Grand Adventurer bintang enam Jurang memilih misi pencarian silsilah keluarga Carol di Laut Maut Bermuda dari sekian banyak tugas, sungguh misi yang mustahil.
Kabar ini langsung menggemparkan klan laut, memicu perhatian para petualang. Semua mata tertuju ke laut Putri Duyung, Laut Maut Bermuda - zona terlarang nyawa, ada yang berani pergi ke sana... cari barang.
Jangan kira bisa mengelak dari monster laut saja cukup. Beberapa klan laut punya kecepatan tinggi, ada yang ahli kamuflase, menyelam diam-diam, bahkan simulasi. Tapi di tempat monster laut tingkat tinggi berkeliaran, 100% pasti ada yang bisa menembus ilusi ini.
Hasil setelah ilusi ditembus bisa ditebak... Tentu detail sebenarnya tidak ada yang tahu, yang pasti yang masuk tidak pernah kembali.
Soal pilihan ini, sebagian petualang memuja habis-habisan, inilah jiwa petualangan sejati. Tapi banyak yang menganggap ini bunuh diri atau sekadar sensasi, karena peluang menang nol, sekelas Grand Adventurer pun sama saja.
Keluarga Carol segera merespons. Mereka menyatakan penghormatan setinggi-tingginya pada Grand Adventurer Jurang. Jika berhasil menemukan silsilah yang sangat penting bagi keluarga, mereka akan memenuhi satu permintaan apa pun dari sang Grand Adventurer atau orang yang ditunjuknya. (Tentu harus dalam batas kemampuan mereka. Permintaan absurd seperti menyerahkan seluruh keluarga jelas tidak masuk akal.)
“Markas Besar Serikat Petualang Klan Laut juga mendukung aksi nyata Grand Adventurer Shen Yuan. Bagi serikat, ini jelas kesempatan emas untuk meningkatkan pengaruh. Jika Shen Yuan berhasil menyelesaikan misi, Serikat Petualang akan memberikan Kartu Petualang Bintang Tujuh yang belum pernah ada sebelumnya. Grand Adventurer Shen Yuan berhak memanfaatkan sumber daya semua departemen Serikat Petualang secara legal.”
Peristiwa ini langsung menjadi buah bibir di mana-mana. Berbagai akademi, petualang, pedagang, hingga penyair keliling ramai membicarakannya. Terutama identitas misterius Shen Yuan, memberi ruang luas bagi para penyair keliling untuk berimajinasi.
Para tetua Suku Kerang, ras-ras misterius, serta spekulasi liar semakin memicu rasa penasaran publik.
Hotel Putri Jin Beibei.
“Momo, apa yang sebenarnya terjadi? Peristiwa sebesar ini tapi aku sama sekali tidak tahu!” teriak Yisha Bei’er.
“Nona, kami juga baru dapat kabar. Sepertinya ini ulah anggota Dewan Tetua. Tapi kita tidak bisa berkomentar banyak. Bahkan Kepala Suku pun tidak bisa menolak, mengingat menemukan kembali silsilah keluarga memang menjadi misi penting Keluarga Kalot.”
Yisha Bei’er paham dalam hati. Kemungkinan ini bukan serangan personal padanya, melainkan hanya upaya para tetua kolot itu memanfaatkan momentum untuk melemahkan sorak-sorai pendukungnya.
“Jangan terlalu memaksakan diri, Nona. Di usiamu yang sebentar ini, seharusnya kau menikmati cinta, bunga-bunga, dan pujian. Tuan akan mengambil alih semuanya untukmu.”
Yishahel menghela napas, tidak semua orang memiliki keberuntungan seperti Elina dan Clarisse. Raja Duyung Alexis dan Raja Naga Laut Carasso adalah penguasa terkuat dalam sejarah kedua ras, dengan kemampuan luar biasa. Keluarga kerajaan sangat memperhatikan kemurnian garis keturunan, sehingga Clarisse dan Elina bisa hidup dengan mudah sekarang. Namun situasinya berbeda untuknya. Meskipun ayahnya adalah kepala suku, persaingan internal di dalam klan tidak pernah berhenti. Untuk perkembangan keluarga, hanya yang terbaik yang bisa memimpin.
Terkadang, bahkan pilihan untuk menyerah pun tidak ada. Mundur selangkah, orang lain mungkin akan mendorongmu ke situasi genting.
Dunia bisnis bagaikan medan perang, baik internal maupun eksternal.
Inilah alasan keluarga Carol tetap bisa berkembang di era penuh gejolak.
