"Bos, itu pasti elo kan? Gimana bisa mikir jurus gila kayak gitu!" Kao memandang penuh kekaguman. Sebenarnya dia juga ingin ikut petualangan.
"Orang miskin ambisinya pendek. Jadi pilihlah yang sederhana untuk diselesaikan." Caesar tersenyum licik.
"Licik."
"Bijaksana."
Tentu saja ini komentar berbeda dari Yisa dan Zhebie. Mereka sudah tak bisa berkomentar lagi tentang keberuntungan Caesar.
"Bagaimana kalau... semua misi hanya berupa bunuh diri?" tanya Karo dengan khawatir. Meski dia suka mengambil risiko, tapi petualangan dan bunuh diri tidak bisa disamakan.
"Ya jangan diterima, simpel kan dong."
"Aduh, Kak, itu kan sangat memalukan! Seorang master truth or dare level enam bintang!"
"Urusanku apa? Nyawa lebih penting." Caesar melirik ke atas sambil menyindir habis-habisan pemikiran salah Karo yang mengutamakan reputasi daripada nyawa.
"Hmm, kalau ada misi yang sesuai, kerja sama kita pasti seru. Kemampuan tim gabungan kita juga tidak kalah dengan master truth or dare!" Nyonya Yisha penuh keyakinan, dan faktanya memang begitu.
Empat orang penuh rahasia bisa saling percaya seperti ini, selain takdir, mungkin tidak ada penjelasan lain.
Sekolah tetap buka seperti biasa. Meski pelatihan mahasiswa baru mengalami masalah internal, efeknya sama. Menyaksikan pemandangan langka itu adalah kehormatan bagi setiap murid. Kekuatan dahsyat itu juga membuat mereka sadar: laut masih ada lautan, langit masih ada langitannya. Tentu saja reputasi Caesar kembali tersebar di kalangan mahasiswa baru. Dari insiden Edinburgh hingga peristiwa Dragon Rider di Pulau Karang, semuanya menambah aura misteriusnya. Bahkan mulai ada legenda bahwa dia adalah anak haram keluarga kerajaan dengan Bangsa Bei.
Caesar adalah akademi sihir. Dalam hal ilmu tempur, guru-guru akademi tidak bisa mengajarinya apa-apa. Jika benar-benar ada yang bisa membimbingnya, mungkin harus level seperti Stilaya. Kalau tidak, lebih baik dia merenung sendiri. Golden Cross Slash Stilaya masih terukir dalam di ingatannya. Meniru teknik orang lain adalah tingkat rendah, tapi esensi serangan berantai lawan memang perlu dipelajari - itu akumulasi pengalaman dan bakat.
Sementara sihir adalah bidang yang harus ditembusnya. Dia terus mencari cara mengatasi penghalang sihirnya tapi belum berhasil. Bahkan dengan kemampuan Pak Senior pun tidak bisa. Tapi dalam hati Caesar hanya ada "mau atau tidak mau", bukan "bisa atau tidak bisa". Asal bisa menembus penghalang ini, dia akan dapat kekuatan sihir. Terhadap sihir, dia tidak pernah meremehkan, malah sangat mendambakannya.
Gimmick ahli sihir-sekaligus-prajurit? Omong kosong, tidak pernah terpikir. Hanya mengejar kekuatan murni.
Awalnya semua teori membosankan. Guru-guru tidak mengharapkan kalian pahami, hafalkan dulu. Sistem pendidikan klan laut sekarang memang meniru manusia. Meski terlambat, setidaknya mulai belajar.
Caesar tidak merasa bosan. Merenung itu menarik. Dia menemukan teori sihir Pak Senior punya sedikit kesamaan dengan Akademi Karang. Bisa dibilang sama sekali berbeda sudut pandang memahami asal-usul sihir, tapi bisa mencapai efek yang sama. Mungkin ini "banyak jalan menuju Roma". Haruskah dia menjelajahi jalannya sendiri?
（Roma, kota kuno, konon sering dikunjungi para dewa, banyak gadis cantik, jadi banyak orang yang ingin pergi ke sana.）
Tak lama kemudian, batas waktu tujuh hari pun tiba. Serikat Sihir Kerajaan Duyung menerima total 13.860 misi permintaan. Bahkan ada yang menawarkan honorarium fantastis hingga 2 juta koin emas, asalkan Grand Adventurer bersedia menerima. Uang bukanlah masalah.
Tentu saja misi-misi ini sangat beragam: balas dendam, mencari barang hilang, mencari orang, aneh-aneh, seluas lautan - macam-macam jenis ikan. Dalam kondisi saat ini, Serikat Petualang kewalahan. Seluruh staf sedang melakukan penyaringan ketiga sesuai persyaratan Abyss Grand Adventurer, akhirnya tersisa 365 misi yang diserahkan ke tangan Caesar.
Empat sekawan menatap tumpukan dokumen di meja dengan bingung. Kao tak kuasa berkomentar, "Reputasi besar memang enak. Nanti gue harus dapat gelar bintang tujuh juga!"
Caesar membuka gulungan misi yang tersisa. Terlalu jauh tidak bisa, terlalu menyita waktu juga tidak. Setelah memilah, matanya tertuju pada satu dokumen.
"Pemohon: Keluarga Carol; Misi: Mencari silsilah keluarga yang hilang di Zona Kematian Bermuda; Honorarium: Bisa dinegosiasikan."
"Wanjir, keluarga Carol emang tajir! Berani banget nawarin. Boss, katanya putri keluarga Carol cakep banget, masuk tiga besar klan laut bareng Putri Clara dan Putri Alena. Kalo ketemu, gue mau nambahin cewek itu ke... Aduh Yisha, buat apa loe injak-injak kaki gue?!"
"Kao benar-benar menderita, setiap kali berbicara pasti di-bully."
"Diamlah kau! Mulut anjing laut takkan mengeluarkan gading gajah laut!"
"Ambil tugas ini saja, yang lain tidak perlu dilihat."
Seketika, tangan Yisha, Kao, dan Zhebie bergetar, mereka semua menatap Caesar dengan pandangan kosong.
"Ehem, Bos, aku tahu kau pemberani... Tapi tempat itu bukan untuk manusia. Mari kita ganti tugas. Lihatlah, bahkan keluarga Carolot yang kuat sekalipun tidak berani mengambil risiko ini. Ini jelas tugas bunuh diri! Benarlah pepatah, pedagang pasti licik!"
"Caesar, kita harus memikirkan strategi jangka panjang. Zona Kematian Bermuda adalah jurang dalam jurang, sarang iblis. Kekuatan kita masih terlalu lemah."
Caesar merasa geli sekaligus kesal. Bagi orang lain, Zona Kematian Bermuda adalah area terlarang mematikan, tapi bagi dirinya itu adalah rumah. Masa kecilnya, satu-satunya keluarga, kenangan indah semuanya ada di sana.
"Sepuluh kematian tanpa harapan hidup." Zhebie menyimpulkan dengan gamblang.
Faktanya memang demikian. Zona Kematian Bermuda di wilayah Putri Duyung juga menjadi duri bagi bangsa mereka. Keberadaan area terlarang di wilayah sendiri tentu tidak menyenangkan. Bahkan Raja Duyung Alexis pun tidak punya kepercayaan diri untuk menyerang. Untungnya monster-monster di sana terikat oleh sesuatu sehingga tidak bisa meninggalkan zona tersebut - ini berkah di tengah malapetaka.
"Percayalah padaku. Ambil tugas ini. Balaslah surat Guild Petualang."
Bagi Caesar, ini cuma pulang melihat-lihat.
