"Dasar idiot, nggak nanya-nanya langsung menyambar ke atas! Kalau Lao Jiao tahu, ... kau juga harus tanggung separuh tanggung jawab!" Caesar melototi Kao yang masih limbung, tadi tubuhnya terlempar ratusan kali.
"Memegangi kepalanya dengan tangan, Kao memelas sambil menarik bola mendekat, 'Bos, ini bukan salahku. Aku lihat dia makan dengan lahap, sementara perutku juga lapar, jadi...'"
"Aduh, demi dewa! Dia tidak tahu itu sih wajar, tapi itu kan magic terkompresi! Apa kau tidak merasakan aura magic-nya?!"
"Begitu kata-katanya keluar, Caesar dan Kao sama-sama tertegun. Memang tidak ada aura magis yang kuat, bahkan bola air pertama yang dikompresi dari sekitar dua puluh bola air pun tidak memiliki aura magis yang berlebihan. Dua bola air yang dikompresi sama sekali tidak terasa, terutama bagi pejuang seperti Kao... Masalahnya, bola itu benar-benar memakan satu."
"Dua makhluk itu meraba-raba ke sana kemari, membuat bola geli sampai berguling-guling. Tapi sayapnya diremas di tangan orang lain, air mata hampir keluar karena kesedihan."
"Mereka saling memandang. Makhluk kecil ini ternyata bisa memakan sihir kompresi? Benar... di grup alga besar, ada segala jenis ikan."
"Tapi otak Caesar berputar lebih cepat. Hehe, mulai sekarang bisa menghemat pengeluaran. Sekarang dia orang miskin, memelihara hewan peliharaan sangat tidak bijaksana. Masalah porsi makan makhluk ini sekarang bisa diselesaikan, nanti kita beri makan ini saja."
"'Tunggu, itu, hmm, bos, tadi kamu bilang benda-benda yang melayang itu adalah sihir kompresi? Oh Dewa Laut, mana mungkin? Bukannya kamu seorang pejuang?'"
"Menghadapi pertanyaan penuh kekaguman Kao, Caesar hanya bisa mengangkat bahu pasrah. Banyak hal yang tidak dia ketahui juga."
"Kao mendongak ke langit mengeluh, 'Dewa, mengapa aku yang lebih tampan selalu tidak diberkati?'"
"Keringat dingin..."
"Saat itu, dari luar gedung terdengar lolongan menyedihkan, seribu kali lebih buruk dari suara sapi laut Kibira. Tapi pemilik suara itu adalah Kepala Sekolah kita yang agung, Lao Jiao."
“Siapa anggota klan laut yang menghancurkan simbol sekolah? Kalau gue bisa menangkapnya, pasti gue rebus hidup-hidup! Di mana anggota komite disiplin? Suruh mereka semua bergerak, selidiki untuk gue! Kalau tidak ketemu, tanggung jawab jatuh ke mereka!” teriak Lao Jiao dengan geram, suaranya mungkin terdengar sampai seluruh sekolah.
(Istilah "klan laut" adalah ejekan manusia untuk ras laut, sekarang sudah tersebar luas di kalangan mereka)
Mendengar suara ini, Caesar dan Kao justru lega. Setelah sekian lama di sekolah, mereka sudah paham temperamen kedua "kepala sekolah terhormat" ini - tipe yang hanya mau untung tanpa mau rugi. Begitu kesalahan ketahuan, habislah.
Tapi kelegaan mereka tidak bertahan lama. Suara ketukan pintu terdengar. Wajah keriput yang tersenyum itu membuat jantung Caesar dan Kao langsung dingin membeku.
"Ah, Yang Mulia Kepala Sekolah, ada keperluan apa?"
Caesar segera menyambut dengan senyum manis. Orang yang bersalah harus bersikap baik.
"Hehe, menurut kalian kenapa saya datang?"
"Kebijaksanaan Yang Mulia melampaui pemahaman murid seperti kami. Silakan, silakan duduk."
Kao buru-buru menggeser kursi dengan sigap, matanya nyaris menghilang karena senyumnya yang lebar.
Terlalu lama bersama Caesar, Kao mulai belajar seni senyum palsu.