Realitas yang kejam.
Yishahel, penerus keluarga Carol, telah kembali menjadi sosok mulia dan bijaksana. Bukan lagi Yisha yang bebas khawatir, tapi dia masih mempercayai Caesar. Ini bukan sekadar intuisi pedagang, melainkan perasaan yang seharusnya tidak dimiliki pedagang - kepercayaan.
Kao, Zhebie, dan Yisha menunggu kedatangan Caesar di luar kota. Meski 90% perasaan mereka mengatakan ini adalah perjalanan tanpa kembali, ketiganya tetap datang. Mungkin 10% kemungkinan itu adalah keajaiban.
Ada yang tidak percaya, tapi untungnya ketiganya percaya. Perkataan orang yang lolos dari pertempuran melawan Prajurit Emas, pasti bukan omong kosong belaka.
"Aduh, bos, jangan-jangan sudah sadar, aku bahkan sudah siapkan surat wasiat!" Kao mengelap kapak perangnya sambil bergumam, mungkin terlalu cemas.
Kondisi Yisha dan Zhebie juga tidak lebih baik, selanjutnya mereka akan langsung menghadapi Zona Kematian.
Akhirnya Caesar muncul dalam penglihatan mereka,... tapi ada satu orang tambahan, seluruh tubuhnya tertutup jubah magic yang misterius.
"Teman-teman, perkenalkan temanku." Caesar tersenyum mendorong si misterius ke depan.
Orang misterius itu melepas sorban, memperlihatkan wajah yang mempesona.
Putri Alena!
"Halo semua, saya Alena, teman Caesar."
Alena tersenyum ramah tanpa kesan manja seorang putri, namun keanggunan kerajaan tetap terpancar dari dirinya.
Kao gemetar tak bisa bicara,... Putri Alena adalah idolanya, Kao yang pemalu ini biasanya menjaga jarak, tak menyangka sang putri datang langsung dan mengakui persahabatan dengan Caesar.
Ya Tuhan, hari apa ini.
Bahkan Zhebie yang selalu tenang (entah benar tenang atau tidak punya perasaan) pun terlihat iri, kehadiran perempuan membuat komunikasi lebih mudah, keberadaan Yisha juga membuat situasi lebih cair.
Tentu saja ketiganya sudah terbiasa dengan keajaiban Caesar yang tak ada habisnya, hanya tidak menyangka Putri Alena benar-benar akan ikut ke Laut Maut Bermuda bersama mereka.
"Bagaimana mungkin mereka mengerti kedua orang ini? Elina tidak bisa mengkhianati orang tua, mengkhianati keluarga. Tapi selain itu dia tidak takir apa pun, bahkan sekalipun harus mati bersama."
Sebenarnya ketika Caesar mencarinya, dia langsung menyetujui tanpa berpikir panjang. Masalah lain bisa dibicarakan nanti, karena Caesar ingin membawanya pulang untuk melihat.
Dalam kehidupan sepi Caesar, Elina adalah pelipur hatinya. Sedangkan Kao, Yisha, Zhebie adalah teman sejati, saudara seperjuangan.
Karena ada yang dipertahankan, maka tak ada rasa takut.
Pusaran hitam raksasa seolah ingin menelan segalanya. Ini adalah pintu masuk langsung ke Zona Kematian Bermuda. Mulut hitam legam itu seperti raksasa monster. Kecuali Caesar, yang lain agak merinding - bukan soal keberanian, tapi menghadapi kengerian tak dikenal yang tak mungkin dihindari sepenuhnya.
Caesar menggenggam tangan Elina dengan lembut. Dia membawa Elina ke sini juga karena percaya pada Kao dkk. Tak perlu menyembunyikan apa pun dari saudara. Dia ingin orang-orang tercintanya ini melihat rumahnya.
"Ayo pergi."
Dengan kelembutan seperti air, Caesar dan Elina melompat ke pusaran. Yang ketiga Yisha, disusul Zhebie yang menyelam masuk. Tinggal Kao yang masih bergumam entah berdoa atau mengumpat, akhirnya memeluk kapaknya dan masuk dengan gaya yang sangat tidak anggun.
Saat Kao yang diputar sampai pusing tujuh keliling mendarat, hal pertama yang dilihatnya adalah wajah familiar yang sangat dekat, lalu... keringat deras mengucur, bulu kuduk langsung berdiri, rasa pusing itu lenyap seketika.
Dewa Laut,... apakah ini neraka? Apa grup ini berniat mengadakan makan-malam?
