Beberapa waktu setelah semester baru dimulai, Caesar hampir menghilang lagi. Meski awal sempat menarik perhatian, banyak yang belum pernah melihatnya. Semua cuma rumor, bahkan insiden Dragon Knight pun begitu. Rumor datang cepat, menghilang juga cepat. Justru Kao yang sedang jadi sorotan belakangan ini. Pasti dia menunjukkan keahlian di sekolah. Tampaknya orang ini memang tidak punya kesabaran.
"Apa saja yang dipelajari di kelas prajurit kalian?" Caesar yang memilih jurusan magic bertanya.
"Dasar-dasar teknik. Di pelajaran pertama sempat pamer trik-trik keren, terus latihan dasar pedang yang menyebalkan. Sakit kepala, gue kan pakai kapak, gerakan pedang lembek itu bikin nggak nyaman."
"Haha, ternyata begitu ya."
Caesar juga mengangguk pasrah. Tidak semua hal layak dipelajari. Sepertinya mereka harus manfaatkan perpustakaan.
"Kalau bukan karena cewek imut itu, gue udah kabur. Untungnya di kelas prajurit ada area latihan bebas. Tapi dibagi berdasarkan angkatan. Saat guru tidak ada, kami biasanya saling berkunjung."
"Haha, jangan-jangan kamu nakal ke orang sana."
"Belum sempat."
"Omong-omong, nama cewek itu apa? Dia kenal kamu?"
"Kaitlin, nama yang elegan, indah, murni, menggemaskan... Oh, dia tidak kenal gue."
Pusing.
"Terus kamu ngapain di sana?"
"Duduk manis dengar pelajaran." Ekspresi Kao polos seperti anak baik-baik.
Caesar terdiam. Meski tidak punya banyak pengalaman, yang terpenting adalah menarik perhatian gadis ini. Entah kesan baik atau buruk, yang utama bisa berkenalan dengannya.
Mereka tiba di departemen ilmu bela diri. Banyak siswa sudah berlatih dengan riuh. Pengajaran berfokus pada pedang. Padahal berdasarkan identitas Kao, orang biasanya mengira dia menggunakan pedang, tapi ternyata dia memakai kapak besar. Begitu masuk, langsung terlihat seorang gadis cantik dari klan Feishi. Fakultasnya tidak jelas, tapi penampilannya sangat anggun dan menyejukkan. Dia menggunakan pedang panjang wanita dengan aliran pembunuhan.
...Tapi kenapa gadis lembut seperti ini belajar pedang? Dengan postur tubuhnya, lebih cocok belajar magic.
Tapi Caesar segera mengubah pemikirannya. Si cantik berlatih jurus dengan gerakan sangat lambat, seperti menari pedang. Namun dalam kelambanan itu, Caesar merasakan aura pembunuh.
Perempuan ini tidak biasa. Kao di sampingnya sudah terpana. Mata gadis itu melirik ke arah mereka - rupanya dia sudah memperhatikan Kao sejak tadi.
Caesar mendorong Kao untuk duduk di samping. "Instingmu tidak salah. Gadis ini sangat luar biasa."
"Sungguh manis dan lembut. Lihat betapa indah tarian pedangnya."
Halah. Tampaknya semua orang jadi bodoh di depan yang disukai. Kelincahan Kailin ini unik. Tenaga bukanlah satu-satunya pilihan untuk prajurit.
"Ketika Kao sedang melamun menatap gadis itu, tiba-tiba sang gadis tersenyum cerah sambil menyimpan pedang belati rampingnya, lalu berjalan mendekati Kao dan temannya."
"Kamu teman sekelas Kao, ya?"
"Ah, oh, ya, ya, saya Kao."
Caesar berusaha menahan tawa melihat tingkah konyol Kao yang seperti orang kesurupan. Biasanya bocah ini paling cerewet, tapi giliran bertemu cewek malah jadi gagap.
"Kalau kamu pasti Caesar ya?" Gadis cantik itu memindahkan pandangannya ke Caesar.
