Asalkan ada terinfeksi yang mati, induk semang akan menyadari bahaya di sini dan langsung datang.
Jadi harus menghindar. Ini juga alasan Xia Yingying langsung kabur saat pertama melihatku. Bertahan hidup dengan bersembunyi.
Titan menggendong senjata Gatling hasil penukaranku, peluru melintang di bahunya. Ia terkulum lebar: "Menurutku, dengan kekuatan kita sekarang, langsung saja kita habisi mereka. Berapa pun yang datang kita bunuh!" Tangannya mengelus-elus Gatling dengan penuh kebanggaan.
Aku meludah kesal: "Kamu tidak dengar penjelasan Lao Xia? Induk semang saja tidak bisa kita lawan, bahkan pasukan pemerintah kalah. Bagaimana mungkin kita menang? Lihat saja monster biru level tiga itu, tubuhnya berkilat-kilat penuh petir. Pasti bisa mengeluarkan serangan kilat yang bisa membunuh kita seketika. Sementara kita harus menembaknya berkali-kali. Lebih baik kita segera berdiskusi dengan Lao Xia. Lagipula membunuh mereka tidak memberi kita makanan, untuk apa? Tujuan kita bertahan hidup, jadi harus menghindar!"
Ini hukum bertahan hidup di zaman apokaliptik. Tidak bisa diubah. Harus segera berdiskusi dengan Lao Xia yang lebih berpengalaman.
Selain itu, aku merasa ini mungkin ada hubungannya denganku.
“Aku baru saja bangun, tiba-tiba banyak terinfeksi datang ke sini, melakukan banyak gerakan tidak biasa. Pasti ada hubungannya.”
Menuruni tangga dengan cepat, meninggalkan gedung, kembali ke permukiman dengan hati-hati.
Berbicara dengan Xia Lao.
Dia mengerutkan kening, berkata: "Kejadian seperti ini pernah terjadi sebelumnya. Terinfeksi itu sepertinya butuh energi, datang beberapa kali dan banyak korban jiwa. Untuk berjaga-jaga, lebih baik kita tutup permukiman dulu. Persediaan makanan masih cukup. Demi keselamatan semua, tutup selama seminggu, lihat perkembangannya nanti."
Ini solusi paling aman.
Di sini ada orang tua, wanita, anak-anak, total hanya sekitar seratus orang.
Untuk bertahan hidup, harus seperti ini.
Aku mengangguk terus, "Benar, lebih baik berhati-hati. Entah apa tujuan terinfeksi itu berpatroli bolak-balik. Jangan sembarangan keluar lagi."
Tapi dalam hati aku ingin memastikan apakah ini berkaitan denganku, lalu menambahkan: "Tapi Xia Lao, kita juga butuh orang di luar. Setidaknya perlu tahu situasi. Jika terus mengurung diri, saat bahaya benar-benar datang, kita tak sempat kabur. Perlu ada pengintai."
Xia Lao setuju, mengangguk: "Baik, kau dan Titan pergi mengintai. Hati-hati. Jam 8 malam saat gelap gulita, kami akan menunggu kabarmu."
"Baik, kami akan jadi pengintai yang baik."
Mengangguk, menepuk bahu Titan, kami pun pergi dari permukiman.
Mereka menutup rapat gerbang besi besar, terisolasi sepenuhnya dari dunia luar.
Di luar, suasana masih mencekam dengan infeksior di mana-mana. Saat aku keluar kemarin, bertemu 7-8 saja sudah dianggap banyak.
Kali ini jumlahnya tidak kurang dari 30 lebih.
Level dua ada 4-5, plus satu level tiga.
Sangat tidak biasa.
Aku dan Titan ekstra hati-hati, bersembunyi di loteng tinggi lebih dari 100 lantai. Dengan lampu terang di ketinggian, kecuali mereka sengaja menghancurkan gedung ini, hampir mustahil menemukan kami.
Kami mengawasi situasi di bawah dari sana.
Tiba-tiba Xia Yingying datang berlari-lari. Tahu kebiasaan kami di sini, dia berhasil menemukan kami sambil terengah-engah. "Kalian berdua setiap hari cuma panjat-panjat gedung, capek mati aku!" Setelah beberapa kali menarik napas, dia berkata, "Kudengar dari Kakek, kalian berjaga untuk semua orang. Aku mau bantu."
Bilangnya mau bantu, tapi pakaiannya norak.
Entah dari mana dia dapat kaos tank top biru muda dengan korset pinggang dan potongan pinggul, memperlihatkan tulang selangka yang seksi dan lekuk dada yang putih menggoda, ditambah pinggang ramping bak pohon willow - benar-benar siluet yang memikat.
Kaki dibalut stoking hitam yang mempertegas bentuk betis indahnya, memicu gejolak darah.
Sosok yang memesona dan sensual.
Dengan wajah ceria, dia sengaja mengambil pose kecil, lekukan indah kaki berstoking hitam yang menggoda dan pantat yang terangkat membuat orang ingin menelan ludah.
Titan tersenyum, "Kakak Yingying, hari ini kamu sangat cantik."
