Begitu muncul, aku langsung menuju istana kerajaan. Membuka mata ketiga, melihat tembus semua yang ada di dalam.
Ternyata mereka sudah siaga, tapi kami tidak takut. Langsung meraung, "Kalau sudah siap, keluarlah semua! Jangan sembunyi-sembunyi seperti pengecut!"
Dalam kondisi Armor Transformation, langsung terbang menyerang.
Abdul dan Rubah Gurun menyergap keluar, "Berani sekali kau datang! Sekarang jangan harap bisa kabur!" Dengan persiapan matang, mereka langsung menyerangku berdua.
Dua [Cincin 9], kemampuan mereka cukup kuat.
Aku segera tertawa terbahak-bahak, Senjata Pothian langsung menghantam keluar. Satu tebasan api dunia bawah, sayap mengipaskan gelombang energi menyerang, langsung memukul mundur kedua orang itu.
"Baru beberapa hari tidak bertemu, kau ternyata sudah sekuat ini."
Rubah Gurun sangat terkejut.
Abdul juga sama, "Tuan Qiu memang benar, kau tidak boleh dibiarkan hidup. Membiarkanmu akan menjadi bencana." Masih ingin menyerangku.
Dua lawan satu dipikir menguntungkan.
Tapi yang lain juga ikut bertindak.
Menerjang keluar.
Tubuh raksasa Raja Serigala Emas Perak muncul, langsung menuju dua robot raksasa itu. "Auuu!" "Auuu!" Meraung, "Akan kuhancurkan kepingan-kepingan kalian!"
Keperkasaannya tak tertandingi, mulai membuat kekacauan di Kota Kerajaan Dubai.
Robot-robot pun sudah siap, dua lawan satu saling bertarung.
Tubuh-tubuh raksasa itu secara alami merusak banyak ruangan, tapi area itu lapang sehingga kerusakan tidak terlalu parah.
Yang lain seperti Ina dan Yuna berputar-putar di udara menyerang. Manusia-kalajengking Aragorn dengan pedang apinya juga tak terbendung.
Sementara Du Meng dan Kecantikan Seperti Giok membawa Pedang Lebar Raksasa dan tongkat bergigi menyerbu di kiri-kananku, "Berani menyakiti suamiku, rasakan dulu kekuatan kami!"
Abdul dan Rubah Gurun belum tentu bisa mengalahkan Du Meng dan Kecantikan Seperti Giok.
Seketika pertarungan kacau terjadi di pinggiran istana kerajaan.
“Saya langsung pergi ke dalam, mencari Bai Hechou dan Qiu Datou, atau Ophelia. Kemampuan x-ray saya mengamati sekeliling, dan kembali melihat tempat bertapa Sang Nabi.”
“Kabut tebal menyelimuti, tidak bisa melihat apapun.”
“Tapi tiba-tiba terlihat Bai Hechou, di saat genting seperti ini masih asyik 'bekerja keras' di atas tubuh seorang wanita, tidak peduli keadaan luar, dengan kapas menyumbat telinganya.”
“Membuatku geram, langsung kusergah, 'Hari ini aku akan bunuh kau duluan, bangsat!'”
“Dewa menghalangi? Bunuh dewa! Buddha menghadang? Tebas Buddha! Terobos masuk!”
“Banyak pengawal mencoba menghalangi, langsung kuhantam dengan kibasan tangan. Tak lama sampai di depan pintu gerbang. Ingin kuhajar pintu dan membunuh Bai Hechou. Tak ada yang bisa menghentikanku, tak ada yang tahu aku bisa menemukannya secepat ini.”
“Jadi perlawanannya tidak berarti.”
“Jelas terlihat Ophelia tidak berniat menyelamatkannya.”
“Aku pun berniat menerima 'hadiah' ini. Saat kakiku hendak mengayun, tiba-tiba Ruang Dimensi bergelombang. Seseorang menyergapku tiba-tiba. Kemampuan Cincin 9-ku baru bisa merasakan kedatangannya.”
“Kuberpindah tempat, dan melihat seseorang telah muncul di posisiku tadi.”
“Mengatupkan gigi dengan mata berkaca-kaca, memandangku bak hendak melahapku hidup-hidup. Ternyata Hussein yang pernah bertarung denganku sebelumnya.”
“'Kau!'”
“Aku terkejut.”
