“Semakin berbahaya, Caesar merasa seperti berjalan di atas tali. Jika topik ini dilanjutkan, mungkin saja Aina akan muncul besok. Seluruh klan laut bahkan koran manusia akan memuat headline utama: Dua putri terbaik bertempur di kamar pria biasa. Sedangkan dia, pasti akan diburu seluruh klan laut.”
“Yang Mulia Putri……。”
“Panggil Clara!” Clara menunjukkan ekspresi seolah akan mengganggu Caesar jika tidak memanggilnya begitu, membuat Caesar akhirnya menyerah.
“……, Cl, Clara, ini, sebenarnya ada urusan apa kamu datang ke sini?”
“Hmph, sebencinya itu padaku?” Clara melirik Caesar dengan tatapan sendu. Meski hati Caesar sudah milik orang lain, keindahan yang luar biasa ini tetap memesona.
“Bukan begitu, Putri juga tahu daya tarikmu. Berduaan seperti ini aku jadi cemas.”
Teman sekelas Caesar memang gugup, tapi bukan karena kecantikan Clara, melainkan karena sosok di tempat tidur itu.
“Begini, guruku Edinburgh memintaku merayumu untuk bergabung di akademinya. Tapi dari sudut manapun dilihat, masuk Akademi Edinburgh lebih menguntungkanmu. Lagi pula kamu bisa bertemu sang pujaan hatimu. Gimana, ikutlah.”
“Masalah ini sudah bukan di tanganku. Silakan tanyakan dulu pada Kepala Sekolah kami. Soalnya aku sudah terdaftar di Akademi Karang.”
Caesar menjawab dengan tenang, ketika membahas urusan utama, ia sangat rasional. Pemilihan Akademi Karang juga telah ia pertimbangkan matang-matang. Meski memiliki kemampuan, kebangkitannya dari Akademi Karang justru lebih menguntungkan bagi statusnya. Ia yakin rakyat jelatalah kekuatan sejati yang mengendalikan seluruh masyarakat, bahkan keluarga kerajaan pun terkadang terpengaruh tren budaya rakyat. Elina adalah bukti nyata: sekali tersebar di kalangan warga lokal, pengaruhnya jauh lebih efektif daripada seribu pujian dari bangsawan.
“Baiklah, aku hanya mengingatkan. Kau masih keras kepala seperti dulu. Sudah dilupakan saja, kita punya banyak waktu untuk berdiskusi masalah ini. Jangan lupa besok datang cari aku.”
Hah, rakyat jelata cari putri mau apa?
Menatap wajah serius Caesar yang konyol, Clarisse tidak tahan tertawa bahagia, "Tidak perlu takut begitu, aku tidak akan memakanmu, tapi kalau tidak datang,... hmph, kau juga tahu betapa hebatnya putri ini!"
Mengikuti kepergian Clarisse dengan tatapan, Caesar hampir mengalami dehidrasi. Ujian selevel ini lebih menegangkan daripada bertarung melawan monster laut tingkat super.
"Kita sudah begitu akrab, panggil saja Clarisse, teman sekelas Caesar. Kapan kau jadi begitu dekat dengan Putri Clara?" Elina meniru suara Clarisse sambil berkata. Setelah sekian lama akhirnya merasakan bagaimana rasanya cemburu, perih, terasa aneh.
“Kenapa, cemburu?” Caesar justru sama sekali tidak panik, “Tenang saja, dia adalah putri duyung, tidak akan tertarik padaku.”
“Begitu? Maksudmu putri Raja Naga Laut sepertiku tidak secantik putri duyung?”
“Hah, ternyata semua wanita memiliki kesamaan, bahkan Elena pun tidak terkecuali.” Caesar tiba-tiba teringat jurus pamungkas yang diajarkan orang tua. Jika menghadapi masalah internal yang tak terselesaikan, biarkan saja. Belum tentu Tuhan akan membantumu menyelesaikannya... Tentu saja apakah Tuhan itu bulat atau persegi, Caesar tidak tahu pasti, mungkin dia sosok yang sangat perkasa.
“Yang Mulia Putri Elena Agung, reputasi Anda sekarang benar-benar tak tertandingi.” Caesar tersenyum.
“Nah ini baru benar. Sungguh tidak adil, aku sebagai pasangan resmi harus sembunyi-sembunyi, sementara dia bisa terang-terangan. Sudahlah, sepertinya hari ini sampai di sini dulu. Nanti kita akan pelajari sejarah Roman Siswa Caesar perlahan... Aku masih mau makan barbekyu.”
Setelah mengucapkan kalimat terakhir dengan senyum manis, Elena menghilang. Pada saat yang sama, Kao yang baru saja mengantarkan Putri Klara sambil goyang pantat kembali bergegas masuk.
“Siswa Kao yang terkasih, untuk melatihmu yang pelupa mengingat gerakan paling dasar yaitu mengetuk pintu, aku memutuskan untuk berdiskusi intensif denganmu. Ayo.” Caesar menunjukkan senyum ramah yang menular.
Ding dong qiang qiang tai... BOM!
“Siswa Kao, sudah ingat?”
Kao malang terbaring lemas di lantai, sudah tak sadarkan diri. Sejak saat itu, Kao menguasai skill baru - mengetuk pintu.
