Kabar ini bagai bom yang memberi harapan, ternyata peradaban kita sudah menyusup hingga Mars. Segera kami terbang dipandu Ina dan Yuna, bahkan Raja Serigala Emas Perak juga ikut semua, tidak ada yang tertinggal, ingin melihat kota kecil yang dimaksud.
Menurut perasaanku, ini pasti bagian penting dari rencana luar angkasa Prof. Murano dan Grand Lector.
Mungkin ada kejutan tak terduga.
Kami segera terbang ke sana, jaraknya tidak terlalu jauh, hanya 15 menit penerbangan dari pintu ruang dimensi ini.
Aku berkomentar, "Mungkin mereka menemukan pintu ruang dimensi di Samudra Arktik Bumi, saat itu masih bisa digunakan - tidak seperti klaim Grand Lector yang bilang tidak bisa. Orang-orang dikirim ke sini, lalu terjadi sesuatu, akhirnya mereka membongkar di sana."
Rasanya sangat mungkin.
Semua pintu ruang dimensi ini awalnya tertutup, dibuka oleh manusia yang menarik perhatian peradaban alien.
Seperti dugaan Ophelia, bodohnya manusia selalu mengirim sinyal ke luar angkasa sampai akhirnya mendatangkan masalah.
Ophelia mengangguk, "Kemungkinan besar begitu, kalau tidak mereka tidak akan membangunnya sedekat ini."
Tak lama kemudian kami melihat kota kecil itu. Dari ketinggian posisi kami, seluruh area terlihat jelas.
“Ruangan seperti kapsul antariksa itu, ada yang besar dan kecil, ternyata berjumlah lebih dari seratus, tersebar sejauh belasan kilometer, dan masih terawat cukup baik, bahkan masih terlihat bendera nasional.”
“Banyak negara yang berpartisipasi.”
“Inilah rencana antariksa, imigrasi Mars.”
Setiap orang tak bisa menahan decak kagum, “Teknologi kita ternyata juga cukup maju.”
Raja Serigala Emas Perak masih berkata, “Pintu gerbang dimensi ini, coba tebak, mungkinkah sebenarnya ciptaan kita sendiri?”
Seketika menyadarkan banyak orang—jika memang kita yang menciptakannya tanpa memberi tahu publik, dan hanya kalangan tertinggi serta tim antariksa yang tahu, sangat mungkin dipasang di banyak lokasi.
“Lalu kenapa lokasinya justru di bawah Gunung Fuji, piramida Mesir atau kuil-kuil?”
“Tetap tidak masuk akal, rasanya ada yang salah.”
Aku pun berkata, “Tempat ini sebelum akhir zaman pasti dihuni manusia untuk melakukan penelitian. Entah mereka menggunakan pintu gerbang dimensi atau cara lain. Kurasa tetap menggunakan roket pengangkut, sambil meneliti portal dimensi untuk menjelajahi peradaban alien. Jadi, berhati-hatilah, mari kita lihat apa isinya.”
Satu per satu dengan penuh konsentrasi terbang mendekati.
Memasuki kota kecil manusia di Mars ini, begitu tiba langsung merasakan keakraban—ada beberapa karakter Hanzi tertulis sebagai nama kota kecil itu.
“Kota Perintis.”
Mereka yang pertama meninggalkan Bumi dan menetap di Mars, pantas menyandang gelar perintis.
Dengan hati-hati kubuka salah satu kapsul, tapi kaget bukan main—sebuah kerangka mayat dalam pakaian antariksa tergeletak dengan wajah mengerikan.
“Mati.”
“Aku masuk dan melihat-lihat, banyak barang, semuanya masih terjaga dengan baik, tapi orangnya sudah mati.”
Aku langsung berkata, “Lihat yang lain, ternyata ada mayat di sini.”
Pertama kuperiksa ruangannya yang mirip kapsul antariksa. Banyak barang pribadi dan foto seorang gadis sekitar 25 tahun.
Tampaknya gadis Timur, senyum manis. Lainnya ada peralatan high-tech dan suplemen nutrisi, semua masih tertata rapi.
