"Memiliki toleransi maka besar, tanpa keinginan maka kuat."
Meskipun sikap ketiga gadis tidak baik, Caesar tidak marah, tetap dengan senyum lembutnya, "Tiga teman sekelas jangan khawatir, saat ini belum terlalu berbahaya."
Yang tercantik di antara ketiga gadis adalah gadis cantik dari suku putri duyung, "Ada yang bicara seperti ini? 'Tidak terlalu berbahaya'? Kalau sudah benar-benar berbahaya semuanya akan berakhir! Belum pernah melihat orang sepertimu!"
Meskipun gadis cantik ini marah, tapi harus diakui suku putri duyung memang penghasil wanita cantik, bahkan wajah marahnya pun tetap menggemaskan. Caesar teringat Clara, rupanya temperamen suku putri duyung sama-sama tidak baik.
"Jangan khawatir, mereka sedang beradaptasi dengan cara serangan beruang ledak. Bagian terlemah beruang ledak justru di kekuatan terbesarnya - cakar beruang. Bukan menyerang tubuhnya." Saat mengatakan ini, Caesar sengaja menaikkan volume suara.
Para penyerang yang mengepung beruang ledak segera mengubah taktik. Satu kelompok bertugas mengalihkan perhatian, dua kelompok lain fokus menyerang telapak cakar. Ternyata bagian yang terlihat paling kuat justru pertahanan terlemah, terutama telapak cakar. Begitu titik lemah ditemukan, serangan ras bijak benar-benar tak terbendung.
Beruang ledak terus meneriakkan amarah tapi tak berdaya. Serangkaian duri batu dilancarkan, sayangnya semua orang sudah bersiap dan dengan mudah menghindar. Serangan ke telapak cakar ternyata mengganggu beruang ledak lebih dari perkiraan.
I dan teman-temannya yang bodoh pun akhirnya mengerti maksud Caesar. Daripada turun tangan membantu, inilah bantuan yang sesungguhnya - membiarkan mereka belajar pengalaman dalam pertempuran sekaligus meningkatkan kepercayaan diri... Caesar memang terlahir cocok menjadi guru.
Monster tingkat menengah ini memiliki sedikit kecerdasan. Ia telah mengkonfirmasi bahwa kelompok di depannya adalah penyebab utama ia terpuruk. Monster yang terluka parah sering melepaskan kekuatan tak terduga saat menghadapi kematian. Beruang ledak ini adalah salah satunya, ia akan menggunakan sisa kekuatan untuk membasmi manusia laut ini.
Dengan tubuhnya menahan semua serangan, beruang ledak itu meninggalkan lawan semula dan menyambar ke arah Kao yang malang - karena kapak miliknya terlalu mencolok.
Senior Jiao Shi yang sedang mengepung beruang ledak sama sekali tak sempat mencegah. Tak ada yang menyangka monster itu tiba-tiba menyerah pada lawan yang sudah di depan mata, bahkan sepenuhnya membuka punggungnya. Beruang yang tampak lamban ini menunjukkan sprint penuh dengan kecepatan yang menakutkan.
Beberapa gadis muda sudah menutup mulut mereka ketakutan. Bagi murid baru, menghadapi monster seperti ini sama sekali tak bisa dilawan. Masih ingat menutup mulut saja sudah bagus.
Menghadapi serangan beruang ledak, Caesar dan yang lain justru semakin tenang. Dengan santai ia menendang Kao yang sudah tak sabar.
Sebuah teriakan ledakan - kondisi Kao tak kalah dari beruang ledak.
Dor...
"Serpihan batu beterbangan, dua bayangan melayang keluar. Tapi dada Bao Xiong terkoyak berat, sementara Kao menggelinding di tanah lalu bangkit sambil terkekeh bodoh, bergumam tentang keseruannya."
"Caesar dan Zhebie sudah tak bisa berkomentar lagi pada si masokis ini, sementara Yisha memalingkan wajah, berpura-pura tak mengenalnya."
