“Kau Caesar?”
“Benar, Yang Mulia Ratu. Caesar dari Suku She'oubei.”
“Suku Bei, hehe. Kau cukup unik.”
“Setiap orang memiliki keunikan masing-masing.”
“Hehe, begitu? Mungkin. Tapi kau lebih spesial. Clarisse sering menyebutkan namamu. Dia ingin kau menjadi guru bela dirinya. Tentu tak masalah. Di wilayah Putri Duyung kami, yang berprestasi lebih diutamakan. Asal kau bisa mengalahkan pengawalku, persyaratan terpenuhi.”
Clarisse segera memberi kode mata, jelas-jelas mengancam akan memberi pelajaran jika tidak bekerja sama.
“Baik, saya bersedia menerima.” Caesar telah memahami. Meski tak sering berinteraksi dengan Clarisse, sejak kecil ia tahu sifat putri yang keras kepala ini - takkan berhenti sebelum tujuan tercapai, dengan kenekatan yang sudah jadi kebiasaan.
“Hehe, baguslah.” Ratu tersenyum sambil menepuk tangan. Lima pengawal istana muncul dari belakang aula.
Namun begitu melihat mereka, Clarisse langsung cemberut. “Ibu, kenapa harus memanggil mereka? Ini tidak adil!”
Ratu tersenyum tipis: “Bagaimana bisa memenuhi syarat jadi mentor putri jika tak sanggup menghadapi ujian selevel ini?”
“Putri Clarisse, perkataan Ratu sangat beralasan. Caesar bersedia menerima ujian ini. Jika tidak bisa menang dengan cantik, secara alami akan mundur.”
Sikap Caesar yang begitu spontan membuat Ratu terkejut. Awalnya maksud Ratu hanya menetapkan berapa jurus yang harus dihadapi Caesar, bagaimanapun bagi putri duyung yang tidak mahir bela diri, petarung level menengah sudah cukup. Yang penting Clarisse menyukainya, namun sebagai Ratu tetap harus mempertimbangkan martabat keluarga kerajaan.
“Baik! Kelima orang ini adalah pelatih pengawal istana. Ada yang ahli sihir, ahli bela diri, dan ahli sihir-sekaligus-prajurit. Jadi, apapun metodenya, asal bisa mengalahkan salah satu dari mereka, dianggap lulus.”
Awalnya Ratu bermaksud membatasinya hanya menggunakan bela diri. Tapi karena orang itu mengajukan syarat kemenangan mutlak, Ratu pun dengan senang hati melonggarkan aturan.
“Siapa di antara kalian yang lebih ahli sihir? Maju satu langkah ke depan.”
Ucapan sopan Caesar terdengar seperti kesombongan tingkat tinggi di telinga mereka. Kelima orang ini adalah petarung pilihan dari berbagai ras. Meski bukan petarung top istana Putri Duyung, mereka punya hak dan kemampuan tertentu. Terbiasa dihormati, kapan pernah bertemu pemuda seperti ini?
Bagi mereka, tidak menjilat berarti tidak sopan.
Tentu posisi mereka sekarang diraih bukan dengan mulut manis, tapi kemampuan sejati.
“Aku yang maju!” Yang melangkah ke depan adalah ahli sihir putri duyung. Tongkat sihir megahnya bertatahkan kristal magis tinggi, gelombang magic yang memancar menunjukkan kehebatannya.
"Sebenarnya sebagai putri duyung, mereka sudah sangat tidak senang dengan keinginan seorang pemuda dari suku kerang untuk menjadi mentor Putri Clara. Apalagi rakyat jelata ini benar-benar tidak tahu diri."
Istana kerajaan bukan tempat yang mudah untuk dijalani.
"Kamu boleh menggunakan metode apapun," kata ahli sihir dengan datar. Menyerang junior sendiri memang bukan hal yang mempertahankan martabat. Menang adalah keharusan, KALAH mustahil.
Ratu juga mengangguk. Orang itu masih punya sedikit akal. Di ruang seperti ini, untuk prajurit lebih baik memilih ahli sihir agar punya peluang menang.
"Baik, Sinderfar, kamu dan siswa Caesar pergi ke aula latihan. Yang lain boleh undur."
"Tunggu, Yang Mulia Ratu. Mohon biarkan keempat orang ini tetap tinggal," kata Caesar sambil mengangguk.
