Cincin Penukar berkata: “Selama pertempuran, aku mengumpulkan banyak data tentang robot-robot itu. Untuk menghancurkan armor mereka sebenarnya mudah. Kemampuan Pemusnahan Kehidupan-mu dan Api Underworld seharusnya bisa. Tapi tiga robot itu... Aku tidak paham teknologinya yang super canggih. Satu hari ini sudah kuhabiskan. Jika ingin rencana seperti ini, seharusnya kita menunda beberapa hari lagi. Robot-robot mereka sangat misterius, kemampuan spesifik dan cara menghancurkannya perlu kupikirkan matang. Jadi dalam kondisi sekarang, aku hanya bisa memperkuat senjatamu ke level maksimal yang bisa kucapai sekarang. Memperkuat senjata kalian agar bisa memecah armor mereka.”
“Ya, begitu saja.”
“Tak ada teknologi tinggi? Tak masalah. Lebih sederhana dan praktis.” Aku mengeluarkan Senjata Pothian, “Segera buatkan. Percepat. Pastikan bisa menghancurkan lapisan luar mereka dengan satu pukulan, agar peluang menang kita bertambah.”
Cincin Penukar segera mulai membuatnya.
Aku kemudian berbicara lagi dengan Raja Serigala Emas Perak, Kecantikan Seperti Giok, Du Meng, dan lainnya, "Pertempuran ini sangat penting, besok tidak boleh gagal. Sengaja malam ini tidak menyerang, rencana serangan besok adalah untuk membuat senjata yang lebih kuat yang bisa merobek baju besi mereka, juga mencari cara lain. Tapi sepertinya tidak mungkin, terpaksa harus berhadapan langsung. Kita pasti bisa membuat mereka tunduk. Hmm, Kecantikan Seperti Giok, kau harus turun tangan. Berikan tongkat bergigimu padaku."
Tongkat bergigi Kecantikan Seperti Giok sebenarnya sudah cukup bagus, tapi aku punya cara untuk memperkuatnya. Dia pun menyerahkannya.
Dengan demikian susunan tim sudah ditetapkan: Aku, Raja Serigala Emas Perak, Kecantikan Seperti Giok, ditambah satu malaikat suci yang akan digunakan secara fleksibel.
Du Meng agak kesal, meludah kecil: "Kenapa bukan empat orang? Kalau empat pasti aku masuk."
Aku tertawa: "Kalau empat, berarti Sarang Induk yang akan turun. Lupakan saja. Setelah ini selesai, cepatlah carai cara untuk mencapai Cincin 9."
Kemampuannya sangat mungkin melampaui Kecantikan Seperti Giok jika sudah masuk Cincin 9.
Dia pun mulai bersemangat.
Tapi ada satu hal: Raja Serigala Emas Perak tidak bisa ditingkatkan lagi dalam bentuk manusia-hewannya.
Dia malah berkata, "Jangan khawatir, para brengsek itu akan kugigit sampai mati. Berapa pun yang datang kubunuh, pasti menang."
Aku memang tidak meragukan hal itu.
Keperkasaannya tiada tanding. Dengan mengerahkan segala kemampuan, peluang menangnya sangat besar. Aku dan Kecantikan Seperti Giok sudah memperkuat diri lagi, seharusnya bisa menang tanpa perlu melibatkan Sarang Induk.
Tapi untuk berjaga-jaga, kemampuan korosi Sarang Induk tetap sangat kuat.
Aku juga berkomunikasi dengan Sarang Induk: "Bagaimana situasimu di sana? Sudah sehari, ada kemajuan penelitian?"
Sarang Induk menjawab: "Belum, masih sangat misterius. Saat ini aku sedang mengembangkan lebah pekerja, membangun basis, dan berencana mengeringkan danau. Nanti kita akan tahu isinya."
Cara itu bagus, begitu air danau habis, situasi di dalam akan terlihat.