“Hussein yang masih kekanak-kanakan itu menggenggam golok sambil mendesis, 'Ya, aku! Kau beruntung bisa menghindar tadi. Kali ini lihat bagaimana kau kabur!'”
“Menggunakan kemampuan berpindah tempat, ia kembali menyerang.”
Aku di level tujuh lingkaran saja sudah bisa mengatasi dia, apalagi dengan cincin 9! Langsung kugamit kerah bajunya, sandungkan ke tembok. "Kakak Keduamu Bai Hechou yang membunuh ayahmu, membunuh kakakmu. Kau brengsek otak udang! Mau balas dendam ke aku? Aku datang untuk membantu kalian!"
Dalam rencanaku, aku ingin menjadikannya Raja Dubai, mengembalikan perdamaian di Kota Kerajaan Dubai.
Tapi dia tak menghargai. Belati kembali menusuk ke arahku, kuhantam hingga terlempar. Kuberikan tamparan ke pipinya. "Jangan sok pemberani!"
Mata Hussein memerah. "Kalian yang menculik kakakku, mengubahnya jadi makhluk setengah manusia setengah hantu! Ayahku mati karena murka! Kakak Kedua hanya ingin membalas dendam! BALAS DENDAM!"
Masih belum tahu fakta sebenarnya.
Kuterbahak. "Suatu hari nanti kau akan mengerti." Tanganku menyambar, satu pukulan membuatnya pingsan.
Bawa pergi? Sulit. Anak ini terlalu keras kepala. Tinggalkan di sini? Takut Bai Hechou jadi gila dan membunuhnya.
Tiba-tiba...
Ophelia muncul mengenakan gaun biru, membawa segelas anggur merah. Haochen mengikuti di belakangnya. "Tidak mau membunuhnya? Dia Sang Pangeran yang ingin membunuh Bai Hechou. Setelah kalian menaklukkan Kota Kerajaan Dubai, jadikan dia Raja Dubai baru supaya kalian bisa kendalikan dari belakang?"
Senyumnya mengembang. Mata birunya yang lebar semakin terlihat misterius.
Aku segera meletakkan Hussein di samping, lalu mendekat dan berkata, "Aku tidak seambisius kalian. Awalnya Kota Kerajaan Dubai ingin bekerja sama dengan kami, tapi ada yang mengacau sehingga jadi seperti sekarang. Tujuanku hanya menangkap para pengacau itu, mengembalikan kekuasaan Kota Kerajaan Dubai kepada pemiliknya, dan mengembalikan perdamaian di sini."
Bersiap untuk menyerang.
Meski membunuh wanita ini terasa seperti merusak bunga dengan tangan kasar.
Tapi bukan salahku lagi. Aku menerjang, meski Hao Chen bertahan kuat, pertahanan satu lawan satu tetap tak bisa menghentikanku.
Tiba-tiba Ophelia masih menyesap anggur merahnya, tersenyum dingin, "Kau salah alamat. Ada tiga dalang utama pengacau ini: Bai Hechou, Abdul, dan Tuan Qiu yang paling kau benci."
"Abdul takkan sukses, Bai Hechou hanyalah korban ambisi pribadi, sedangkan Tuan Qiu yang paling kau incar—maaf—dia sudah pergi. Kabarnya sudah pergi setengah bulan sebelum kami datang ke sini."
Dia mengangkat bahu, "Jadi kau tak bisa balas dendam di sini. Dia tidak ada." Tertawa ringan bagai angin sepoi.
Aku tertegun. Kukira Qiu Datou yang mengundang mereka. Aku menggeram marah, "Kau licik sekali, wanita sialan! Kau tahu aku akan datang dan mau menipuku? Mustahil! Hari ini aku akan membunuhmu!"
Aku terus melanjutkan serangan.
Halberd Pothian menghujam ke bawah.
Hao Chen segera menghalau dengan lengannya, terpental oleh pukulanku, tapi masih bertahan mati-matian.
Ophelia mundur dengan tenang, terus berkata, "Aku tahu kau akan datang, bahkan membiarkanmu membunuhku. Tapi lupakanlah! Sekarang kau bisa membunuh Bai Hechou, juga Abdul, tapi takkan bisa membunuh Tuan Qiu. Karena aku tak berbohong, tanyakan saja—dia sudah pergi."