"Sejak pertempuran di Akademi Edinburgh, Caesar dan kawan-kawannya menjadi sedikit terkenal, setidaknya tersiar kabar di kalangan mahasiswa baru tentang sosok ini. Mahasiswa lama juga akan segera memulai semester, konon setiap awal semester ada acara latihan penuh risiko namun sangat menarik yang bertujuan membuat semua siswa menyadari kekurangan diri dan pentingnya kemampuan tim."
Pagi-pagi, Caesar tak terhindarkan mendapat panggilan khusus dari Kepala Sekolah. Utusan kelas dua yang menyampaikan pesan langsung menemui penginapan Caesar, hampir dilempar keluar oleh Karo yang kurang tidur.
Ruang Kepala Sekolah terlihat biasa saja, jauh lebih sederhana dari yang dibayangkan Caesar. Ruangan dipenuhi buku-buku, sulit menemukan satu benda berharga pun di sini.
"Coba cicipi, ini rumput laut langka dari Karibia. Pahit tapi meninggalkan manis di akhir, benar-benar istimewa." Kepala Sekolah gemuk itu lebih mirip pria tua Faerie biasa, memandang penuh khidmat ke teko di tangannya sambil menuangkan secangkir kecil untuk Caesar,... padahal cangkirnya sudah sangat kecil.
Caesar mencicipi perlahan. Awalnya terasa pahit dan hambar, tapi kemudian berbagai rasa kompleks membanjiri lidah. Bukan sekadar manis biasa, tapi manis murni yang diperkuat oleh kepahitan sesekali, seperti metafora kehidupan.
"Kelas premium."
Kepala Sekolah tampak sangat puas dengan reaksi Caesar.
"Tetap di Karang, di sini kau punya kebebasan mutlak. Bagaimana?"
“……Mata Caesar menyipit, dengan ekspresi datar dia berkata, “Sepertinya masih ada yang kurang, perlu diketahui bahwa tawaran dari Kepala Sekolah Edinburgh juga sangat menggiurkan.”
“……Aku akan memperkenalkan keponakan perempuanku padamu.”
Byur……
“Ahem, Kepala Sekolah, yang ini tidak usah.” Melihat penampilan kepala sekolah, seorang gadis dari suku Ikan Kepala Gendut sedang melontarkan senyum genit, mual!
“Pemuda, jangan buru-buru menolak. Keponakanku tentu tidak mirip denganku, dia adalah Yisha Beier yang dijuluki salah satu dari Tiga Putri Tercantik klan laut bersama Putri Clara dan Putri Elina. Selain itu, keluarganya sangat kaya. Pasti kau tahu tentang keluarga Carolot!”
Nama Yisha Beier mustahil tidak dikenal oleh siapa pun dari klan laut. “Hehe, Yang Mulia Kepala Sekolah, jika dia adalah keponakanmu, mengapa harus pergi ke Akademi Edinburgh?”
“Ah, gadis ini sudah menyukai sihir sejak kecil. Dalam hal penguasaan sihir, seluruh klan laut memang tidak ada yang bisa menyaingi Edinburgh. Aku mengakui itu. Tapi Akademi Karang kami adalah buaian para prajurit, lebih cocok untukmu. Tenang, si gadis masih sangat menghormatiku. Dengan bantuanku, peluangmu mencapai 60%. Para putri itu hanya pajangan, bisa dilihat tapi tak ada harapan. Si tua Edinburgh paling suka memberi janji kosong, jangan percaya!”
“Hmm, keluar topik. Aku tidak bermaksud begitu. Maksudku, selama di akademi, aku tidak mau diganggu urusan poin kredit dan mata pelajaran, juga tidak boleh dipaksa masuk kelas. Perpustakaan harus bisa diakses bebas. Tentu barang yang Kepala Sekolah inginkan, pasti akan kudapatkan. Bahkan kali ini hasilnya akan jauh melebihi ekspektasi Kepala Sekolah.”
“Maksudmu Ka Ao? Hmm, anak itu memang punya potensi. Tapi tahun ini banyak juga pemain handal.” Kepala Sekolah gemuk mengedipkan mata sambil tersenyum.
Jika saja dia tahu Ka Ao memiliki Kapak Vakum Ghana-Ro, pasti tidak akan berkata begitu. Senjata legendaris saat segelnya belum terbuka terlihat persis seperti kapak biasa. Banyak prajurit yang menggunakan kapak besar seperti milik Ka Ao. Bagi ras-raksasa, ini hanya kapak kecil. Perbedaan bentuk detail tidak akan diperhatikan.
“Hehe, tenang saja. Akademi Karang juga penuh dengan orang-orang berbakat tersembunyi.”
“Kalau begitu, kesepakatan kita berlaku?” Kepala Sekolah gemuk tersenyum lebar.
Senyuman Kaiser tidak kalah liciknya. Mereka seperti dua ikan maling, yang satu besar satu kecil, sama-sama licik.
“Ngomong-ngomong, Kepala Sekolah pasti tidak keberatan jika murid baik seperti aku setiap minggu menemani lansia hidup sendiri untuk mengobrol... sambil minum teh kan?” Sorot mata Kaiser tajam menatap teko di meja.
……tangan Kepala Sekolah mengencang……
