Sang Pangeran Api tentu terpaku. Sebelumnya dia berada di posisi jauh dengan perlindungan ketat para ahli.
Sekarang, tanpa sempat berkutik, dia sudah menjadi daging di atas talenan. Tenggorokannya tersekat: “Ah! Ah! Ah!” Tak ada suara keluar.
Para ahli di belakangnya panik, bergegas maju.
Kepala Stasiun Transit Galaksi dan Wali Kota Uta segera melangkah maju: "Jangan biarkan masalah mencapai tingkat yang tidak bisa kalian tangani. Lebih baik berhenti sekarang juga."
Di bawah medan energi.
Dengan kekuatan kedua pihak, mereka di sana mulai menunjukkan rasa gentar.
Apalagi nenek sihir juga ikut maju: "Begitu merasakan apa yang terjadi, seharusnya kalian tahu sedang berhadapan dengan apa. Jangan sia-siakan nyawa sendiri."
Dia sekarang adalah Lapar, Sang Raja-Raja Kuno.
Aku mewakili Otak, tidak banyak bicara. Yang penting Yuwei selamat. Kukepalkan pipi Pangeran Api: "Pulanglah dan jadilah manusia baik. Untuk urusan punya anak, lebih baik cari sesama spesiesmu. Dan ingat, hidup dengan rendah hati - meski kau pangeran, tak perlu bawa rombongan besar setiap keluar."
Dia hanya mengerang "Aduh! Aduh!" tak bisa berkata-kata.
Energinya terkunci olehku.
Seluruh tubuhnya akan mati jika aku menggerakkan jari.
Perlahan kulepaskan kepala berapi itu. Dia mundur sambil terengah-engah, energi pulih sebagian tapi tetap panik: "Kau...kau...kau ternyata Raja-Raja Kuno, Sang Otak!"
Masih bisa merasakan aura itu.
Aku malas berdebat, mengangguk: "Benar, aku Sang Otak. Ada masalah?"
Medan energi kembali mendekat.
Dia langsung mundur ketakutan: "Ti-tidak! Hanya tak menyangka bisa bertemu Raja-Raja Kuno, apalagi Sang Otak."
Dua kelompok Raja-Raja Kuno.
Satu gelombang membangun sebagian besar tatanan alam semesta saat ini, bagaikan para dewa, orang biasa sama sekali tidak bisa mendekati.
Ditambah dengan kekuatan dasarnya yang sudah sangat kuat, merupakan eksistensi abadi, maka otak dan tiga belas kesadaran lainnya pun sama.
Kharismanya sangat besar.
Aku langsung berkata: "Sudah ketemu, Pergi cepat-cepat! Jangan banyak bacot."
Yuwei dengan penuh kebencian menambahkan: "Tidak boleh mengampuni bocah ini dengan mudah, Sungguh brengsek! Padahal kitalah yang menemukan lebih dulu, mereka malah mengandalkan jumlah banyak untuk menindas kita. Tidak boleh!"
Rakun Kecil dan Manusia Pohon juga sepakat.
Dengan adanya kita, kami semakin tidak takut.
Yao Yao juga berkata: "Jika pergi kali ini, pasti akan menjadi milik mereka. Kita sudah mengalah, mereka malah ingin membinasakan kita. Kali ini kita harus balas dendam."
Kedua kelompok ini ternyata berseteru karena masalah kepentingan.
Aku bertanya di sana: "Sebenarnya karena apa? Ceritakan, sampai kalian begitu ngos-ngosan."
Yuwei menjelaskan: "Begini, kami menemukan sebuah planet mirip bola api, sama sekali tidak ada isinya sehingga tidak ada yang memperhatikan. Tapi saat merampok armada kapal yang lewat, dapat kabar bahwa di planet itu ada makhluk tingkat alam semesta sedang menetas. Jika sudah matang, akan menghancurkan planet tersebut dan masuk ke alam semesta. Jika kita hancurkan sebelumnya, akan mendapatkan harta karun tak ternilai."
"Kami bersiap mengambil risiko. Tapi ketika semua sudah siap, tinggal memberi perintah untuk menyerang planet itu, mereka tiba-tiba menyerbu. Bahkan memaksa kami melahirkan anak untuk mereka, Sungguh cari mati!"
Gigit-gigit jari karena geram.
Sang Pangeran Api itu berkata, "Kami sudah lama menerima kabar dan menunggu bertahun-tahun, tepat untuk momen ini. Bertindak sekarang tentu tidak akan membiarkan kalian mengambil keuntungan. Adapun soal meminta kalian melahirkan anak untukku, kau juga harus tahu - siapa di alam semesta ini yang tidak ingin wanita dari Planet Yongye melahirkan generasi berikutnya?"
Masih berbicara dengan penuh keyakinan.
Nenek sihir itu bertanya, "Makhluk level kosmik yang belum terbentuk?"
Seketika matanya juga berbinar-binar.
Kebanyakan orang juga demikian, benda berharga yang patut dipertaruhkan nyawa untuk memperebutkannya.
Di benakku juga muncul data terkait hal ini, terungkap seperti sudut lautan di hadapanku. Makhluk level kosmik hampir setara dengan bentuk ketiga Sarang Induk.
Satu makhluk saja cukup untuk menghancurkan sebuah planet, dan sebagian besar memang terlahir demikian.