"Halo, saya Caesar, saudara seperjuangan Kao."
"Oh, katanya kalian berdua jagoan. Ada miniat bertarung sebentar?" Ternyata Kailin ini tidak semanis penampilannya. Lelaki sering tertipu penampilan - mana mungkin gadis pemalu akan mengajak bertarung begitu saja.
"Saya ahli sihir, tapi Kao ini prajurit tangguh. Kalian bisa saling bertukar ilmu." Caesar segera memberi kesempatan. Kalau menunggu si bego ini, sampai semester berakhir pun mungkin tidak akan berani ngobrol.
"Oh, gitu? Tidak masalah, ikut saya."
Kao buru-buru mengikuti langkah gadis itu. Caesar hanya bisa menggelengkan kepala pasrah. Dulu dia mungkin juga seperti ini. Bahkan sekarang pun, begitu bertemu Elina, semua perempuan lain langsung hilang dari radar.
"Kaelin membawa mereka langsung ke area latihan bebas. Di dalamnya riuh rendah suara penonton dan teriakan perang. Area latihan bebas digunakan bersama oleh divisi magic dan prajurit, meski tata letaknya sedikit berbeda mengingat pertarungan penyihir berbeda dengan prajurit."
"Teman-temanku sudah lama ingin bertanding denganmu. Katanya kemampuan tim kalian sangat kuat, kebetulan kali ini pas."
Beberapa prajurit senior dengan postur berbeda-beda muncul di sekitar Kaelin. Sekilas terlihat jelas niat jahat mereka, terutama terhadap Kao.
"Adik kelas, katanya akhir-akhir ini kamu sangat arogan dan tidak mengerti aturan. Kali ini kami akan mengukur kemampuanmu, supaya tahu artinya rendah hati dan menghormati kakak kelas."
Caesar langsung merasa jengkel mendengar perkataan itu. "Dasar bajingan! Ke mana-mana selalu ada sampah yang cari masalah." Hutang yang menumpuk belakangan ini membuatnya mudah tersulut. Kalau biasa mungkin akan diabaikan, tapi sekarang benar-benar ingin menghancurkan sampah-sampah ini.
Dalam kamus Caesar, kesombongan adalah hak yang hanya pantas dimiliki oleh yang kuat.
Anehnya Kao yang biasanya berapi-api kali ini malah bersikap seperti anak baik. Sayangnya dia tidak menyadari tatapan meremehkan baik dari gadis itu maupun para pengganggu.
"Kalian sedang mencari masalah?" tanya Caesar datar. Ancaman mematikan terpancar dari pandangannya. Tidak setiap hari suasana hatinya baik.
“Oh, haha, anak ini lucu sekali, berani bertanya apakah kami mencari masalah, bagaimana bisa bilang begitu? Kami bukan cari masalah, tapi mencari masalah dengan kalian. Tidak terima? Kalau tidak terima nangis saja, mungkin kami akan melepaskan kalian.”
“Katanya kau ini seharian melongo melihat Nona Kailin, hmph, sok tinggi. Rakyat jelata berani mengincar bangsawan, pantas dipukul.”
Kailin tetap berdiam dengan wajah datar di samping, jelas situasinya tidak semanis bayangan Kao. Kelembutan di luar belum tentu asli.
Caesar menghela nafas. Sejujurnya dia melihat aura bangsawan pada Roye dan kawan-kawan, tapi bukan kebodohan macam ini. Seharusnya hal ini marak di Akademi Edinburgh, tapi malah muncul di Akademi Karang, sungguh kontras.
Caesar mengait jari kelingkingnya ke arah kerumunan, lalu perlahan mengacungkan jari tengah. Beberapa orang langsung berubah muka. Prajurit besar dari klan Feishi yang kekar mengayunkan tinju dengan pusaran angin. Tapi Caesar tidak terpental seperti dugaan, karena satu jarinya menghalangi kepalan itu.
Jari Caesar!