Sepertinya dia sengaja berdandan cantik menungguku pulang, tapi malah aku yang keluar, jadi dia sengaja mencariku.
Aku pun tertawa, "Memang cantik, seperti bintang film."
Dia langsung tersenyum bangga sambil mendekat, "Aku nemu di toko-toko mewah, sebelumnya belum pernah pakai, hari ini sengaja mencoba, rasanya lumayan."
Sekarang masih akhir musim panas, cocok juga pakai ini.
Aku tahu pasti dia mencariku karena beberapa hari terakhir aku terlalu sibuk sampai tak sempat ngobrol, lalu bilang ke Titan, "Kamu awasi dulu, aku turun ke bawah sebentar."
Tadi sudah lama tidak ada masalah, jadi agak lega.
Titan menyeringai memperlihatkan gigi putihnya, seolah tahu segalanya.
Xia Yingying memerah sedikit, membentak, "Jangan mikir macam-macam, cuma jalan-jalan aja."
Kami turun tangga, berputar-putar mencari tempat bersih dekat jendela yang bisa melihat pemandangan luar.
Kupeluk dia tanpa terburu-buru, menikmati aroma wangi gadis cantik sambil tertegun menikmati ketenangan kota tak berpenghuni ini.
Dia menggeliatkan pantatnya masuk ke pelukanku, "Sudah 3-4 hari berlalu, masih belum terbiasa dengan kehidupan di sini ya?"
Aku mengangguk, "Sudah terbiasa, meskipun selalu merasa seperti kabut di kepala, tapi secara keseluruhan baik-baik saja, bahkan lebih baik dibanding sebelum aku dibekukan. Dulu kan aku cuma prajurit biasa, tak punya apa-apa."
Kukencangkan lagi pelukanku padanya, "Lagipula tak ada cewek secantik kamu yang nemenin."
Tanganku mulai nakai merayap ke bawah menyentuh stoking hitamnya, betis mulusnya yang dibalut stoking membuatku tak bisa berhenti mengelus.
Tapi dia mendorongku, "Jahat! Masak prajurit jahat gini sih? Baru ketemu cewek cantik langsung raba-raba."
Dia tertawa cekikikan sambil menghentakkan kaki menghindar, menggigit bibirnya dengan genit.
Kubentangkan tangan pasrah, "Memangnya prajurit harus gimana? Yang jelas prajurit 100 tahun lalu ya kayak gini."
Kuterjang ke arahnya.
Dia tertawa sambil menghindar lagi, lalu melihatku masih ingin mengejar, tiba-tiba cemberut, "Jangan buru-buru. Aku kesini mau nanya sesuatu. Kakek bilang kamu bakal pergi dari sini ya?"
Pertanyaannya membuatku kaget.
Kukanggukkan kepala, "Benar. Aku harus pergi. Harus kutahu kenapa ini terjadi. Kalau tidak, hidupku tak ada artinya."
Kukencangkan pelukan erat-erat padanya.
Dia cemberut, "Bisa nggak bawa aku? Aku tahu kakek nggak setuju, tapi aku pengen ikut. Nggak mau pisah sama kamu."
Aku menggelengkan kepala berulang kali, "Perjalananku ini masa depan tak pasti, membawa kamu mungkin akan menimbulkan masalah. Ini, lebih baik tidak usah."
Dia melingkarkan tangannya di leherku, "Apa takut aku mengganggumu cari wanita di luar? Pertama ketemu langsung macam ini, dasar playboy!"
Tapi pelukannya semakin erat, "Meski tak mau bawa aku pergi, janji pasti akan kembali. Orang-orang di sini lebih membutuhkanmu daripada aku. Tanpamu, kami sulit bertahan."
Aku sudah putuskan, meski pergi harus menukarkan barang yang mereka butuhkan sebagai balas budi. "Tentu. Di dunia ini, rumahku sebenarnya sudah tiada. Jika ada rumah, di sinilah rumahku. Saat menemukan yang kucari, pasti kembali."
Dia tertawa gemeretak, melompat merangkul pinggangku dengan kaki cantik berbaju ketat, menciumku. Lidah kecilnya yang bersemangat langsung menyusup ke mulutku, melepaskan diri.
Membuatku tetap bisa menikmati kecantikannya dalam situasi tegang ini.
Tiba-tiba Titan berlari mendekat, terengah-engah berteriak: "Bahaya! Ada situasi darurat!"
Membuatku kaget.
Xia Yingying juga langsung melepaskan pelukan, malu-malu menjauh.
Titan berkata dengan bersemangat: "Banyak orang datang, hampir lebih dari seratus orang. Sepertinya para perintis, mirip dengan orang-orang yang menyerang kita waktu itu. Mereka memakai baju yang sama, sepertinya mencari orang-orang yang kita bunuh. Mereka masuk ke kota, akan bertemu dengan para terinfeksi. Mereka belum tahu, mereka semua membawa senjata. Jika bertemu pasti terjadi baku tembak."
Baku tembak berarti membunuh makhluk biru, dan begitu makhluk biru mati, induk akan datang.
Lebih dari seratus orang, lengkap dengan senjata dan amunisi, sangat mungkin terjadi.