Tak ada catatan tertulis, tapi di baju antariksa ada nama. Hampir tak ada petunjuk.
Aku pun keluar.
Di area lain, teriakan terus bergema, “Di sini juga ada mayat! Di sini juga ada mayat!”
Mayat bertebaran dari berbagai negara, pastilah relawan dan ilmuwan yang datang untuk eksperimen.
Semuanya tewas.
Jumlahnya tidak terlalu banyak, sekitar 30-40 orang.
Tak ada yang selamat.
Bisa dibayangkan, 20 tahun yang lalu sebelum akhir zaman saat Bumi sudah begini, tanpa pasokan mustahil bertahan. Kematian wajar.
Yang utama: Bagaimana cara mereka mati?
Itu misteri.
Ophelia mengamati cermat: “Setiap mayat menunjukkan ekspresi panik. Pasti bukan mati perlahan karena putus kontak dengan Bumi. Kalau begitu pasti ada catatan. Persediaan oksigen dan logistik juga akan habis bertahap. Tapi persediaan masih ada, berarti ada yang datang. Meski tak ada luka fisik, mereka tetap dibunuh.”
“Peradaban alien.”
Kembali ke teori lama: Peradaban alien datang ke sini dulu, membunuh penghuninya, baru menuju Bumi.
Sangat mungkin.
Saat itu Du Meng masih berteriak di sana: "Suamiku, suamiku, aku punya penemuan penting, cepat kemari, cepat kemari."
Di dalam sebuah kapsul astronot yang berada di belakang.
Sangat besar, seperti yurt besar.
Kami segera berlari ke sana, begitu melihat, semua tertegun, terutama aku, hampir tak bisa berkata-kata, jantung berdebar-debar. Satu per satu kapsul nutrisi yang persis sama dengan yang kugunakan di Shanghai, kaca pelindung, lalu di sana terbaring tujuh delapan orang.
Wajah mereka cantik, hampir seperti sedang tertidur, masih terbaring di sana, membuat kami semua terdiam, "Mereka masih hidup."
Ophelia melihat nama-nama, "Yang ini sepertinya orang Italia, juga relawan, masih tertidur pulas."
Ini adalah penemuan besar.
Bagiku, dalam sekejap semuanya menjadi jelas.
Eksperimen yang kikuti inilah, penerbangan antariksa itu, aku sampai di sini, dikirim ke Mars, lalu terjadi kecelakaan di sini, semua orang mati.
Seluruh Kota Perintis tak ada yang selamat, hilang kontak dengan darat.
Tapi tubuhku kembali lagi ke Bumi, jadi pasti ada yang datang ke sini, membawa bangkai tubuhku kembali, sedangkan mereka, masih di sini.
Melihat mereka tertidur, jantungku berdebar-debar kencang, aku tahu nasib mereka hampir sama denganku, tapi hasilnya berbeda, aku sudah bisa bangkit.
Sedangkan mereka masih tertidur.
Du Meng yang tahu ceritaku, mengerti pikiranku sekarang, menggelengkan kepala, "Barusan kuperiksa, semuanya sudah mati, cairan nutrisi melewati masa berlaku, semuanya mati."
Ada tampilan di atasnya, warna putih menandakan tidak berlaku.
Sekarang cairan nutrisi di sekitar tubuh mereka semuanya sudah berwarna putih.
Aku pun berkata: "Coba kita buka semua kapsul nutrisi ini, lihatlah."
Yi Yi membukanya satu per satu, ternyata benar - semua sudah mati sejak lama, hanya saja cairan nutrisi mengawetkan bangkai-bangkai ini. Orang-orang ini sama sepertiku.
Tertidur selama seratus tahun, tapi tak seberuntung diriku yang bisa terbangun. Aku diam-diam merasa sangat beruntung masih bisa hidup kembali setelah seabad, menyaksikan semua ini.
Tapi kemudian, mengapa harus aku? Mengapa justru aku?
Aku masih terdiam, sambil mengangkat bangkai terakhir yang terbeku itu: "Mereka juga telah berkontribusi bagi peradaban Bumi. Angkat semua dan kuburkanlah. Ini mungkin hal terakhir yang bisa kita lakukan."