Aku tertawa: "Baiklah, jika aku membutuhkanmu, akan kuhubungi. Fokus saja pada pengembanganmu."
Sarang Induk tidak berbicara lagi, sepertinya terhipnotis oleh misteri Mata Air Kematian.
Aku melanjutkan: "Tuan Qiu tidak ada di Kota Kerajaan Dubai, sudah pergi dua minggu lalu - kata Ophelia. Aku sudah membunuh Abdul tapi dia tidak muncul. Bai Hechou sudah seperti burung ketakutan. Jadi kemungkinan besar benar, makanya Ophelia berani bertaruh dengan kita. Menurutku analisisnya tepat, Tianjing mungkin bermasalah."
Qiu Datou tidak mungkin mengasingkan diri dan menikmati masa tua dengan tenang.
Tangannya cacat, wajahnya rusak, segala yang seharusnya dia dapatkan hilang. Pasti akan balas dendam. Jika tidak bisa konfrontasi langsung, pasti akan menyabotase dari dalam.
Sudah lama aku tidak kembali ke Tianjing. Setelah penuturan Ophelia, rasa gelisah mulai muncul.
Karena wanita ini benar-benar luar biasa.
Du Meng dan Raja Serigala Emas Perak menghela nafas: "Dengar-dengar dari Ye Gucheng dan Kakak Sulung, bukannya Tianjing baik-baik saja? Sabotase apa lagi ini?"
“Demi posisi Xianxian, dia telah bersembunyi begitu lama. Dengan kesabarannya, pasti serangannya akan mematikan. Jika terus bersembunyi, orang-orang Tianjing harus membuat lebih banyak persiapan.”
Aku berpikir sejenak lalu berkata: “Ina, kamu tulis surat. Kirimkan situasi di sini dan kemungkinan Qiu Datou meninggalkan Kota Kerajaan Dubai untuk menyusup ke Tianjing kepada Vivian di Tianjing. Biarkan dia bersiap, juga beri tahu Jenderal Ye dan Raja Macan Putih. Jangan lengah, terutama Ke Yunyu, jangan sampai ada kesalahan lagi.”
Ina mengangguk.
Tujuan utama kami datang ke sini adalah membunuh Qiu Datou. Sekarang jelas kami meremehkan kelicikannya. Dia bahkan meninggalkan Bai Hechou yang telah membunuh kakak dan ayahnya demi dirinya, lalu kabur begitu saja.
Sekali lagi kami terjebak dalam kebingungan, tidak tahu langkah selanjutnya yang akan diambilnya. Tapi masih ada jejak yang bisa diikuti - di belakangnya masih ada orang Jepang.
Jika tidak bisa mengandalkan Kota Kerajaan Dubai, beralih ke Jepang itu wajar. Lalu kukatakan lagi: “Suruh Vivian mencari informasi tentang Jepang. Pasti dia akan kembali dengan kekuatan baru.”
Setelah urusan di sini selesai dan urusan Sang Nabi dituntaskan, kita harus segera kembali ke Tianjing.
Yang lain tidak keberatan, masing-masing mulai melaksanakan tugas.
Aku berkata: “Sekarang istirahatlah. Senjata akan siap besok siang, saatnya kita bertempur habis-habisan untuk menentukan nasib.”
Mereka pun bubar.
Du Meng dan Xia Yingying juga tidak menempeliku. Di hamparan pasir, mereka menyerahkanku pada Kecantikan Seperti Giok.
Kecantikan Seperti Giok menggigit bibirnya: “Masih mau ke kamarku?”
Aku malah terkikik, "Kemarin malam bilang aku jahat kan? Kok sudah mau perang masih kepikiran itu."
Dia menyunggingkan bibir, "Siapa suruh kamu pergi berhari-hari? Pokoknya besok siang baru berperang, temani aku dulu." Langkahnya berayun sambil memeluk lenganku.
Aku tertawa, "Boleh, perang pun hidup harus jalan." Lalu kami pun tidur.