"Ah, kumpulan alga saljuku ini dulu kubeli dengan 3 juta koin emas. Itu uang pribadiku 50 tahun lalu untuk mempopulerkan Akademi Karang! Setelah bertahun-tahun dibina, nilainya mungkin sudah mencapai 10 juta!"
“Mendengar jumlah lebih dari sepuluh juta, Caesar dan Kao langsung ciut nyalinya. Caesar sudah menyesal mengapa tadi tidak meledakkan tempat tinggalnya sendiri, atau memaksakan semua bola magic ke dalam perut Kao.”
“Itu kejadian sudah lama sekali. Dulu Akademi Karang adalah tempat persemaian prajurit klan laut, sayangnya zaman telah berubah. Kini Akademi Karang hampir terlupakan.”
“Tentu saja Caesar dan Kao bertekad menyangkal sampai mati. Menyangkal masih ada harapan hidup, mengaku pasti tamat. Bukankah ada pepatah: 'Mengaku tulus, penjara seumur hidup; Bertahan gigih, tahun baru pulang kampung'?”
“Sudahlah, tak perlu merengut. Aku tahu ini bukan salah kalian. Naga Sihir memang sangat suka makan lumut salju. Beberapa waktu lalu sudah ada area lumut yang menghilang, hanya tidak kusangka dia tergesa-gesa seperti itu.”
“Naga Sihir?” Caesar dan Kao saling pandang bingung bagai orang tak mengerti.
“Caesar, naga tidak akan sembarangan menolong orang. Waktu itu Naga Sihir melukai Jade Dragon Stellaria pasti ada alasannya. Jangan kira Naga Sihir suka berkelahi dengan naga lain, itu anggapan salah besar! Naga Sihir justru paling enggan bertarung, malasnya seperti Dewa Laut. Karena itu, rawatlah baik-baik hubunganmu dengannya, cari kesempatan untuk berinteraksi... Wahaha! Akademi Karang kita sebentar lagi akan memiliki Prajurit Naga yang belum pernah ada sebelumnya!”
"Mungkin hanya Kepala Sekolah yang tidak tahu takut seperti ini yang berani menghina Dewa Laut." Melihat Kepala Sekolah yang hampir terlihat gila, Caesar dan Kao semakin bingung.
Merasa citranya rusak di depan murid, Lao Jiao cepat-cepat merapikan janggutnya dan batuk beberapa kali. "Meskipun saya seorang prajurit dan meremehkan cara bertarung cerewet seperti magic, saya cukup peka terhadap aura magis. Magic kompresi? Di Kota Raja Duyung ini, hanya tiga orang yang bisa: si tua bangka Edinburgh yang brengsek, Yang Mulia Alexis, dan Ratu. Tapi saya tahu aura magic ketiganya. Yang baru ini 80% berasal dari naga magic. Caesar, kamu punya bakat. Sepertinya naga magic ini melekat padamu. Asal jaga hubungan baik, kamu bisa menguasai enam wilayah perairan tanpa tanding!... Jangan lupakan Kepala Sekolah saat itu nanti!"
Keringat dingin mengucur deras...
"Ahem, Yang Mulia Kepala Sekolah, saya juga tidak terlalu paham. Tapi karena Anda bilang begitu, saya akan berusaha, berusaha, dan terus berusaha."
"Baik, baik, murid teladan. Tenang, 10 juta koin emas akan saya selesaikan. Jadi harus sungguh-sungguh ya!"
Melihat senyum licik Kepala Sekolah, Caesar dan Kao paham masalah ini akhirnya dibebankan pada mereka. Karena sebenarnya memang merekalah pelakunya, mereka pun tidak membantah.
"Setelah tubuh gemuk kepala sekolah menghilang, kedua orang itu hampir terjatuh duduk. Pak Senior ini terlalu licik, aneh sekali bagaimana postur tubuh seperti ini bisa menjadi prajurit. Seharusnya dia bertukar posisi dengan kepala sekolah Edinburgh. Biasanya ahli sihir yang kurang olahraga jadi gemuk, tapi hasil akhirnya malah sebaliknya."
"Bos, Pak Senior ini malah mengiramu sebagai naga magic. Ke mana kita harus cari naga untuknya? Goblok, akhir-akhir ini nasib bos kurang menyodok ya, kok terus-terusan punya utang."