Kebangkitanku dari pembekuan pasti terkait rahasia-rahasia ini. Jika tidak, mungkin aku akan seperti mereka - tetap terbeku sampai mati.
Kami menggali lubang-lubang kuburan untuk mayat-mayat itu. Di kapsul nutrisi dan pakaian antariksa kami menemukan nama-nama mereka, menghafalnya satu per satu, lalu membuat nisan.
Juga memasang papan besar bertuliskan: "Pemakaman Para Perintis."
Membuat area yang sangat luas.
Kami satu per satu membungkuk memberi hormat, melakukan semua yang bisa dilakukan agar mereka tenang di tanah peristirahatan. Meskipun ini tanah Mars, setidaknya sudah cukup.
Ophelia masih berkata: "Bahkan jika ada Pejuang super yang pernah ke sini, tak mungkin semua mati tanpa meninggalkan jejak sama sekali."
Kami sudah memeriksa semua pakaian antariksa dan tubuh mereka tadi, tidak menemukan apapun.
Aku berkata, “Kalau begitu, mari kita periksa bagian dalam kabin astronot, berusaha mencari beberapa petunjuk.”
Segera bertindak.
Ophelia berkata, “Jika komputer bisa digunakan saat itu, mereka pasti mencatatnya di dalam komputer. Sekarang listrik mati, lebih baik kita bawa beberapa perangkat ke Eropa untuk diperiksa, mungkin bisa ditemukan.”
“Cara ini juga bisa.”
Tapi terlalu banyak, perangkat modern mungkin ada ratusan unit, membawa semuanya merepotkan. Tapi jika bisa menemukan petunjuk, akhirnya tetap baik.
Kami memutuskan untuk memahami Lingkaran cahaya Ruang Dimensi terlebih dahulu sebelum kembali. Setelah bisa pulang, baru memindahkan perangkat-perangkat ini.
Sedangkan aku, sudah menebak 80-90% kebenarannya: manusia kuno Atlantis bersembunyi di Bumi dengan kesadaran yang berada dalam kondisi koma.
Metode keabadian seperti ini.
Tapi umat manusia terus mengirim sinyal ke luar angkasa, menarik peradaban alien yang mungkin adalah musuh manusia kuno Atlantis.
Sampai di sini, mereka membunuh orang-orang ini lalu mengembalikan tubuhku. Alasannya tidak jelas, tapi tujuannya untuk memancing kesadaran manusia kuno itu keluar, lalu memicu wabah Yang terinfeksi.
Sekarang hampir semuanya sudah terungkap.
Lalu bagaimana dengan alien itu? Masih bersembunyi di Bumi siap bertindak?
Mengapa mereka tidak menyerang Kita yang sedang menjelajahi lapisan demi lapisan ini?
Menggelengkan kepala berkali-kali.
"Dan saat ini, Cincin Penukar tiba-tiba berbicara, 'Aku sudah mengerti, kedua pintu teleportasi dimensi ini saling terhubung, seharusnya ada satu lagi, total tiga, saling menghubungkan. Artinya hanya bisa bolak-balik, tidak bisa mengirim ke tempat lain. Karena beberapa pintu teleportasi ini ada yang baru dan lama, tidak semuanya baru atau peninggalan jadul. Jadi ada yang tidak kompatibel. Tapi sekarang kita bisa pulang, akan muncul di sana lagi, kali ini pasti tidak akan ada masalah sama sekali.'"
Ini kabar baik.
Lagipula kedepannya akan lebih mudah, saling kompatibel saja.
Aku langsung berkata: "Kalau begitu mari pulang dulu, nanti kitaangkut komputer-komputer ini kembali untuk diselidiki. Rencana luar angkasa ini sebenarnya bagaimana? Siapa yang datang membunuh mereka? Apakah ada petunjuk yang tertinggal?"
Semua setuju dan berjalan kembali. Tapi yang terjadi malah membuat kami semua terkejut. Di depan pintu teleportasi, Pig Emperor sedang berdiri sambil memegang garu besinya, menoleh-noleh bodoh seperti mencari sesuatu.