Di suatu planet tertentu, muncul makhluk dengan sifat menghancurkan yang terus menerus melahap tanpa henti, akhirnya melahap seluruh planet itu sendiri, mencapai bentuk terkuat level kosmik.
Proses ini bisa berevolusi selama puluhan ribu tahun, atau mungkin ribuan tahun, tidak pasti, tapi sebagian besar adalah peristiwa langka yang sulit disaksikan.
Sebab banyak makhluk kosmik hanya memiliki kemampuan melahap, kelemahan di banyak aspek. Tapi tubuh mereka mengandung begitu banyak harta karun. Jika dipersiapkan dengan baik, pada saat mereka mencapai level kosmik namun belum terbiasa dengan kemampuannya, musnahkan mereka.
Tubuh itu bisa membuat setiap organisasi dan makhluk hidup di alam semesta berlomba-lomba memperebutkannya.
“Tentu saja, ada aspek terbaik, yaitu makhluk tingkat alam semesta itu, muncul kecerdasan, pada saat itu muncul kebijaksanaan, berevolusi hingga tahap itu.”
“Seperti bayi baru lahir, melihat siapa pun, orang itu akan menjadi orang tuanya, dan akan mengikutinya selamanya.”
“Bisa dibayangkan betapa kerennya memiliki anak buah tingkat alam semesta.”
“Jadi tidak heran jika Yuwei dan kelompoknya begitu bersemangat.”
“Orang Api tampaknya juga tidak ingin menyerah begitu saja.”
“Tapi karena aku datang, harus membantu Yuwei merebutnya, karena aku juga perlu mereka kuat,” kataku, “Kira-kira berapa jauh dari sini?”
Yuwei menjawab, “Di area yang tidak diketahui siapa pun, jadi cukup jauh. Dengan kecepatan penuh, sekitar tiga empat hari perjalanan. Tempat itu sudah dikuasai orang Api.”
Orang Api kini gemetar ketakutan, tidak menyangka harta yang mereka jaga sekian lama akan direbut orang lain.
Pangeran Api itu masih berani berkata, “Makhluk tingkat alam semesta itu sangat mungkin mencapai pencerahan pada saat kritis, sulit dihadapi.”
“Pergi!”
Nenek Sihir membentak, lalu berkata padaku, “Kesempatan seperti ini hanya muncul tiga lima kali dalam ribuan tahun di alam semesta, dan biasanya sudah dikuasai kelompok besar. Kesempatan ini tidak boleh dilewatkan.”
“Perjalanan tiga empat hari?!”
Ini membuatku ragu, aku hanya punya waktu tiga hari lebih. Sampai sana masih harus kembali. Tentu saja, langsung memasang pintu ruang dimensi juga bisa.
“Rasanya agak terburu-buru, selisih waktu hampir satu hari, mungkin terjadi kesalahan.”
“Tapi mengingat kesempatan bagus ini sudah datang, tidak ikut partisipasi juga terlalu merugi, agak bimbang.”
Yuwei datang mendekat dan berkata, “Kita sudah lihat, dalam satu dua hari ini, kalau pergi pasti bisa menyaksikan momen krusial. Tidak masalah, nanti dengan kemampuanmu, apapun bisa dimusnahkan atau ditaklukkan, ini akan sangat membantu.”
“Menaklukkan makhluk tingkat alam semesta sebagai bawahan.”
Ini terdengar bagus, meskipun aku punya Sarang Induk, tapi Sarang Induk belum terbangun, masih butuh waktu. Lagipula meski sudah punya Sarang Induk, bisa tambah satu lagi.
Akhirnya aku mantapkan hati mengangguk, “Sampai sana harus cepat diselesaikan, kalau tidak bisa selesai harus segera mundur. Kamu juga cepat persiapkan pasukanmu untuk berangkat.”
Yuwei tertawa terbahak-bahak sambil berjanji, “Tak masalah.”
Sekali ayunan tangan, para Perompak Bintang Kapal Yulin segera bersiap maju cepat.
Orang Kerajaan Api tentu tak senang, tapi melihat kekuatan kami hanya bisa menghela nafas, akhirnya berkata baik-baik, “Kami tahu jalan pintas, akan kami antar. Dua hari sampai.”
Sang Pangeran Kerajaan Api dipenuhi dendam, harta yang sudah di tangan hilang lagi, tapi tak bisa melampiaskan amarah, akhirnya hanya bisa memberikan budi.
Ini tentu bagus.
Kukatakan, “Kalau lancar, bagianmu tak akan ketinggalan.” Sambil menepuk bahunya.
Dia pun sedikit pulih semangat, memimpin anak buahnya berjalan di depan, menuju lokasi tempat makhluk tingkat alam semesta sedang terbentuk.
Kecepatannya sangat tinggi, semuanya adalah pesawat luar angkasa kelas atas. Yang lambat pun tidak menunggu, bergerak cepat satu per satu.
Yuwei, Rakun Kecil, Manusia Pohon, dan Yao Yao akhirnya mendapat kesempatan untuk berbincang denganku. Aku juga berdiskusi dengan mereka tentang situasi Bumi karena membutuhkan bantuan mereka.
Setelah saling mengenal, mereka langsung bersemangat, "Saat pasukan kita tiba di bawah pimpinanmu, pasti akan tak terkalahkan." Tertawa lepas.