Keesokan harinya, siang hari.
Senjata kita sudah selesai dibuat, bentuknya tak banyak berubah.
Tapi daya penghancurnya meningkat drastis.
Cincin Penukar berkata, "Lebih berat, jadi serangannya lebih efektif. Ditambah material perusak baru, harusnya bisa merobek baju zirah mereka."
Kucoba dan sangat puas, seperti Menambahkan sayap pada harimau.
Kecantikan Seperti Giok juga tersenyum, "Hari ini pasti kita beri mereka pelajaran!"
Raja Serigala Emas Perak semakin bersemangat, "Auuu! Auuu!" teriaknya, "Aksi!"
Semua petinggi Kota Langit ikut bergerak, membentuk armada megah menuju Kota Kerajaan Dubai.
Du Meng dan Xia Yingying khawatir, bertanya, "Begitu sampai, bagaimana formasi? 3 lawan 3, urutannya harus direncanakan dulu."
Saat memilih pasti akan kacau.
Kujawab, "Jika yang pertama bukan Pejuang Sembilan Cincin, Kakak Ketiga dan Kakak Keempat yang duluan. Untuk Pejuang Delapan Cincin serahkan pada Kecantikan Seperti Giok. Sembilan Cincin biar aku yang hadapi."
Dengan Armor Transformation malaikat suci, Raja Serigala Emas Perak pasti takluk. Tak ada yang perlu ditakutkan.
Raja Serigala Emas Perak juga tidak keberatan, berkata, "Lakukan saja seperti itu, aku yang pertama maju, pasti menang." "Auuu!" "Auuu!" Teriaknya dengan garang.
Aku juga sudah bersiap, jika Raja Serigala Emas Perak kalah di pertarungan pertama, Kecantikan Seperti Giok pasti akan mengerahkan segala upaya untuk menang. Segera perintahkan Sarang Induk datang, biarkan dia yang turun tangan.
Dengan kemampuan pertahanan dan korosinya, peluang melawan robot lebih besar. Jika masih tidak bisa, buat saja teknologi tinggi dadakan, yang penting mereka harus dimusnahkan.
Tidak banyak bicara lagi, langsung terbang mendekat.
Di sisi lain, Ophelia juga sudah siap. Tiga robot raksasa berdiri di depan. Kemarin malam terlalu gelap, belum sempat melihat jelas.
Sekarang terlihat jelas: satu robot putih-emas yang paling besar berdiri di paling depan, dua lainnya berwarna kuning muda dan hitam pekat, sedikit lebih pendek tapi tetap mengesankan.
Pertarungan satu kali penentuan kemenangan ini juga sudah tersebar luas.
Bai Hechou dan Rubah Gurun berada di tembok kota, menjulurkan leher menyaksikan. Kematian Abdul membuat mereka terpukul berat, nasib mereka sepenuhnya sudah di luar kendali.
Bai Hechou hampir meledak amarahnya. Tanpa Abdul, dia sama sekali tidak punya sandaran lagi, nyalinya sudah hampir hilang. Dia bertanya pada Rubah Gurun, "Menurutmu siapa yang akan menang?"
Rubah Gurun meneguk anggur dengan senyum sinis, "Bagaimana aku tahu? Urusan Kota Kerajaan Dubai malah harus ditentukan orang lain, zaman apa ini!"
Dia terus menenggak anggur hingga hampir mabuk.
Ada Hussein. Matanya yang merah menatapku lewat, seolah ingin melahapku.
Rubah Gurun sangat ingin memberitahukan kebenaran padanya, tetapi begitu teringat istri dan anaknya, akhirnya tidak banyak bicara, hanya berdoa dalam hati: "Semua ini cepat berakhirlah."
Kami pun tiba di bawah gerbang kota, berteriak: "Ayo, jangan banyak bicara, mulai pertarungan, satu pertempuran tentukan kemenangan."