"Oh?" Ratu terkejut sejenak lalu tersenyum. "Bagus, kalian semua ikut bersama."
Kemewahan selalu menjadi ciri keluarga kerajaan. Bahkan aula latihan bertujuan perang pun menggunakan mutiara malam raksasa, batu yang paling keras dipilih yang berwarna putih bersih... hanya kemewahan belaka.
Mungkin ini hak istimewa para pemegang kekuasaan. Caesar yang telah melewati pertarungan hidup-mati dan jebakan berkali-kali, selalu ingin tertawa melihat aula latihan selembut rumah kaca ini.
Bertarung? Baginya mungkin hanya hiburan.
"Pemuda, kamu bisa memilih senjata apapun," kata Sinderfar dengan suara berat.
"Dari Yang Mulia Ratu, katanya orang itu seorang petarung. Tapi tubuh seperti ini bisa punya kekuatan apa? Walaupun dari klan kerang, itu pun jenis yang payah. Cangkang kerang yang jadi kebanggaan klan mereka saja tidak tumbuh. Apalagi soal qi pertempuran, bahkan tak terpikir olehnya. Di seluruh klan laut, prajurit yang memiliki itu sangat sedikit, dan harus berpengalaman ratusan pertempuran baru bisa dapat. Tapi si putih mulus ini wajahnya masih sangat muda, sama sekali tidak mirip."
"Tidak perlu, silakan!"
Ahli sihir putri duyung itu menyeringai dingin. Pemuda memang terlalu angkuh, tidak tahu diri, mengira diri nomor satu. Tanpa basa-basi, mulutnya mulai melantunkan mantra. Berkat Bakat putri duyung, banyak sihir bisa dilepaskan cepat, kecepatan melantun mantra juga lebih cepat dari ras lain. Jelas ahli sihir ini masih menganggap Caesar sebagai lawan biasa.
Mantra baru separuh terucap, tiba-tiba lawannya menghilang. Caesar sudah berpindah cepat ke samping ahli sihir itu, menepuk-nepuk bahunya. "Tuan, tolong seriuslah."
Para penonton berubah wajah. Kecepatannya luar biasa! Jika tadi orang itu berniat membunuh, nyawa Sindelfar sudah habis 100 kali. Ahli sihir didekati prajurit, apalagi putri duyung yang tidak mahir bela diri - itu sama saja bunuh diri.
Sindelfar mundur seperti tersengat listrik, gerakannya kikuk. Rupanya bocah ini andalannya kecepatan. Memalukan memang, tapi orang itu masih terlalu hijau. Kesempatan emas tadi malah dibiarkan lewat.
"Dewa Laut tidak akan memberkati seseorang dua kali."
Seorang ahli sihir yang serius sangat menakutkan. Kekuatan magic seluruh tubuhnya terkumpul, elemen air di sekitarnya sangat aktif, siap menyerang kapan saja. Perisai air muncul dan menghilang, siap menghadang Caesar dengan hambatan mematikan.
"Sudah siap?" Caesar mengibaskan tangannya.
Dia benar-benar tidak bermaksud berlagak keren, murni untuk pertarungan. Jarang bertarung melawan ahli sihir resmi, tapi dia punya keraguan tentang cara bertarung mereka... Mengapa harus bertahan? Apa lawan akan memberi waktu sebanyak itu kepada ahli sihir dalam pertarungan?
Rupanya Caesar tidak terlalu paham semangat ksatria. Dalam kondisi normal, pasti sudah ditendangnya sampai mati. Untungnya Caesar ingin melihat magic orang itu.
Setelah pertahanan siap, tongkat sihir digerakkan - dua naga air meraung keluar. Bisa mengendalikan dua naga air sekaligus, dia memang pantas sombong.
Melihat tiga naga air yang cukup kuat, Caesar tetap meremehkan... Terlalu lambat! Terlalu banyak waktu terbuang dari awal!
Ahli sihir ini mungkin ingin pamer kontrol magic di depan Ratu. Tiga naga airnya megah berputar spiral.
Tapi Caesar sudah menerobos melalui celah. Cara menyerang ahli sihir ini menurutnya bahkan lebih buruk dari monster sihir, sama sekali tidak praktis.