"Hmm, mungkin dia melihat situasi di sini sudah tak bisa ditolong, lalu kabur. Bisa jadi sudah menyusup ke Tianjing-mu, membuat kerusakan di sana. Jadi lebih baik kau pergi, bunuh Bai Hechou, bunuh Abdul, pulang dan tangkap dia. Atau kau akan jadi bodoh kalau markasmu kebakaran."
Tertawa cekikikan.
Membuatku benar-benar goyah, tapi aku tetap memaki, "Pergi sana dasar keparat! Aku tak percaya omongmu. Hari ini aku harus membunuhmu!" Serangan ganas dilancarkan, jurus Kejayaan Menguasai dikeluarkan.
Langsung membuat Hao Chen terpental, muntah darah tak henti, jatuh di antara batu-batu besar tak bisa bangkit.
Aku mencemooh, "Kali ini siapa lagi yang akan menyelamatkanmu?"
Ophelia tersenyum, melempar gelas anggur. Tiba-tiba menyobek bajunya sambil berteriak, "Ah! Jahat! Tak tahu malu! Lepaskan! Kau tak boleh membuka bajuku! Bunuh saja aku, tapi jangan hinakan aku!"
Dia sendiri yang merobek bajunya, rambutnya kusut. Aku tertegun, menghentikan langkah, "Apa maksudmu ini?"
"Hanya tersisa pakaian dalam tiga bagian, masih berteriak, 'Jahat, jahat, kamu tidak boleh begini.'"
Akhirnya, Du Meng dan Kecantikan Seperti Giok benar-benar berlari masuk, melihat pemandangan ini dan tertegun, "Suamiku, apa yang kau lakukan?"
"Kau terlalu lapar sampai tidak pilih-pilih makanan ya?"
Du Meng menggemeretakkan gigi.
Aku hampir menangis, menunjuknya sambil berkata: "Wanita ini yang melepas sendiri, aku tidak tahu."
Kacau balau, sungguh tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Du Meng dan Kecantikan Seperti Giok juga menyadari keanehan situasi, kami masih berjarak cukup jauh.
Dia berdiri sendiri di sana lalu berkata: "Jangan menggodai suami kami!"
Ophelia terkikik-kikik tak henti, "Sangat lucu, sangat menghibur!" Bahkan melepas bra dan celana dalamnya, lalu mencibir: "Maaf, kemampuan auraku punya efek samping, invisibilitas tidak bisa pakai baju."
"Swisss!" Tiba-tiba menghilang.
Kami semua terbelalak.
Terutama aku yang berada di dekatnya, malah membiarkannya kabur, mengumpat: "Wanita ini terlalu licik, kalau bertemu lagi akan kubunuh!"
Sama sekali tidak ada fluktuasi energi, pasti sudah kabur jauh, tidak mungkin dikejar.
Menggoyang-goyangkan Senjata Pothian, dengan geram kuhancurkan istana hingga remuk redam, frustrasi tak terkira.
Du Meng dan Kecantikan Seperti Giok juga bungkam, tercengang oleh kejadian ini, bertanya: "Lalu apa rencana selanjutnya? Dia kabur? Tidak bisa dibunuh?"
Aku menatap ke arah Hussein, lalu ke dalam ruangan, sepertinya mendengar suara gerakan. Bai Hechou yang ketakutan meringkuk seperti bola.
Sebenarnya aku bisa langsung membunuh Bai Hechou jika masuk sekarang, tapi rasanya ini seperti jatuh ke perangkap mereka. Nanti juga sulit menjelaskan ke Hussein. Aku tertawa: "Lupakan ini, keluar! Wanita ini pasti sudah siaga. Cepat keluar, bunuh yang lain dulu!" Kami berlarian keluar. Begitu kami pergi, Ophelia yang diam di tempat tadi muncul kembali.
Menutupi mulut sambil tertawa cekikikan, "Sangat menarik, sangat menarik!"
Sambil memakai pakaiannya satu per satu, Haochen yang terlempar di antara batu-batu bangkit. Kemampuan regenerasinya luar biasa. Melihat adegan ini yang sudah biasa ia saksikan, dia berkata: "Dewan Elder seharusnya sudah datang. Ayo keluar."
"Hmm, keluar. Aku mau bermain lagi dengan si bodoh ini. Sangat menyenangkan!"