"Begitu utang disebut, Caesar ingin menangis tapi tak keluar air mata. Lalu dia juga menceritakan utang dari Ratu. Kao langsung terjungkur tak bisa bangun,...... Apakah anggota keluarga kerajaan semuanya sekejam ini?"
"Tidak juga, aku kan baik hati dan polos."
"Zhebie sih entah kabur ke mana, bayangannya saja tak kelihatan. Kamu, dan Yisha, bukan murid baik. Masuk sekolah saja tidak kelihatan, cuma aku yang paling rajin belajar, tiap hari datang."
"...Apakah di kelasmu banyak gadis?"
"Ah, bagaimana kamu tahu?"
"Apakah ada gadis kecil imut yang sangat polos, matanya besar-besar?"
"Wah, bos, kamu seperti dewa! Kok bisa tahu?"
Caesar menendangnya sambil mencaci: "Dasar mata keranjang! Bukankah itu tipe kesukaanmu? Kalau tidak ada gadis cantik, buat apa si pemalas sepertimu pergi!"
"Hihihi, yang melahirkanku orang tua, yang mengenalku... Aduh, jangan gigit pantatku! Bangsat! Nanti kujatuhkan tubuhku sampai kamu remuk!"
Bola menyemburkan dua gelembung besar ke arah Caesar dengan ekspresi meremehkan.
"Bos, beneran mau jadi guru putri manja itu? Dari investigasi gue, cewek ini emang cantik tapi temperamennya nggak sembarangan orang bisa tahan. Plus duel kemarin mungkin bikin para pengawal istana dendam. Orang-orang istana itu sukanya saling sikut dan picik!"
Caesar tersenyum, "Hadapi saja segala rintangan. Biar badai menerpa, aku tetap tak tergoyahkan."
Kao mengangkat Bola yang sedang mengincar pantatnya, saling tatap. "Goblok! Daripada numpang makan doang, mendingan lu naga magic! Pantat gue mau digigit juga gue rela. Dasar! Ngapain semangat gitu? Kalau lu naga magic, gue jadi bapaknya Dewa Laut dong!"
"Hei bos, sore tolong temenin gue nilaiin pilihan gue dong. Gue mau mulai cinta pertama yang epic!"
Pfft~~~
"Aduh Kao, bisa nggak sopan dikit? Nanti cewek pada kabur! Jangan panggil 'bos' mulu, nanti dikira kita bajak laut!"
“Bukan, kepala. Kemarin departemen magic sekolah putar film bajak laut, goblok bagus banget! Bajak laut di film itu keren banget, berkuasa di laut, minum anggur pakai mangkuk besar, makan daging pakai mangkuk besar. Oh iya, namanya Shuipo Liangshan, ada 108 jagoan di situ.”
“Terus gimana?”
“Pada terbakar semua.”
“Nah itu dia. Lu lupa sama Geng Perompak Gelembung Air sialan itu? Jadi bajak laut nggak semudah itu.”
“Iya, kepala. Cuma mau ngerumpi doang.”
“Jangan cuma mikirin cewek mulu. Si Lao Jiao ini licik. Kalau kita nggak ada nilai manfaat, pasti binasa. Dia udah punya rencana. Kemampuan tim itu kunci. Cepat warisi Kapak Perang Vakum!”
Begitu menyebut kapak perang, ekspresi Kao langsung serius. Sejak kecil hidupnya cuma ada kapak perang. Ini sudah jadi obsesi. Sebenarnya baginya, yang dimilikinya cuma kapak perang itu.
Melihat ekspresi Kao, Caesar merasa tak boleh terlalu menekannya. Dia tahu masa kecil Kao tak lebih baik darinya. Rupanya sejak kecil dipaksa belajar kapak perang. Meski sama-sama menderita, di hatinya masih ada harapan: Elina yang jauh di sana. Kenangan gadis cantik itu cukup menyangga jiwanya.
Di balik seorang lelaki pasti ada perempuan.
“Ayo, aku temenin lihat. Gadis secantik apa sih yang bisa bikin Kao klepek-klepek? Lagian baru malem nanti lapor ke istana kerajaan.”