"Tapi ekspresi yang lain justru sebaliknya. Meski Bao Xiong terluka, kekuatan ledakan sakaratulangnya tak boleh diremehkan. Si mahasiswa baru itu malah beradu kekuatan langsung dan membunuh lawannya, sungguh mengagumkan!"
"Baik keberanian maupun kemampuan tim, Kao adalah pilihan utama."
"Hehe, Bos, bagaimana hasil latihan Sea Wave Slash-ku?"
"Nggak ada peningkatan."
"Caesar menjawab jujur, ditemani anggukan polos Zhebie di sampingnya. Kao langsung terkena pukulan mental berat."
"Hoi, kalian kok bisa bicara seperti ini? Hmph, sebagian orang cuma jago omong doang, iri sama yang punya kemampuan!"
"Putri duyung mulai menunjukkan temperamennya. Beberapa gadis lain ikut menyetujui, jelas mereka lebih tertarik pada Kao yang pemberani."
"Feiya, jangan asal bicara. Kita harus berterima kasih pada teman ini. Kalau bukan karena dia, kita pasti sudah tewas di sini."
"Iya, harus berterima kasih padanya! Hmph, tadi situasinya sangat berbahaya. Sebagian orang cuma bisa omong doang, harusnya berterima kasih pada teman ini." Ujarnya sambil memberikan senyuman pada Kao.
"Caesar juga malas meresponsnya, 'Ayo kita lanjutkan.'"
“Kao dan kawan-kawan tentu mengikuti Caesar sebagai pemimpin, sama sekali tidak menghiraukan orang-orang ini. Bagi mereka, menyelamatkan orang hanya karena keinginan sendiri, setelah selesai ya selesai, nasib orang lain tidak penting baginya.”
Sedangkan Kao malah menganggap Caesar sebagai dewa. Sejak Caesar memperlihatkan wajah asli Kapak Vakum Ganaro padanya, dia menganggap Caesar sebagai kakak sejati. Hadapi senjata sakti seperti ini, berapa orang yang bisa tidak serakah? Siapa lagi yang mau mengajar orang lain tanpa sembunyikan ilmu?
Caesar berhasil melakukannya. Kemampuan tak terukurnya membuat Kao yakin orang ini adalah Santo dari legenda. Meski Caesar menolak mengaku, Kao tetap menyimpan keyakinan ini dalam hati.
“Dasar cecunguk, kalau nggak ngerti jangan asal ngomong!” Kao melempar kalimat sebelum pergi, melototi dengan tajam.
Belasan orang itu terpaku di tempat. Kombinasi tim ini terlalu aneh.
Tiba-tiba salah satu senior teringat sesuatu, “Teman-teman, jangan lanjutkan! Depan sana sudah area penalti!”
Gerakan Caesar dan kawan-kawan terlihat lambat, tapi sekejap mata sudah hilang tanpa jejak. Membuat sekelompok orang itu saling pandang lama tak bisa bicara.
“Feya, kau salah sangka pada teman itu. Dibandingkan turun tangan langsung, caranya justru bantuan sejati. Dengan kemampuannya, membunuh monster itu pasti semudah mengangkat tangan.”
“Hmph, jangan lebay membumbungkan dia. Tampangnya saja tidak seperti jagoan. Bangsa Sheo tanpa armor kerang, entah ngandelin apa bertaruh.”
“Ah, Feiya aku ingat! Mereka itu kan orang-orang yang mengacau Edinburgh waktu itu. Yang bawa kapak kayaknya namanya Kao, sedangkan pria tampan itu disebut Caesar. Katanya bahkan Pangeran Roye memberi perhatian khusus padanya!” Teman perempuannya menepuk tangan sambil melompat.
Feiya tertegun, "...Dia orang yang kakak laki-lakiku sebut, yang bisa menetralisir serangan Pangeran Roye dan lawannya sekaligus?"
Temannya mengangguk kuat, "Orang ini ternyata lebih hebat dari perkiraan. Waktu itu Pangeran Roye bahkan tidak menantangnya, kedua Kepala Sekolah sampai berkelahi memperebutkannya. Dia juga sepertinya sangat paham monster, cukup satu kalimat saja bisa membuat kita mengalahkan monster ini sendiri!"
